Rabu, 25 Februari 2009

Anomali Hayati

Apakah anda memperhatikan anomali alam terutama yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang terjadi saat ini?

Seingat saya, sebagian besar tanaman buah di Indonesia, terutama yang ditanam rakyat di halaman rumah, hanya berbuah satu kali per tahun. Sebut saja misalnya mangga, rambutan, jambu, alpukat dan lain-lainl. Kecuali bila ada rekayasa genetik atau perlakuan khusus pada tanaman buah-buahan tersebut

Begitu juga bunga stephanot. Seingat saya, tanaman merambat ini hanya berbunga di bulan september dan oktober saja. Selebihnya, hanya dedaunan saja yang tumbuh. Memang, bisa saja saya salah lihat atau salah ingat.

Musim mangga dan rambutan biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember. Jadi baru saja usai. Baru kemudian disusul dengan musim durian. Tapi, coba anda perhatikan apa yang terjadi dengan pohon buah-buahan tersebut, terutama pohon mangga. Bisa yang ada di halaman rumah anda, halaman rumah tetangga, kalau ada dan bahkan dalam perjalanan anda kemana saja melangkah. Ternyata ada banyak pohon mangga yang saat ini sedang berbunga. Jadi... kalau semua bunga tersebut berhasil menjadi buah, maka kita akan menikmati musim mangga kembali dalam 3 - 4 bulan mendatang.

Adakah ini termasuk anomali akibat berubahnya cuaca dunia. Kalau ya..... maka ancaman perubahan dunia akibat global warming sudah menampakkan wujudnya...
Wallahu'alam

Jumat, 20 Februari 2009

Blackberry - Facebook - Self centered

Kalau ada anekdot yang banyak diceritakan orang belakangan ini, maka itu adalah tiga serangkai Blackberry - Facebook - Selfie.

Popularitas Facebook atau biasa disingkat FB, merebak dengan pesat di Indonesia sejak tersiar kabar bahwa salah satu kunci kemenangan Barrack Hussein Obama meraih dukungan kalangan muda saat pemilihan presiden USA baru-baru ini adalah karena tim suksesnya menggunakan jaringan sosial/pertemanan FB sebagai media penghubung antara Obama dengan pendukung fanatiknya maupun potensi pendukungnya.

Perasaan "dekat" dengan Obama, yang pernah tinggal di Jakarta pada tahun 60an, oleh "teman-teman" sekolahnya menular di kalangan muda, mungkin membuat generasi mudah yang memang sangat mudah terpengaruh oleh gaya hidup modern membuat FB mendadak "beken". Sejak itulah, maka di Indonesia orang mulai ramai membicarakan FB. Tua - muda dan bahkan anak-anak, terasa kurang gaul kalau belum ber FB ria.

Dampak yang paling terasa dari jaringan FB ini, konon katanya merebaknya fenomena reuni. Reuni sana- reuni sini dengan teman-teman dari kelompok ini atau itu. Terus yang kedua adalah timbulnya narsisme dari dalam diri semua pemilik account FB. Setiap hari maunya foto-fotoan trus di upload. atau kalau nggak doyan berfoto, minimal meng upload foto jadul bahkan sampe foto kakek neneknya yang sudah berkalangtanahpun bisa muncul di halaman FB. Dan ternyata yang paling parah, FB itu kemudian menjadi addicted. Mirip NARKOTIKA yang meracuni hidup manusia. Menjerat dan tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kegiatan hidup sehari-hari.

Keracunan FB ini makin diperparah dengan adanya Blackberry. Sempat juga tersiar kabar betapa Barrack Hussein Obama, merasa "berat" oleh keharusan protokoler kepresidenan, melepaskan Blackberry dari genggamannya. Kemampuan Blackberry sebagai push email menjadi semakin moncer, apalagi kemajuan teknologi kemudian membuatnya mampu mengakses apapun yang dinginkan oleh penggunanya, yaitu kalangan muda. Itu sebabnya BB dapat mengakses FB, dimana saja dan kapan saja. Mirip seperti iklan coca cola jaman dulu. Maka paduan antara Blackberry dan FB itu seperti tumbu ketemu tutup. Click banget.

FB sendiri memang sudah membuat kita addicted. Bayangin deh... sejak mata membuka di pagi hari, maka yang pertama dikerjakan sambil sarapan pagi adalah membuka FB, apalagi kalau dilakukan melalui BB. Belum lagi sahut-sahutan dengan sesama pengguna BB, asyik banget ... dipanggil nggak nengok .... roti atau bubur ayam di depan mata, dibiarkan begitu saja, tumpukan koran disingkirkan dari meja, mertua lewat tak disapa, rapat nggak konsentrasi karena sibuk chatting atau berfotoria untuk langsung diposting ke FB. Ampyyyuuuunnnnnnn.........!!!!

