Selasa, 23 April 2013

MENULIS ..........

Aku....? Jelas bukan penulis... kalau julukan penulis itu harus diartikan dengan memiliki buku yang sudah dicetak/diterbitkan dan kemudian dipasarkan lalu dibaca orang. Walau begitu, mungkin bukan kebetulan kalau di kantor, itu yang namanya tulis-menulis, hampir selalu atau lebih tepatnya sebagian besar terpaksa dan dipaksa mampir ke mejaku dulu sebelum persetujuan akhir dari big boss. Entah sejak kapan hal itu terjadi.

Awal "berkenalan" dengan big boss, beliau masih menjadi executive di salah satu anak perusahaan milik salah satu pengusaha pribumi yang cukup kondang di negeri gemah ripah loh jinawi yang sampai saat ini masih belum mampu membuat rakyatnya makmur dan sejahtera. Hubungan kerjaku dengannya tidak terlalu dekat, bahkan tidak pernah berhubungan langsung, kecuali saat big boss di awal tahun 90 bermimpi membuat Mall di Bekasi, setelah melihat kesuksesan Pondok Indah Mall. Ini terjadi sebelum berdirinya Metropolitan Mall yang berlokasi di gerbang toll Bekasi Barat. Saat itu, mengetahui aku pernah bekerja dan kenal dengan perencana lokal yang menjadi partner perencana utama Pondok Indah Mall, maka aku diminta menjadi penghubungnya. Itulah yang menjadi awal hubungan kerja langsung, tapi tidak juga mendekatkan kami.

4,5 tahun kemudian, saat beliau memegang tampuk jabatan sebagai ketua umum organisasi tempat kumpulnya para pengusaha dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai executive di perusahaan tersebut, beliau menawariku untuk bergabung di perusahaan yang didirikannya. Aku turut bergabung, bukan karena iming-iming materi, tapi memang karena setelah pergantian pimpinan perusahaan, suasana kantor lama terasa kurang kondusif lagi buatku.

Saat itu, sekitar pertengahan tahun 90an, untuk urusan tulis menulis beliau yang konon sejak masa mahasiswa adalah aktifis organisasi, ada satu wartawan dari satu media massa yang membantunya. Entah bagaimana cara kerjanya, yang pasti sang wartawan cukup sering mondar-mandir ke kantor. Maklum saja, jaman itu .... internet masih jadi barang aneh yang tidak banyak disentuh orang. Di rumah .... cuma suamiku yang mulai menggunakan korespondensi dengan email. Sementara aku baru mulai kenal dengan email tahun 1996, saat suamiku pergi ke Jerman untuk selama 3 bulan dan untuk kepentingan saling berkirim kabar itulah aku diberikan akses menggunakan email account nya di Indonet, satu-satunya provider email jaman itu. Eits ...., kok malah nglantur ke internet ya? Yuk ah, balik lagi ke urusan tulis menulis....

Aku juga lupa, sejak kapan big boss "mengenali" kemampuanku untuk membantunya dalam hal tulis menulis. Entah apakah melalui surat menyurat di kantor yang sering kulakukan sehubungan dengan pekerjaan atau hal lainnya. Yang kuingat adalah suatu kali doi meminta bantuanku untuk menulis makalah yang akan dipresentasikannya dalam forum panel diskusi dimana beliau menjadi salah satu pembicaranya. Usai acara tersebut, aku diberi amplop yang berisi uang cukup besar ... kalau tidak salah sekitar satu juta ..... Honor sebagai pembicara, karena amplop dengan label panitya, masih utuh tak terbuka, yang kemudian, sebagian habis untuk mentraktir teman sekantor, dan sebagian lagi masuk dalam pundi-pundi tabungan. Itulah honor yang pertama dan terakhir hahaha ....., Bukan karena doi nggak pernah jadi pembicara lagi. Mungkin lebih tepat disebut karena memang, seiring dengan waktu, beliau kemudian menolak honorarium dari panitya.

Apa yang ditulis...?
Macam-macamlah .... sesuai dengan kepentingannya. Entah karena jabatan organisasi yang disandangnya, topik-topik seminar/panel diskusi yang mengundangnya sebagai pembicara, pers release perusahaan, advertorial, resensi buku sampai pada artikel yang berkaitan dengan kampanye elektoral dan belakangan ini naskah sambutan/pidato. Pokoknya macam-macam deh .... Jadi ragam isinyapun bermacam-macam. Bisa tentang Real estate (perumahan/pemukiman dan Lingkungan), ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya.

