Rabu, 07 Juli 2010

Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (dwilogi)


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andrea Hirata
Maryamah Karpov yang benar

Mizan Book Publisher menerbitkan karya Andrea Hirata terbaru, yang tersaji dalam dua cerita tetapi disatukan dalam sebuah buku yang diberi judul ... Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas.

Ceritanya masih berkisar tentang Ikal dan kisah-kisah petualangan bersama teman-temannya, sedangkan rentang terjadi peristiwa dalam kisah petualangan ini adalah masa Ikal dewasa setelah dia menyelesaikan kuliah dan memperoleh gelar master di Perancis/Inggris.

Buku pertama, PADANG BULAN mengisahkan pertengkaran antara Ikal dan bapak “juara satu di dunia” yang disayanginya sehingga menyebabkan Ikal enggan pulang kerumah. Pertengkaran itu sendiri dipicu karena ketidak-setujuan bapak akan hubungan Ikal dengan Aling dan ditambah dengan ketidak sukaan sang ibu, melihat Ikal yang telah bersusah payah bersekolah dan memiliki sederetan gelar tidak kunjung mencari dan mendapatkan kerja kantor yang dapat menjamin masa depan dan pensiun di hari tua.

Di tengah masalah antara Ikal dan ibu/bapaknya, muncul M Nur, kawan main Ikal semasa kecil, yang mengaku dirinya sebagai detektif Melayu, memperkeruh hubungan Ikal dengan Aling. Berita yang dihembuskan M. Nur kepada Ikal tentang hubungan Aling dengan Zinar, pengusaha muda, tinggi, ganteng dan atletis, pemiliki warung kopi membuat Ikal terbakar rasa cemburu.

Tampilan fisik Zinar dan info hubungan “asmara” antara Zinar dan Aling tak pelak membuat Ikal pontang–panting, martabatnya terusik sehingga dia berusaha mati–matian untuk mengalahkan Zinar. Kesempatan itu datang dalam berbagai pertandingan yang akan digelar saat perayaan 17 Agustus.

Di lain pihak, ada kisah Enong, gadis kecil yang bercita–cita menjadi guru bahasa Inggris, namun terpaksa mengurungkan niatnya sejak sang bapak meninggal terkubur hidup–hidup tertimbun longsoran pasir timah. Sebagaimana tradisi Melayu, sebagai anak tertua, Enong terpaksa mengambil alih tanggung jawab sang ayah dan mengubur segala cita–citanya hanya beberapa bulan menjelang ujian akhir SD.

Perjuangan Enong mengais rejeki untuk menopang kehidupan keluarga tentu sangat berat. Upaya mencari pekerjaan di Tanjung Pandan gagal total karena tubuhnya yang kecil dan kurus kering dianggap tidak memadai untuk jenis pekerjaan yang dilamarnya sehingga Enong akhirnya terpaksa kembali ke kampung.

Buku ke dua CINTA DI DALAM GELAS melanjutkan perjuangan Enong mengais rejeki di kampung,menggantikan fungsi bapak. Enong memutar otak untuk mencari penghasilan untuk menopang biaya rumah tangga dan sekolah adik–adiknya dengan adat dan tradisi Melayu dengan menjadi pendulang timah perempuan yang pertama di kampungnya, menghadang berbagai tantangan yang keras dan kasar. Bertahun – tahun dijalaninya kehidupan keras tersebut sambil tetap menjaga semangatnya untuk menguasai bahasa Inggris. Dibiayai adik–adiknya bersekolah hingga mereka kemudian menikah satu persatu, hingga tinggal Enong membujang dengan tampilan kasar khas pendulang timah.

Hingga suatu saat seorang lelaki melamar dan mengajaknya menikah. Namun bayangan cinta sejati seperti yang dialami ibu/bapaknya pupus ketika seorang perempuan datang ke rumah Enong seraya mengaku sebagai istri Matarom, suami Enong.

