Jumat, 28 November 2014

Pelayanan Medis di Indonesia

Sore itu, menjelang jam pulang kantor, kami berkumpul di ruang rapat untuk mengecek daftar undangan di ruang rapat. Salah satu anak boss akan menikah, sementara daftar undangan masih belum fixed. Saking banyaknya ... Maklum, bapak si pengantin lelaki memang salah satu tokoh nasional, jadi wajar kalau daftar undangannya "segunung".

Salah satu rekan keluar dari ruangan. Mungkin ke toilet atau untuk keperluan lain. "Anak" itu sepertinya memang punya masalah besar dengan pencernaannya, jadi dalam satu hari, frekuensinya keluar - masuk toilet cukup sering. Kebetulan, toilet khusus direksi perusahaan memang tepat berada di sebelah ruang kerja saya. 

Suasana kantor sudah agak sepi, beberapa staff, satu persatu mulai meninggalkan ruang kerjanya. Begitu juga suasana di ruang rapat. Walau ada beberapa orang yang masih bekerja meneliti daftar undangan, namun semua bekerja dalam hening. Cukup hening sehingga semua terkejut tatkala terdengar sayup-sayup teriakan riuh para sekretaris kantor di luar ruang rapat. Segera saja, semua yang berada di ruang rapat berhamburan ke ruang tengan kantor.

Di tengah ruang, dekat meja marmer yang kerap kami gunakan untuk diskusi, rekan yang tadi meninggalkan ruang rapat berdiri tegak. Tegak tanpa gerak. Mukanya pucat, pias ... dan bibir digigit menahan sakit. Dia sama sekali tidak bisa bergerak. Semua panik ... bingung ... gak tahu apa yang harus dilakukan. Yang paling "mengerikan" adalah membayangkan kalau sesuatu yang fatal terjadi, karena kurang dari 1 bulan, dia akan menikah.

Semua sibuk menelpon..., ke calon istri, itu sudah pasti. Lalu ke orangtuanya, ke rumah sakit yang berada tidak jauh dari kantor dan .... ke praktek Chiropractic di bilangan Senayan yang sering didatanginya. Semua di telpon saling silang. Yang pertama adalah bagaimana prosedur penanganan awal untuk mengurangi kesakitannya. Kasihan kan...., jangankan duduk, menggerakkan tangan sedikit saja sudah membuat dia berteriak keras karena kesakitan.

Melihat keadaan seperti itu, sudah pasti, dia tidak akan mungkin dibawa ke luar kantor, kami diusahakan, dirayu agar ada pelayanan medis yang bisa datang ke kantor. Ini sudah bukan masalah berapa harus membayar ... Ini masalah kesulitan yang amat sangat untuk bergerak. Ternyata ...... tidak mudah mendapat pelayanan di tempat. Semua yang dihubungi menolak datang .... Mungkin kami salah tempat yang dihubungi, tetapi... itulah yang terjadi. Tidak ada satupun yang bersedia datang. Alasannya macam-macam .. dari yang masuk akal sampai yang absurd sekalipun. Intinya .... tidak ada pelayanan di tempat, berapapun kita bersedia membayar .... Mereka hanya memberikan saran untuk mengoles bagian yang sakit (pinggang) dengan voltaren atau mengkompres dingin hingga hilang rasa sakit, lalu membawanya ke tempat praktek dokter/chiropractic. Itu maksimum pelayanan yang bisa diberikan....


Hadeuh ...... kebayang kan, kalau ada yang sakit berat yang akut seperti serangan jantung, stroke/pecah pembuluh darah dan sejenisnya ... Bisa meninggal sebelum mendapat layanan medis atau meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Maka .... hebohlah seisi kantor mencari voltaren dan es untuk mengkompres. Cukup lama melakukan kompres tersebut. Mungkin ada sekitar 1 jam, hingga rasa sakit agak "mereda" dan si penderita bisa melangkahkan kaki, walau tertatih-tatih dan dipapah.

Naik ke dalam mobil, menekuk badan serta menggeser badan agak memperoleh posisi duduk yang nyaman juga merupakan penderitaan berat. Entah bagaimana cara si pengantar membawa dan mengantar sampai akhirnya tiba di tempat praktek.

Begitulah pelayanan medis di kota metropolitan. Di tengah maraknya iklan-iklan pelayanan medis dan menjamurnya rumah sakit yang ditujukan kepada golongan menengah atas, pelayanan pada pertolongan pertama serangan akut, rasanya masih sangat menyedihkan. Bayangkan .... kalau pelayanan untuk masyarakat "berduit" saja begitu "menyebalkan", apalagi untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah yang hanya mampu mengandalkan pelayanan gratis yang dijanjikan pemerintah?
***

Pelayanan medis di Indonesia masih sangat jauh dibandingkan dengan pelayanan medis di negara maju. Mungkin ada ketertinggalan hampir 50 tahun terutama untuk pelayanan emergency di tempat pasien.

Pemerintah memang sudah berusaha berjalan dan menuju perbaikan pelayanan kesehatan. Namun hambatannyapun tidak sedikit. Sepertinya ada yang merasa "kenyamanan dan keamanan" pundi-pundinya hilang apabila program Indonesia sehat versi pemerintah berjalan dengan baik.

Protes ...? 
Kepada siapa dan siapa yang harus protes ...
Ketika kalangan berpunya lebih memilih jalan pintas
Membanjiri pelayanan medis di negara jiran
Mungkinkah masih ada kepedulian mereka ...
Padahal ...
Justru merekalah yang "bisa bersuara"
dan ...
Mengubah segalanya agar menjadi lebih indah
Bagi mereka yang membutuhkan

Wallahu alam


BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...