Nah .... berkenaan dengan naskah pidato itu, pernah juga aku diminta bantuan untuk menyiapkan naskah pidato yang akan dibaca oleh wapres (saat itu). Entah apakah kemudian naskah tersebut jadi digunakan, entahlah .... Biasanya pejabat negara memiliki tim penulis naskah pidatonya sendiri .... Nggak sembarang naskah bisa diterima. Kalau sekedar masukan dari masyarakat, bisa jadi ada yang diterima. Tapi jadi naskah utama.... wallahu alam.... Aku hanya menulis sesuai arahannya sekaligus sambil meluapkan apa yang ada di pikiranku.

Sekarang, kalau ada surat permintaan makalah seminar/panel diskusi, sambutan dan yang sejenis, sang sekretaris sudah tahu dan langsung mengirimkan 1 kopi surat undangan dan lampiran-lampirannya ke mejaku, supaya aku punya kesempatan mengerti topiknya dan mencari referensi terkait. Setelah itu, biasanya, setelah sang sekretaris memberitahukan tentang undangan tersebut, si boss akan menelpon memberi arahan beberapa stressing  dari isi tulisan yang diinginkannya. Sisanya ....? Suka-sukalah... Apa yang ada di kepalaku bisa kutuangkan semua. Kadang ada issue menarik yang sedang hangat dan luput perhatiannya, bisa masuk dan bahkan akhirnya menjadi topik bahasan utama.

Sejujurnya, kegiatan ini seringkali menyita waktu kerja, apalagi kalau topiknya berat. Untungnya, aku kerja di kantor miliknya pribadi. Jadi rekan kerja yang lain terpaksa maklum kalau aku bilang nggak bisa diganggu karena lagi sibuk "mengarang" atau bahkan kalau kukatakan aku "terpaksa" datang terlambat ke kantor, kalau sudah mendekati tenggat waktu yang kujadwalkan sendiri, sementara kalau kukerjakan di kantor, konsentrasiku bisa buyar karena "gangguan" pekerjaan rutin.

Persiapannya.
Mungkin ini buah dari pendidikan kuno jaman buku pegangan pelajaran bahasa Indonesia masih dikarang oleh Poerwadarminta (maaf kalau salah .... it's been long time ago). Buku itu buatku fenomenal banget. Tokoh dan cerita sangat merakyat, baik isi ceritanya yang lebih banyak berisi kejadian sehari-hari, lokasi maupun nama anak-anaknya seperti Amir, Sudin, Muntu, Tuti .... Cita rasa lokalnya sangat terasa.

Ceritanyapun mengandung banyak hal yang menyangkut budi pekerti, kejadian alam/lingkungan, kesehatan dan lain-lain. Rasanya kalau Kemendiknas mau bikin buku ajar di SD yang konon kabarnya akan bersifat Thematic Integrative sebagaimana dicanangkan dalam Kurikulum 2013, maka buku pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari 2 buku yaitu Pelajaran Bahasa Indonesia yang berisi tata bahasa dan Bacaan Bahasaku, sangat layak "dihidupkan" lagi atau minimal menjadi acuan.

Sungguh .... buku pelajaran Bahasa Indonesia itulah yang membangkitkan minat bacaku. Begitu buku tersebut dibeli pada awal tahun ajaran, sudah langsung "kulahap" habis, sebagai pengisi waktu libur. Sehingga saat tahun ajaran dimulai, maka isi buku itu hanya menjadi bacaan ulangan saja. Tapi walau begitu, isi buku pelajaran bahasa Indonesia dan bacaan Bahasaku tersebut sama sekali tidak membosankan. Itulah awal kecintaanku terhadap buku dan bacaan.

Nah.... berkaitan dengan menulis .......! Dulu.... sejak duduk di bangku SD hingga tamat SMA, hal yang kusukai dan mungkin menyebalkan bagi sebagian anak lainnya adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan caturwulan. Jadi minimal ada 3 waktu yang menyebalkan atau menyenangkan buatku. Kenapa.....?
Karena .... pada hari itu, yang umumnya selalu dimulai dengan mata pelajaran bahasa, kami disuruh untuk membuat karangan. Apa saja .... tapi umumnya tentang kegiatan selama libur catur wulan.