Enong kecewa dan dalam kemarahan dia memutuskan untuk bercerai dan melanjutkan hidupnya sendiri, mengejar cita–cita masa kecilnya untuk menguasai bahasa Inggris dengan mengikuti kursus bahasa Inggris. Ditemani buku kecil berjudul kamus Inggris satu milyar kata,hadiah bapaknya menjelang kematiannya Enong semangat mengejar cita–citanya.

Sementara itu kemarahan Enong karena tertipu Matarom, dilampiaskannya dengan niat mengalahkan lelaki yang sempat menjadi suaminya itu diajang pertandingan catur menjelang perayaan 17 Agustus. Catur adalah wilayah lelaki dan perempuan Melayu tidak akan pernah diberi kesempatan bermain catur apalagi kalau sampai mengalahkan lelaki.

Ikal, M Nur sang detektif, Enong yang memiliki nama asli Maryamah serta Jose Rizal dan Ratna Manikam berkomplot untuk mendukung Enong alias Maryamah “menuntaskan” dendamnya mengalahkan Matarom sang juara catur 2 tahun berturutan. Pertemanan Ikal dengan Ninoschka di Sorbone yang pada saat sama sedang berjuang untuk menjadi salah satu master catur dunia, memperlancar niat Enong yang Maryamah melangkah sedikit demi sedikit mengalahkan para lelaki.

Dukungan teknologi telekomunikasi tradisional melalui merpati pos dan telekomunikasi modern internet memuluskan transfer pengetahuan bermain catur tingkat dunia kepada pemain catur desa nun di pelosok pulau kecil wilayah Sumatera. Lembar catatan langkah pesaing yang “disadap” sang detektif dan disampaikan Jose Rizal kepada Ikal, diterjemahkan langsung oleh Ikal untuk dimintakan petunjuk langkah antisipasi lansung dari Ninoschka di belahan dunia Eropa. Bagaimana akhir pertandingan Enong dengan Matarom, ada baiknya kita simak 2 buku yang menjadi satu ini.

Sebagaimana kisah perjalanan Ikal terdahulu, buku ini sarat dengan semangat hidup yang patut menjadi teladan dan contoh bahwa tidak ada yang mustahil tatkala semangat dan kemauan untuk meraih cita–cita masih terpateri dalam dada.

Bagi saya, buku ini, terutama buku bagian ke dua lebih cocok diberi nama MARYAMAH KARPOV dibandingkan dengan buku ke 4 tetralogi Andrea Hirata terdahulu. Saya masih ingat, mungkin sekitar 1 tahun sebelum film Laskar Pelangi beredar, saya sempat melihat buku Maryamah Karpov di toko buku Gramedia PIM1. Sempat terbersit maksud untuk membelinya sekaligus 3 buku yaitu Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Namum suami saya melarang, karena buku pertama, Laskar Pelangi pun belum selesai saya baca. Beberapa minggu setelahnya, tatkala saya memutuskan untuk membeli buku tersebut ... maka Maryamah Karpov sudah menghilang dari peredaran .... untuk kemudian diedarkan kembali di bulan September (tahunnya lupa...) mendekati jadwal peredaran film Laskar Pelangi

Bisa jadi, cerita dalam dwilogi inilah yang menjadi isi buku Maryamah Karpov terdahulu, yang sebenarnya dan kemudian diperkaya kembali oleh Andrea Hirata dengan menuliskan akhir kisah percintaan antara Ikal dengan Aling.

Buku ini juga sekaligus menjelaskan mengapa kisah–kisah dalam buku Maryamah Karpov – versi Tetralogi “nggak nyambung” dengan judul bukunya, karena sama sekali tidak tercermin apa, siapa dan mengapa ada Maryamah Karpov

Selasa, 06 Juli 2010

Mencari Endek yang hilang

Tenun Ikat Bali - Endek
Sejak terbetik berita DTM bermaksud mengadakan perjalanan liburan bersama ke Bali, saya berniat untuk mencari endek di ranah kelahirannya. Terakhir saya menjumpai dan memperolehnya, juga di ranah kelahirannya adalah 21 tahun yang lalu pada kesempatan yang sama pula, yaitu perjalanan bersama keluarga DTM. Bedanya, tentu saat itu anak pertama saya masih berumur 6 tahun dan sekarang, kami pergi bersama anak kedua yang berumur 12 tahun. Bahkan salah satu peserta perjalanan 21 tahun yang lalu sudah meninggal dunia beberapa hari sebelum DTM melakukan perjalanan liburan bersama pada awal bulan Juli 2010 yang baru lalu.

