Jumat, 04 Februari 2011

Apa penyebab alergi?

Entah karena cuaca yang memang sedang nggak keruan, atau kondisi badanku yang nggak fit setelah mengalami perubahan ekstrim dari "freezer ke oven" atau karena pangaruh antibiotik yang "terpaksa" kutelan setelah dokter gigi di sebuah rumah sakit "mengobati lubang gigiku maka selama hampir 3 minggu, aku terpaksa "meniru dan mengulangi ajaran" nenek moyangku yang orang utan itu, untuk menggaru-garuk beberapa bagian tubuhku.

Asli..... gatalnya bukan main...!!! Dibawah lapisan kulit terlihat bentol-bentol merah yang masya Allah gatalnya....!!!Dia menyerang hanya dibagian tertentu tubuhku. Di sebagian punggung tangan kiri hingga pergelangan tangan dan .... nah ini dia yang menyebalkan ... di pangkal paha bagian dalam, kiri dan kanan. Menyebalkan sekali....!!! Sudah begitu, serangan gatal yang paling dahsyat terjadi sekitar jam 00.30 - 03.30. Alhasil .... lebih dari seminggu lamanya, aku terpaksa begadang dan mengantuk keesokan harinya, ketika berangkat ke kantor.

Kenapa alergi tiba-tiba menyerang?
Entah ada kaitannya atau tidak, 2 hari sebelum alergi timbul, malam Rabu, geraham kiriku di bagian atas sakit, sehingga untuk mengurangi rasa sakit, kumakan ponstan sambil menunggu jadwal praktek dokter gigi langganan yang hanya praktek pada hari Senin dan Kamis. Dua malam berturut-turut, rasa sakit di geraham itu tertahan karena ponstan yang hanya kuminum 1x1 saja. Sialnya ... saat aku mau daftar di Kamis sore, petugas poliklinik memberitahu bahwa dokter libur dan baru akan praktek lagi pada hari Senin.Panik karena sudah tidak sanggup menahan rasa sakit, kutelpon beberapa RS di wilayah Jakarta Selatan. Sayangnya semua menyatakan bahwa pendaftaran pasien sudah tutup. Saat itu jam baru menunjukkan pukul 18.45.

Kalian yang pernah ngerasain sakit gigi, pasti tahu deh gimana rasanya. Karena itu terpaksalah aku ke RS dekat kantor pada Jum'at pagi. Periksa sana periksa sini, si dokter menyimpulkan ada lubang di geraham itu sehingga pertama harus dibersihkan lubangnya dan syarafnya "dimatikan" dulu baru sesudahnya di tambal. Setelah selesai pekerjaan tangannya, sambil mengisi formulir rekam medis, si dokter tanya :
"ada alergi terhadap obat-obatan?"
Dengan gagah berani kujawab :" Nggak ada dok"

Tentu saja, aku nggak bohong, karena sampai usia yang sudah melebihi 1/2 abad ini, aku, alhamdulillah, belum terkena diabetes, nggak berani jumawa bilang "nggak kena", karena seluruh keluargaku saat ini sudah kena DM, jadi rasanya akupun rentan terhadap DM. Aku juga tidak menggunakan obat-obatan pengencer darah, walaupun jujur saja... dengan kemalasanku berolahraga serta berat badan yang relatif "berlebih", aku beresiko terkena penyakit jantung/darah tinggi. Maka... si dokter menuliskan 2 buah resep. Satu untuk penghilang rasa sakit dan satunya lagi antibiotik.

Sebetulnya, aku sudah agak malas antri beli obat apalagi antibiotik, tapi entah kenapa, kali itu aku sedang agak "bolot" tidak menghiraukan naluri penolakan terhadap antibiotik yang biasanya aku lakukan. Bisa jadi trauma rasa sakit gigi itu membuntukan naluriku. Maka mulai Jum'at malam itu, kumakanlah si antibiotik...

Sabtu sore, adikku yang di Bandung datang dan seperti biasa dia melihat-lihat obat2an yang kuperoleh dari dokter gigi. Dia hanya berkomentar :
"Gila ya.... dokter di Jakarta, kalau kasih obat betul2 obat paten asli yang mahal. Bukan obat turunannya yang lebih murah".
Saat itu belum ada tanda-tanda gatal di tubuh.

Hari Senin malam, jadi sesudah 1/2 dari dosis antibiotik yang harus kuhabiskan, masuk perut ... mulailah timbul gatal-gatal. Ya di tiga tempat yang kuceritakan di awal tulisan ini. Belum terpikir bahwa ini akibat dari antibiotik  Adikku masih berpikir karena alergi cuaca ... jadi dia menyarankan untuk membeli obat luar (krim) yang harus kuoleskan. 2 hari memakai krim tidak ada perubahan sama sekali sehingga dia memaksaku untuk meminum anti histamin. Pada saat itulah baru tersadarkan bahwa..... bukan tidak mungkin alergi yang menyerangku dan sama sekali tidak mempan oleh obat-obatan luar itu disebabkan oleh antibiotik.

Saat kukonfirmasikan dan kutanyakan berapa lama pengaruh antibiotik bisa mengurangi/menghilangkan alergi tersebut ke adikku .... dia cuma bilang, sambil sedikit ngomel karena aku menelpon dia tengah malam :
"Sudah terlambat ... karena auto imun dalam tubuhku yang bekerja. Jadi jangka waktu hilangnya alergi tergantung seberapa besar perlawanan auto imun tersebut."

Ya sudahlah .... anti biotik yang masih ada untuk diminum 1 hari lagi kuhentikan. Setiap malam menjelang tidur aku berendam di dalam air rebusan sirih ditambah dengan minum anti histamin 1x1 ditambah dengan memakai jurus primitif ala nenek moyangku yang orang hutan pada saat sedang sendiri atau kalau sudah tak tertahankan.

Terkadang, karena takut infeksi, terpakas aku menyiksa diri dengan menyekakan kapas yg telah dibasahi alkohol pada bagian2 yang gatal sebelum mengoleskan krim anti gatal...

Kalau rasa gatal tidak terlalu berat dan bisa tertahankan, aku menyempatkan diri untuk tahajjud ... walaupun lebih sering lolos... karena rasa gatal dan panas yang menyerang membuatku tidak mampu berkonsentrasi dan khusu'

Ya... Allah SWT sedang menegurku atas kelalaianku beribadah ..... Semoga hari-hari mendatang aku mampu memperbaiki diri lagi .... Fabiayyi alla i rabbikuma tukadzdziban....

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...