Lain dari itu, selama di SMA, setiap murid diwajibkan membaca 1 buku sastra Indonesia setiap tahunnya. Jadi, minimal ada 3 bacaan genre sastra Indonesia, wajib baca. Mulai dari karangan dari  sastrawan angkatan Balai Pustaka,  Pujangga Baru, Angkatan 45 dan lain lain .... Tokoh-tokoh pengarang yang masih kuingat antara lain Sutan Takdir Alisyahbana alias STA, Marah Rusli, Nur St Iskandar, Armiyn Pane, Hamka, Utuy T Sontani, Pramudya Ananta Toer, Achdiat K, Aoh K, Amin Dt Madjoindo dan banyak lagi.

Buku-buku yang fenomenal antara lain Salah Asuhan, Siti Nurbaya, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, Azab dan Sengsara dan lainnya ..... yang .... terus terang, aku lupa judul bukunya.... Lagi-lagi ....... it's been long time ago, tak terasa, sudah uzur juga rupanya. Jadi tidak mengherankan bila kemudian anak dan cucu STA berkecimpung tidak jauh dari apa yang sudah dirintis oleh sang God Father - STA, yaitu di dunia percetakan/penerbitan yang kini berkembang sebagai Femina Grup.

Kegemaran dan kebiasaan membaca, membuatku tidak bisa sembarangan saat menulis surat untuk urusan kantor ataupun apa-apa yang diminta big boss untuk keperluan organisasi/politiknya. Aku harus mengerti betul latar belakang tulisan yang akan dibuat dan karenanya dibutuhkan rujukan yang cukup. Bukan saja dari tulisan/buku ditambah dengan berbagai rujukan yang sekarang mudah diperoleh melaui internet, tetapi juga kepekaan terhadap berbagai masalah lingkungan dan kondisi masyarakat. Mungkin terlihat berlebihan, tapi menurutku itu salah satu kunci menulis yang baik dan berisi.

Itu sebabnya, buku yang ditulis oleh Pramudya Ananta Toer, Langit Kresna (serial Gajah Mada) Dan Brown terasa sangat "dalam"
***

Jaman sudah berubah dan kemajuan teknologi rupanya ada dampak negatifnya juga terhadap kemampuan tulis menulis. Kini banyak teman-temanku yang mengeluh bahwa di kantornya, kemampuan tulis menulis rekan kerja terutama para juniornya buruk sekali. Mereka umumnya tidak mampu lagi membedakan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan. Pemotongan kalimat, kata dan suku kata begitu parah .... Bisa jadi, mungkin suatu saat akan ada biro jasa untuk membuat surat. Kita lihat saja....

Jumat, 19 April 2013

Pakai Barcode, UN 20 Paket Tetap Bocor. Ini Buktinya!


Thu Apr 18, 2013 5:12 am (PDT) . Posted by:
"Mohammad Ihsan" mohammad.ihsan

Kunci Jawaban UN 20 Paket Soal
Memperhatikan kunci jawaban yang beredar di kalangan siswa SMA di Surabaya membuat saya geleng-geleng kepala. Betapa tidak, kunci jawaban  tersebut nampak dipersiapkan sangat profesional. Jauh dari kesan palsu atau sekedar ulah orang iseng seperti salah satu komentar yang ditulis atas catatan saya di Kompasiana sebelumnya: Kecurangan Ujian Nasional Itu Nyata

Sebelum ini kita disuguhi berbagai pernyataan Mendikbud M. Nuh yang menjelaskan bahwa UN tahun ini dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan bocor sangat kecil. Soal-soal UN dibuat dalam 20 paket, sehingga di dalam satu ruangan masing-masing siswa akan mengerjakan soal yang berbeda, sehingga kecurangan contekan juga hampir mustahil. Bahkan meski UN tertunda di 11 propinsi, Mendikbud mengklaim soal UN tidak akan bocor (Suara Pembaruan, 15 April 2013). Soal UN bocor akan mudah dilacak, karena memiliki barcode (Antara, 31 Maret 2013). 