Beberapa hari sebelum keberangkatan kami, saya menghubungi keponakan suami yang tinggal dan bekerja di Denpasar untuk mencari endek, tentu dengan menyertakan ciri - cirinya. Sayang, sang keponakan sama sekali tidak bisa menemukannya. Ternyata bukan saja karena dia tidak mengetahui jenis kain yang dimaksud. Maklum saat endek sedang merajai dunia fashion di tanah air, dia masih kanak-kanak.

Merasa akan mengunjungi ranah kelahiran Endek, saya berpikir akan mencarinya sendiri. Tentu akan lebih menyenangkan karena akan dapat memilah dan memilih endek sesuai dengan kehendak hati.

Maka .... hari kedua, di Bali ... tanah kelahirannya, saya sempat menanyakan keberadaan endek kepada Komang, supir sekaligus pemilik APV yang membawa kami melakukan perjalanan liburan. Memang .... perjalanan yang konon diberi judul DTM Gathering .... ternyata malah "memandirikan" pesertanya. Seluruh acara selama 4 hari 3 malam di Bali, diisi dengan acara bebas.

Nah kembali pada si Endek, tahukah anda siapa dia? Kepada Komang, saya tanyakan keberadaan tenun ikat Bali yang pada tahun 80 an begitu menguasai ranah fashion di Indonesia. Bahkan mengalahkan dominasi batik. Dimana - mana tenun ikat Bali digunakan baik sebagai gaun maupun kemeja. Bahan, warna dan motifnya begitu beragam.

Di tanah kelahirannya, tenun Ikat Bali ternyata lebih dikenal sebagai Endek. Dialah yang saya cari, di tengah membanjirnya beragam motif batik dari Sabang hingga Merauke. Ternyata .... Endek memang sudah sukar ditemukan dijajakan orang baik sebagai bahan untuk dibuat kemeja/gaun, kain pantai atau sarung. Dari puluhan kios penjual kain pantai, hanya beberapa saja yang menjual kain pantai endek. Itupun dari jenis yang bermutu rendah .... kain tipis dengan tenunan benang jarang.

Sempat juga mencari di berbagai toko yang mengkhususkan diri menjual souvenir khas Bali, mereka hanya menjual endek berbentuk sarung pantai yang dari motifnya kurang cocok dibuat blouse atau kemeja.


motif Rang-rang Tenun Ikat Troso - Jepara
Hari terakhir di Bali, keponakan suami berkesempatan menemani kami dan mengajak ke mencari endek di jalan Sulawesi Denpasar, yang merupakan pusat penjualan kain, Kesanalaah kami berburu endek. Dalam belasan toko yang kami masuki, hanya ada 4 toko yang menjual endek meteran yang dapat digunakan untuk blus atau kemeja. Sementara batik Jawa, mulai dari batik motif Megamendung gaya Cirebonan, Jawa Tengah (motif Solo, Jogja, Pekalongan dll) maupun Jawa Timuran seperti Batik Tubanan dan Madura, sekedar menyebut motif yang saya kenal menguasai pusat penjualan kain. Memang ada kain motif Bali seperti yang sering digunakan para penari, namun tetap saja terlihat dengan sangat kasat mata bahwa Batik Jawa sudah "menjajah" ranah kelahiran Endek.

Ironi sekali .... saya merasa kehilangan endek sang TENUN IKAT justru di tanah kelahirannya. Tenun ikat Bali justru kehilangan pamor dan tempat kelahirannya.

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...