Selasa, 14 Juni 2011

Tragedi Pendidikan di Surabaya - 2 Beginilah cara DPRD menangani kasus kecurangan


Beginilah cermin moralitas Wakil Rakyat …. Tidak mampu melihat akar permasalahan dengan benar. Tidak mengerti dampak psikologis mana yang lebih “menghancurkan” bangsa dan Negara. Asal cuap dan sok berpihak kepada rakyat. Mereka cenderung menerapkan politik “mengambil hati” konstituen (rakyat) walaupun hal itu bertentangan dengan moralitas, norma dan etika.
Ujian besar bagi walikota Surabaya Tri Rismaharini … akankah ybs “takluk” pada politik pencitraan atau dia akan tetap teguh menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran.
Kalau hal ini dibiarkan terus menerus … maka tunggulah kehancuran bangsa ini…!!!

Kasus Contek Massal
Dewan Desak Pemkot Cabut Sanksi 3 Guru Gadel
Jum'at, 10 Juni 2011 11:04:19 WIB Reporter : Arif Fajar Ardianto
Surabaya (beritajatim.com) - Meredam dendam warga Gadel, terhadap Ny Siami orang tua AL terkait kasus contek massal di SDN gadel II Surabaya dewan mengupayakan memenuhi tuntutan warga, yakni mengembalikan tiga guru yang terkena sanksi dari Dinas Pendidikan.

Seperti diketahui, pasca pelaporan dan pemberian sanksi ketiga guru SDN Gadel II, warga Gadel menaruh dendam yang mendalam terhadap Ny Siami, karena dianggap telah membocorkan serta membahayakan psikologis murid–murid SDN Gadel II.


Dalam pertemuan yang digelar di Balai Rukun warga Kemarin, warga berinisiatif untuk mengusir Ny Siami dari lingkungan Gadel. Mereka menganggap Ny Siami sok, karena berniat memberitahukan kecerdasan anaknya yang mengakibatkan terancamnya seluruh siswa SDN Gadel II yang mengikuti ujian Nasional.

Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Eddi Budi Prabowo mengatakan bahwa saat ini warga Gadel menaruh kebencian yang mendalam terhadap Ny Siami, yang berujung pada pengusiran.
"Sepertinya warga disana menaruh dendam yang sangat terhadap pelapor," ujar eddi saat ditemui di gedung DPRD Surabaya, Jumat (10/06/2011).

Lebih lanjut, Eddi mengatakan, bahwa pihaknya berupaya untuk meredam amarah warga dengan berusaha mengabulkan salah satu tuntutannya, yakni meminta ketiga guru yang terkena sanksi bebas dan kembali mengajar. meski sulit, karena harus melewati beberapa tahapan, namun Eddi mengaku pihaknya akan tetap berupaya.

"Kita tahu, pengembalian status ketiga guru tersebut sulit, tapi akan kita upayakan, untuk meredam emosi warga, agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.
Sebagai langkah awal, Komisi D DPRD surabaya meminta kepada walikota untuk melakukan kajian ulang terhadap sanksi tiga guru SDN Gadel II. "Kami akan mencoba untuk meminta Walikota mengkaji lagi persoalan tersebut. Kasus ini harus segera diselesaikan," tegasnya.

Eddi menjanjikan, bahwa Komisi D DPRD Surabaya yang membidangi masalah Pendidikan dan Kesra akan terus mengawal kasus ini hingga tuntas, tanpa mengorbankan salah satu pihak. "Kita akan beri perhatian khusus, karena ini menyangkut psikologis anak," pungkasnya.[rif/ted]

Tragedi Pendidikan Indonesia di Surabaya - 1


Tulisan ini di copy paste dari salah satu milis. Sayang tidak terdapat sumber jelasnya.
Kejujuran menjadi barang langka. Yang jujur–karena minoritas malah dianggap bersalah dan harus meminta maaf. Sementara orang yang bersalah didukung habis–habisan dan perbuatan bersalah dianggap wajar dan didukung ramai–ramai. Betul yang dikatakan Prof Daniel Rosyid, “Masyaraka sudah sakit”.
Mengerikan, kalau masyarakat sudah kehilangan moralitas dan kejujuran .... maka bangsa ini tinggal menunggu kehancurannya .... Kemana alim ulama yang katanya penjaga moral bangsa...?
------

Diusir Warga karena Lapor Contek Massal, Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur  
Jumat, 10 Juni 2011 | 07:18 WIB -  Dibaca: 23,686
 TERHARU - Ny Siami dan Fatkhur Rohman, wali kelas Al, teharu saat saling minta maaf dalam mediasi di balai RW, Kamis (9/6). 
SURABAYA | SURYA - Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan  kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!