Semua retorika Mendikbud bisa sejenak menenangkan kita yang menginginkan UN berlangsung jujur dan kredibel. Tapi ketenangan itu mendadak buyar ketika guru-guru di berbagai daerah melaporkan kecurangan UN dengan berbagai modusnya.

Benarkah UN masih bisa bocor? Bukankah naskah soal dilengkapi barcode sehingga siswa yang curang pasti sulit mengenalinya?

Saya sendiri awalnya menyangsikan bagaimana soal UN bisa bocor setelah 2 pengamanan yang dibuat (barcode dan paket sebanyak 20 soal) diterapkan dalam UN tahun ini. Ternyata, di mana-mana maling selangkah lebih lihai ketimbang polisi … Dan itu nyata terlihat dalam kunci jawaban yang beredar di kalangan siswa.
Bagaimana Cara Mengenali Barcode?
Sebelum mengerjakan, siswa harus lebih dulu mencocokkan apakah kunci jawaban yang dipegang sudah sesuai dengan soal yang dikerjakan. Dan jika melihat barcode tentu sulit. Maka cara yang dipakai adalah dengan tidak mempedulikan barcode tersebut, melainkan memakai trik lain.

Dari berbagai bentuk kunci jawaban yang beredar, setidaknya ada 2 cara mengenali soal tanpa melihat barcode, yaitu:
  1. Mencocokkan redaksi awal 2 contoh soal Ini bisa dilihat pada kunci jawaban pada gambar di atas. Misalnya, tertulis: BIG 1. Soal 16. Nadia will… Soal No. 20. Rafael Nadal… Siswa tinggal mencocokkan apakah di soal tersebut untuk soal no 16 diawali dengan redaksi “Nadia will…” dan pada soal nomor 20 diawali dengan kalimat “Rafael Nadal…”. Jika iya, maka berarti kunci jawaban sudah cocok dengan soal. Siswa tinggal menyalin saja kunci jawaban yang tertera di situ. Kalau belum cocok, ya cari saja pada kunci jawaban lainnya, kan siswa memegang kunci jawaban untuk semua paket soal.
  2. Memperhatikan kode yang tertulis di pinggir sampul soal. Coba perhatikan kunci jawaban UN mapel Kimia yang beredar di SMA di Palembang di bawah ini. Kunci jawaban dengan kode angka di pinggir sampul soal. Di bagian atas tertulis kode SA** (2 angka sengaja disamarkan), ternyata itu adalah kode yang sama persis dengan yang tertera di sampul soal. Semua soal yang ada menggunakan kode diawali SA, misalnya SA73, SA70, dan seterusnya. Siswa yang curang pasti sudah di-briefing untuk mencocokkan kunci jawabannya dengan soal yang sedang dikerjakannya.
Apakah pembuat soal kecolongan sehingga kode yang ditulisnya di sampul justru dimanfaatkan oleh mereka yang curang untuk mengenali naskah soal? Saya tidak tahu. Kemdikbud tentu lebih mengerti masalah ini.
Apakah kunci jawaban ini asli? 
Jangan-jangan buatan orang iseng yang asal menebak-nebak sembari  mendapatkan keuntungan dari penjualan kunci jawaban? Ya, kalau ini palsu, siswa pasti sudah berontak, sebab mereka mendapatkannya tidak gratis alias harus merogoh kantong Rp 50-100 ribu.

Kunci jawaban ini sungguh asli. Hal ini mudah dideteksi dari 2 butir soal yang dituliskan sebagai pengenal atau tulisan di kode sampulnya. Si pembocor pastilah orang yang amat sangat “hebat”, sebab mereka bisa mengakses semua soal. Langsung 20 paket soal sekaligus.

Masihkah Mendikbud terus beretorika bahwa tidak ada kebocoran UN? Bukti apa lagi yang ditunggu agar pemerintah sampai pada kesimpulan bahwa UN memang tidak valid karena pelaksanaannya penuh kecurangan?

Saatnya Reposisi UN. Sekarang Juga.
Tahun ini, meski Kemdikbud sudah berinovasi dengan barcode dan 20 paket soal, ternyata bocor juga. Saya sampai pada kesimpulan, mau dibuat paket lebih banyak lagi, UN tetap akan bocor, bocor, curang, dan curang… Semua ini karena siswa tidak memiliki pilihan lain, kecuali harus dapat nilai bagus agar bisa lulus sekolah. Nilai UN jeblok alamat siswa gagal lulus.