Itu sebabnya ... menurut majalah tempo, penjualan Blackberry di Indonesia naik 40 persen dalam waktu tidak lebih dari 6 bulan terakhir ini. Yang untung.... lagi-lagi produsennya.Kalau menlihat peningkatan penjualan BB, Indonesia sepertinya jauh dari krisis. Akibatnya, manusia normal dibikin seperti lupa lingkungan. Sibuk dengan perangkat BB di tangan, tak peduli lingkungan lagi.

BB - FB - Self centered
Nah... apakah anda termasuk golongan Self centered karena Blackberry dan Facebook?

Sabtu, 07 Februari 2009

Antara Senang dan Susah

teduh
Belakangan ini Jakarta terasa lebih sejuk. Bikin hati dan pikiran lebih adem. Hujan, sejatinya adalah berkah. Berkah buat alam semesta, termasuk manusia sebagai penghuninya. Coba bayangkan, dengan hujan maka .........:
  • Tanaman yang tadinya kering kerontang, dedaunan dan rerumputan yang semula agak meranggas, bunga-bungaan yang semula layu mendadak memiliki gairah. Segar .... dan putik bunga merekah dan pucuk daun mulai bermunculan.
  • Tanah yang retak dan kerontang terlihat haus mereguk tetesan hujan dan mulai terlihat padat dan menebarkan aroma kesuburannya.
  • Sungai-sungai mulai terisi kembali dan mengalirkan arusnya yang menderas, mengisi waduk, kaliu, rawa, dan mata air yang semula mengering. PLN tentu tidak perlu ketakutan lagi bahwa PLTA nya kekurangan pasokan air yang menggerakkan turbinnya.
  • AC tidak perlu dipasang untuk menyejukkan ruang. Ini berarti pengeluaran dana untuk rekening listrik bisa menurun. Tapi yang paling penting .... ada pengurangan pasokan Freon ke udara. Semoga bisa mengurangi besarnya lubang ozon, kalo para pencinta AC mau mengurangi penggunaannya.
mendung
Tapi ..... ternyata sekarang hujan menjadi bencana. Coba tengok berita di media layar kaca maupun media cetak. Beritanya hanya dari itu ke itu. Banjir.... longsor .... dan banjir lagi. Tidak pernah bisa tertangani dan alih-alih cakupan luas wilayah banjir berkurang, ternyata luasannya malah semakin bertambah. Tidak saja di wilayah dataran rendah, bahkan dataran tinggipun diterjang banjir. Jadi ..... hujan sekarang menjadi sosok yang dirindukan dengan hati yang penuh rasa was-was. Takut dan memang sekarang sudah menjadi kenyataan bahwa hujan menjadi bencana. Coba bayangkan ....
  • Mendung membuat suasana hati menjadi sendu dan susah. Membayangkan cucian pakaian susah kering dan berakibat bau apek.
  • Penyakit mudah datang, dari mulai penyakit bawaan seperti asma, juga DBD, diare, batuk - pilek .... wah jadi susah deh karena jadi ada pengeluaran extra buat obat-pbatan.
  • Banjir dimana-mana ... eh bahasa 'halusnya Genangan ...". Hihks... hiks ... genangan kok ya sampe ketinggian 3 meter. Ada kota yang separuhnya dilanda banjir. Bayangin deh, betapa roda ekonomi langsung terhenti. Dalam kondisi krisis global begini, segala daya upaya dan dana tersalurkan pada sektor yang "sia-sia". Nggak produktif, karena pabrik dan industri rakyat tutup. Lahan pertanian muspro ... karamba ikan hanyut, tambak apalagi .... Aduh hancur lebur dan ludas sudah segala upaya dan dana.
  • Hujan deras juga meluruhkan tanah dan bukit gundul yang dibabat karena alasan ekonomi rakyat (kemiskinan) atau karena tata guna tanahnya sudah berubah. Hutan/bukit hijau royo-royo sudah "dijual" jadi lahan tanaman monokultur atau jadi kawasan tambang. Ini dampak dari otoritas daerah yang mau menang-menangan dan kebablasan.
Eh ..... udah gitu, selalu ada "oknum" yang memanfaatkan bencana untuk keuntungan diri sendiri. Dana bantuan kerap tidak tersalurkan dengan baik kepada para korban, tapi dikutip atau disalurkan secara prioritas kepada keluarga terdekatnya dulu yang kebetulan menjadi korban bencana juga.