Teriakan "Usir, usir...tak punya hati nurani" terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.

Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.

Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan  Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.


Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga  merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan 'taktik  kotor' itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.

Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek–mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.

Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons  memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.


Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat. Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.

Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit  Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi  Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.

Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.

Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri  Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo.  Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga  menyeletuk. "Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya," ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.

Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar  dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.

"Menyontek adalah awal
dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian," sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak "usir... usir". Namun warga mulai tenang karena Sukatman tampak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. "Saya minta maaf kepada semua warga" ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.  Namun, sang suami terus membimbing,  membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak "usir". 
Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru  kemudian kembali terdengar suara Siami. Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap,  "Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik."
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek,ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. "Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik," kata Saki. 
Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan  terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan  menuntut Siami bertanggung jawab.
 
Budaya sakit
Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan  tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. "Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti," katanya.
Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. "Warga ternyata sakit," katanya.

Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan  Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. "Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah," papar Daniel.
Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.

Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.
Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot  Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.

Selasa, 07 Juni 2011

BIJAK Mengundang....!

Beberapa minggu yang lalu, seorang teman di kantor yang lama, yang sekitar 17 tahun lalu pernah sekantor.menelpon .... meminta alamat kantor saya sekarang. Dia bermaksud mengundang beberapa teman kantor saya yang sekarang beserta boss yang juga bossnya di kantor terdahulu untuk menghadiri pernikahan anaknya yang ke dua.

Setelah saya berikan alamat persisnya, beberapa hari kemudian saya menerima undangan tersebut. Alhamdulillah, dia masih ingat untuk mengundang teman-teman lamanya. Bisa jadi hal ini dilandasi untuk menfasilitasi teman-teman lamanya untuk melaksanakan reuni gratis heheheh .... Semangat menyambung tali silaturahim yang patut dihargai.

Saat membaca nama - nama pengundang, yaitu nama orang tua mempelai, saya agak tertegun... Bukan karena jumlahnya yang ternyata 3 pasang, yaitu 2 pasang berasal dari keluarga perempuan dan satu pasang dari keluarga lelaki, tetapi karena saya merasa nama salah satu istri pengundang agak familiar. Nama yang berasal dari "masa remaja" nun jauh di seberang... Apalagi dipadukan dengan nama suaminya yang berprofesi sebagai dokter spesialis anak dan alamat rumahnya. 

Tidak salah lagi .... karena belasan tahun yang lalu, sekitar beberapa bulan setelah kelahiran anak saya yang ke dua, saya pernah bertemu di sebuah RS di bilangan Bekasi. Saat itu dia yang juga berprofesi dokter, sedang menunggu sang suami.

Segera saja kutelpon mantan teman kantorku itu untuk meminta nomor telpon genggam calon besan perempuannya yang menjadi ibu tiri calon menantunya itu.

Singkat kata, berbekal nomor telpon genggam pemberian temanku, beberapa hari kemudian, hari minggu pagi, sambil menunggu asisten rumah membeli ketupat sayur di pelataran parkir dekat pasar pondok labu, kukirim sms kepada temanku tersebut, memberitahukan bahwa aku mendapat undangan untuk hadir dalam pernikahan anak tirinya tersebut dan bermaksud menghadirinya.

Di luar dugaan, alih-alih menjawab sms ku, teman lamaku itu malah langsung menelpon ... hihihi... inilah kemudahan dan dampak kemajuan teknologi komunikasi - sedang berbelanja di pasarpun bisa tetap berkomunikasi. Cerita panjang lebar, bernostalgia mengenai teman-teman lama kami saat di bangku SMA dulu.

Sebetulnya... teman lama ini adalah kawan sekelas adik perempuanku, tapi karena kami tinggal bersebelahan rumah dan kebetulan dia tinggal dengan kakak iparnya yang saat itu menjabat sebagai wakil kepala cabang suatu bank, maka kami cukup saling mengenal seluruh isi keluarga masing-masing.

Dua hari kemudian, saat berada di kantor, secara tiba-tiba aku menerima sms berisi penjelasan mengenai keluarga dan status anak-anaknya. Kaget juga aku membacanya .... Entah apa yang ada di dalam benak temanku, hingga dia merasa harus menjelaskan bagaimana dia melaksanakan pernikahannya dulu serta status anak-anaknya. Sumpah mati ... sama sekali tak pernah terlontar pertanyaan tentang hal itu. Itu urusan pribadi mereka.