Sudah saatnya Kemdikbud mengembalikan fungsi UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, melainkan hanya sebagai alat pemetaan mutu pendidikan. Urusan lulus nggak lulus biar menjadi domain guru dan sekolah. Karena nggak menentukan kelulusan, insya Alloh siswa nggak akan ngoyo mencari bocoran dan berbuat curang, toh berapapun nilai UN, kelulusan ditentukan sekolahnya.

Jadi, saran untuk Mendikbud, stop UN yang penuh rekayasa ini. Tahun depan, tak perlu lagi ada UN. Atau, jika pun UN dipertahankan, ubah fungsinya hanya untuk pemetaan mutu pendidikan saja. [ihsan@igi.or.id]

Sumber:

Kamis, 18 April 2013

Carut Marut Pendidikan Nasional


Ada 2 issue penting dunia pendidikan yang saat ini ramai diperbincangkan masyarakat. Yang pertama adalah ujian akhir nasional yang penyelenggaraan tahun ini Jelek banget deh. Betul-betul jelek sampe nggak abis pikir. Ujian akhir kan bukan terjadi sekarang ini aja... sudah bertahun-tahun dan berulang-ulang.  

Minggu ini, siswa SMA/SMK sedang menempuh Ujian Akhir Nasional. Sayangnya, suasana tenang dan kondusif, pada saat terakhir, rusak gara-gara Kemendiknas sendiri.
Ujian akhir nasional kan sudah rutin setiap tahun. Jadi Kemendiknas mestinya sudah punya manajemen handal yang kerja dengan jadwal terukur. Jadi mestinya nggak ada tuh yang namanya penundaan. 

Bayangkan, ada 11 provinsi terlambat melaksanakan ujian. Alasannya karena ada kendala percetakan, kesalahan pengiriman dan hal lain. Jadi 11 Provinsi yang telat itu, bakal ujian hari Kamis 18 April 2013. Ternyata di provinsi yang melaksanakan ujian tepat waktupun, masih  kekurangan naskah. Jadi masih harus bikin foto copy soal–soal ujian. 

Nah ..... hari ini, 11 Provinsi yang terlambat itu melaksanakan Ujian Akhir. Mulus......? Nggak Juga tuh ....!  Ada yang ujiannya jam 14.00, ada yang jam 16.00 .... di Samarinda malah ada beberapa sekolah yang nggak nerima soal ujian. Nah lo .....?! Untung aja Walikotanya cukup cekatan .... UN di Samarinda ditunda semua ....! Bravo pak Walikota .... Cuma, masalah nggak selesai dengan penundaan! Keterlambatan ini adalah salah satu bentuk pendzaliman terhadap siswa sekolah. 

Anak-anak yang (semoga) sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi ujian akhir, mengalami ketegangan jiwa ..... eh, taunya UN ditunda. Ini kan memperpanjang "penderitaan" jiwa anak-anak/remaja. Frustrasi deh ... bukan siswanya aja, tapi semuanya ....

Segala cara dikerjakan sebagai pembekalan siswa menjelang ujianpun. Ada yang melatih siswa mati-matian dengan soal2 tapi ada juga yang jauh melenceng. Mandi kembanglah, ke dukunlah dan lain-lain. ini kan makin menunjukkan kalau anak-anak itu nggak punya pegangan dan kepercayaan diri. Bukan anak-anaknya aja... Jangan-jangan ortu dan gurunyapun podo wae.... Hadeuh .....!!!!

Itu pejabat Kemendiknas itu punya anak nggak sih? Semuanya juga pernah ngrasain ujian akhir kan? Lupa kali ye, gimana rasanya ngadepin UN. Nggak salah juga kali ya kalau mereka disumpahin abis-abisan sama banyak orang.

Rasanya, dulu-dulu lebih sederhana deh ... Padahal nggak ada peralatan canggih. 
Aneh juga ya ... jaman sudah bisa melaksanakan cetak jarak jauh begini, kok pencetakan harus tersentralisasi. Lupa atau nggak tahu sih kalau transportasi naskah ujian itu masih jadi masalah besar di Indonesia karena kondisi geografi. Sudah jadi rahasia umumlah, kalau ada begitu besarnya disparitas kondisi dan fasilitas sarana prasarana/infra struktur di Indonesia.