Lalu... siapa yang harus disalahkan? Kita cenderung mencari kambing hitam. Padahal, kesalahan utama tentu saja ada pada manusia. Manusia kota maupun manusia desa.. Kita sudah melakukan kesalahan dalam memperlakukan alam. Telah mendzalimi ciptaan Tuhan. Alam bergerak karena fitrahnya ... karena kodratnya dan selalu mencari kesetimbangan. Kalau ada satu bagian yang "dirusak", maka dia akan mencari kesetimbangan baru sesuai fitrahnya.


mendung
Alam tidak akan memilih-milih apakah kesetimbangan itu menjadi berkah atau bencana bagi manusia. Alam tidak diciptakan Tuhan untuk memberontak dan melawan kodrat yang telah ditetapkanNya. Alam hanya mampu bertasbih dan tunduk kepada kehendak sang Maha Pencipta. Maka manusia sebagai mahluk berakallah yang harus mempelajari dan menerapkan segala perbuatannya dalam koridor kesetimbangan alam. Agar segalanya berjalan sesuai dengan kehendak dan fitrah yang telah digariskan oleh sang Maha Pencipta. Kalau kita memperlakukan alam dengan baik, maka alam menjadi kawan yang sangat menyenangkan dan memberi manfaat yang sebaik-baiknya bagi kita.

Hujan, adalah bagian dari alam, lingkungan hidup kita yang berperilaku sesuai fitrahnya ... mencari keseimbangan. Penebangan pohon, penggundulan hutan, eksploitasi pertambangan pada hakikatnya telah merusak kesetimbangan alam. Penggunaan freon dan limbah industri telah menimbulkan polusi udara telah merusak tatanan dan susunan atmosfir bumi. Limbah industri dan limbah rumah tangga juga telah merusak komposisi air baku yang natinya akan merusak pula komposisi uap air yang kelak turun menjadi butiran hujan.

Allah menciptakan lapisan atmosfir agar gelombang sinar dan terik sinar mentari dapat berkurang. Tatanan hutan sesungguhnya diciptakanNya juga untuk menghambat "keganasan" terik mentari yang kehausan dalam "menghirup" air. Agar kandungan air di dalam permukaan bumi tidak terhisap oleh ganasnya terik mentari. Allah sudah "memperhitungkan bahwa samudra raya sudah cukup luas untuk "memuaskan dahaga" mentari. Agar manusia tetap dapat memperoleh air yang berlimpah sebagai salah satu sumber kehidupan.


atmosfer
Namun, manusia memang lupa dan "sok tahu". Kepandaian dikembangkan tanpa batas hingga seringkali melampaui batas moralitas dan kodrati. Bangsa yang pandai membodohi mereka yang masih terkebelakang. Perbuatan dan kerusakan di "negara maju" di limpahkan ke negara "terkebelakang" dan dijadikan komoditi "bantuan dana" sebagai kemasan pembodohan kepada negara "terkebelakang".

Lihatlah, betapa negara maju mengelak dari kewajiban untuk "mematuhi" protokol Kyoto. Kemudian negara-negara khatulistiwa dengan gegap gempita serta riang gembira masuk jeratan dan perangkap mereka. Menjual polusi, menangguk uang dengan dalih penyelamatan lingkungan. Adakah dana yang diperoleh tersebut kemudian digunakan untuk memperbaiki lingkungan hidup di negara-negara terkait? Adakah dana hasil transaksi penjualan emisi karbon tersebut kemudian digunakan untuk "menghijaukan" kembali hutan, bukit yang gundul. Adakah bongkahan-bongkahan tanah, bukit, gunung yang hancur karena eksploitasi pertambangan terbuka dapat dikembalikan seperti semula dan dihijaukan kembali agar alam menemukan kembali kesetimbangannya?


banjir
Jelas jauh panggang dari api. Dana penjualan karbon bisa jadi masuk kantong para penmgusaha dan konsultan yang jeli melihat kesempatan menangguk untung dari bisnis ini. Hutan, gunung tetap gundul. Kalau ditanami, penanaman kembali lebih berupa transformasi hutan menjadi lahan perkebunan monokultur yang tetap saja merusak kesetimbangan alam. Karena ... binatang asli penghuni kawasan tersebut sudah terlanjur punah. Kalaupun masih ada, maka binatang tersebut tidak akan dapat hidup di dalam hutan monokultur dan tentu saja akan diburu para penjaga hutan tanaman industri tersebut karena dianggap hama perusak.

Jangan salahkan alam atas bencana apapun yang terjadi. Banjir, longsor atau lebih luas lagi pemanasan global. Sesungguhnya kita telah mendzalimi alam dan sekarang "menderita" karena alam sedang mencari kesetimbangannya yang baru. Dan sesungguhnya, alih-alih mencari dan mendapatkan kesenangan, manusia telah menciptakan sendiri kesusahannya, wallahu'alam   

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...