Aku memang pernah mendengar cerita tentang pernikahannya tersebut dari adikku yang memiliki profesi yang sama dengan suaminya. Tapi... untuk apa mengusili urusan rumah tangga orang lain? Itu sebab ... aku hanya menjawab singkat..."ya, sudah pernah dengar ..... ! 
Hari Minggu, saat dilangsungkan resepsi pernikahan tersebut, aku hadir sendiri. Anakku sedang bermalas-malasan, kalau diperintahkan mandi lebih pagi. Mengikuti kebiasaan bapaknya, hari Minggu adalah hari santai dimana semua orang merasa "bebas" untuk mandi sesuka hati. Kebiasaan jelek yang tak patut ditiru.

Suamiku, sudah sejak pagi keluar rumah. Hari Minggu adalah jadwalnya latihan senam pernafasan Sinar Putih. Pulang dari tempat latihan, usai sarapan pagi yang sudah sangat terlamabta, sekitar jam 10.30, biasanya acara memeluk guling tidak bisa diganggu gugat. 

Jadi.... kalau aku punya undangan dan dia sedang berbaik hati untuk ikut hadir, biasanya dia akan mengorbankan waktu latihannya. Namun kali itu, dia "berkeras" latihan karena minggu sebelumnya, kami pergi ke Bandung menjenguk ibuku yang baru usai melakukan operasi penggantian sendi pangkal paha kanannya.

Aku berangkat sendiri dari rumah sekitar jam 10.45, langsung mengambil jalan bebas hambatan menuju lokasi. Kebetulan bertemu beberapa teman lama dari kantor yang sama dengan orangtua mempelai lelaki. Kami ngobrol kesana-kemari. Memang begitulah motivasi kami hadir di acara pernikahan tersebut. REUNI.....

Rupanya, mereka juga agak "curious" dengan adanya 3 keluarga pengundang. Itu sebab kami memilih tempat berdiri agak dekat dengan pelaminan, dengan harapan agar kami bisa "melihat" dari dekat  serta mendapat kesempatan awal memberi selamat kepada keluarga yang berbahagia tersebut.

Tiba saat pengantin dan keluarga berjalan menuju pelaminan, mataku menangkap sosok seorang perempuan yang sedang duduk di kursi roda dan seorang lelaki ganteng. Si perempuan, setelah kuperhatikan, ternyata menggunakan warna kebaya yang sama dengan orang tua pengantin yang sedang berjalan mengiringi pengantin menuju pelaminan, sedangkan sang pria juga memakai pakaian Jawa berblangkon. Tidak salah lagi ... ini tentu ibu pengantin perempuan disertai suami barunya.

Menjelang rombongan pengantin tiba di pelaminan, ibu kandung pengantin perempuan bangkit dari kursi rodanya. Berjalan perlahan tertatih-tatih sambil dipapah suaminya... dia berjalan dan duduk berdampingan dengan mantan suami dan istri "baru"nya. Memang agak terlihat tidak biasa ... apalagi saat itu sama sekali tidak terlihat adanya saling sapa di antara ke dua pasangan suami istri itu. Unik .....

Salah satu temanku sempat nyeletuk usil .... " lihat deh ... suaminya (bapak dari pengantin perempuan) mendapat istri yang lebih cantik, langsing dan lebih muda - begitu juga dengan ibunya. Usai diceraikan suami, dia yang terlihat sakit, mendapat suami yang juga lebih muda dan ganteng"

Kulihat seksama mereka yang ada di pelaminan.... Betul ... Sang suami Jawa yang wajahnya lebih pantas disebut wajah Minang - duduk berdampingan dengan istrinya (ini teman lamaku) yang jauh lebih segar dan cantik dibandingkan dengan mantan istrinya yang terlihat jauh lebih tua dan "sakit". Demikian juga mantan istri. Dia duduk tenang didampingi oleh suami yang terlihat gagah dan ganteng khas lelaki Jawa dengan kumisnya dan ..... terlihat jauh lebih muda dari wajah istrinya.

Entah apa yang berkecamuk di benak para undangan... Yang pasti, ke dua orangtua itu, walaupun sudah bercerai ... mereka punya hak dan kewajiban untuk "menyelesaikan" tugas, mengantar anak-anaknya ke gerbang pernikahan. Jadi memang.... mengapa harus malu dengan kondisi ini?

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...