Lagipula, UN itu perlu banget nggak sih? Kenapa nggak UAS aja sih ....? Toh kita tahu, kalau mau masuk Universitas, itu angka2 UN juga nggak digubris sama Universitas. Mereka lebih percaya sama hasil test masuknya sendiri. Kita juga tahulah gimana kualitas sekolah maupun kualitas guru dan sekolah di Indonesia. Jangankan membandingkan kualitas sekolah antara Jakarta dengan wilayah Timur Indonesia. Wong sesama sekolah di Jakarta aja, kualitasnya mascam-macam kok....

Ditambah lagi dengan pola pikir materialistis dan budaya instan di masyarakat. Banyak orang sudah nggak peduli sama kualitas, etika, moral. Kecurangan jadi "raja". Kalau dulu, bekal curangnya bikin gebetan, nulis rumus dan contekan dikertas yang digulung atau nulis di tangan, atau paha. Sekarang pake beli soal. Sudah jadi rahasia umum, kecurangan saat jadi kecurangan sistemik. Semua terlibat. Bukan anak-anak peserta ujian aja, tapi juga sudah melibatkan orangtua siswa maupun institusi sekolah dan guru. Kesemuanya demi kelulusan 100%.

Aduh.... nasib bangsaku ini ... Mau dibawa kemana sih masa depan negara ini? Padahal konon Kemendiknas itu adalah Kementrian yang mendapat alokasi APBN terbesar di negeri ini. Mungkin saking besarnya alokasi APBN itu, banyak yang silau dengan deretan angka anggaran, sampe lupa kerja yang bener .... Omong jeleknya, jangan-jangan pada sibuk ngitungin komisi kali ye...?

Kita liat aja... kan menterinya sudah sesumbar ..."Kalau ada Korupsi, saya yang bertanggung jawab". Begitu katanya! Nah ..... ayo dong BPK, KPK, ICW .... ayo bergerak....! Mari kita lihat ......., semoga carut marut ini cuma karena human error ... bukan karena hengki pengki dan john toel berseliweran ngrubutin kue proyek bernama Ujian Nasional ....
Ntar dilaknat Tuhan loh...!

Senin, 15 April 2013

REMAJA GALAU


Jum'at lalu, saat kembali dari asrama seperti biasa, wajah anakku terlihat tidak seperti biasa. Konon katanya .... tenggorokannya sakit. Gejala batuk. Maka untuk itu kutawarkan apakah dia mau minum air rebusan jahe ditambah dengan madu atau jeniper alias jeruk nipis peras hangat tambah madu.

Usai menyiapkan jeniper alias jerk nipis peras hangat, dan setelah diminumnya sebagian jeniper hangat bermadu itu, setengah berbisik, karena di sofa seberang bapaknya sedang baca koran, si gadis bilang ...
"Ma ... aku mau cerita deh ..."
"Hm ya.... ada apa...?"
"Itu ma .... cowo itu akhirnya ngajak aku ngomong...!"
"Ngomong apa...?"
"Tapi mama jangan marah atau ngetawain ya.....!", pintanya.
"Iyalah .... cerita aja....!"
"Beberapa hari yang lalu, dia bilang ... Katanya dia suka aku, tapi suka sebagai adik kelas dan juga sayang aku sebagai sesama muslim..."
"hm ......, lalu ......?"
"Ya aku jawab bahwa aku ngerti kok .... Aku juga bilang kalau aku suka dia, mungkin cuma sesaat ini aja ... Tahun depan mungkin bisa berubah ... Nanti saat kuliah ... juga akan berubah lagi, karena masih banyak cowo yang bakal aku temui. Kalaupun suatu saat aku menikah, katakanlah di usia 25, entah aku akan menikah dengan siapa ... ya dijalani aja...!"
"Hm ... jadi rencananya nikah umur 25 tahun?", tanyaku untuk mengurangi suasana murung yang terdengar dari suaranya.

"Jawabanku salah nggak, ma....? tanyanya lagi, tanpa menggubris pertanyaanku.
"Nggak .... that's a smart statement! Memang kenyataannya begitu kok!", jawabnya. Dan ini jawaban jujur. Bukan sekedar untuk menyenangkan hatinya.
"Ya sudah kalo gitu...!"
"Tapi konsisten ya .... Tunjukkan juga bahwa ucapanmu itu betul-betul bisa dilaksanakan. Tunjukkan juga bahwa kamu tidak terpengaruh oleh ucapannya .... Anggap angin lalu ... dan kalau ketemu orangnya lagi.. sapa dengan baik seperti kamu menyapa teman lelaki yang lain. Bahwa dia tidak lebih istimewa dari yang lain". Sambungku lagi
"Iya ma... tapi waktu tadi mau pulang, aku cuma lewat di depannya, nggak sempat nyapa. Kan terburu-buru mau pulang".
"Nggak apa-apa .... Yang penting untuk selanjutnya! Jadi perempuan yang tangguh ... Tahu martabat dan harga diri dan yang tidak kalah penting, tahu menjaga diri supaya tidak terjadi hal-hal buruk!".
***

Hadooooohhhh ........... Dalam hati kecil aku nyumpah-nyumpah juga ....
Gila anak gadis gue yang cantik, pintar dan baik hati, walau seringkali ngeselin hati emaknya, ditolak cowo... Huahaha... Sedih dan sakit hati juga nih emaknya. Tapi nggak apa-apa juga. Begitulah hidup. Nggak selamanya hidup berbunga-bunga dan menyenangkan.

Nggak ada yang salah di situ. Si cowo juga cukup gentle, bicara langsung walau konon kata anakku, sikap yang diambilnya karena teman-temannya mendorongnya untuk menjelaskan situasi. Konon si cowo sudah dijodohkan ibunya dengan kerabat keraton demi menjaga kemurnian darah biru mereka.  Halaaaahhhhh..... haree geenee .....

Teman-teman anakku mungkin merasa bersalah ikut jadi kompor penyulut perasaan suka remaja kencur ini. Jadi mendorong anak cowo itu untuk bicara. Ditinjau dari sudut si cowo .... aku suka dengar cerita ada anak remaja yang sedemikian taat pada orangtua. Terlihat dari sikapnya yang santun, rajin ibadah dan kalau benar, mau menerima perjodohan itu. Walau demikian prihatin juga, kok masih ada orangtua yang "mengekang" jiwa anaknya.

Tapi sebetulnya, konyol juga sih .... Tahu anakku suka sama dia, si cowo suka kirim-kirim suaranya lagi nyanyi, minta dinilai suaranya .... Pernah sekali. saat ada acara sekolah, adik si cowo yang masih duduk di SD, dipasrahkan ke anakku untuk dijaga .... Walah...... si gadis kencur ini klepek-klepeklah hatinya.....

Di lain pihak, aku rasa, jawaban anakku juga cukup cerdas.... walau aku yakin pasti hatinya babak belur  dan hancur lebur.... hehehe.... Lha, emaknya aja ikut sebal dan sedih kok, walau dalam hati agak merasa lega. Lega karena salah satu kekhawatiran melepas anak hidup di asrama, dilanda asmara dengan sesama penghuni asrama pula sekarang sudah pupus..... Aduuuhhhh...., kalau ada apa-apa,... ngeri skalee.... Takut kebablasan euy.....!!!
***

Sebetulnya, sejak awal masuk sekolah, aku sudah mulai ketar-ketir dan sebel banget deh ...! Tidak ada cerita week end, saat balik dari asrama yang ceritanya tidak nyerempet-nyerempet soal cowo itu. Ekspresif banget deh ....!


Berulang kali aku katakan..."Jadi anak perempuan itu jangan suka ngumbar perasaan deh....! Biar suka setengah mati sama cowo, nggak perlu pecicilan kesana-kemari. Jaga martabat!"
Tapi si anak terlalu cuek...
"Kuno ah...." Begitu selalu jawabnya

 Iya .... memang kuno, lha si anak aja lahir saat umur emaknya hampir 42 tahun. Ya jelas aja pikiran emaknya, kuno!
"Suka dan jatuh cinta itu peristiwa yang sangat alamiah... tidak bisa dihindari dan tidak perlu juga diingkari. Yang diperlukan adalah jaga sikap, jaga diri dan martabat"
"Iya ma ... aku juga nggak mau pacaran dulu kok...". Itu selalu jadi jawaban pamungkasnya saat terjadi perdebatan soal cowo itu
"Nah kalo gitu ... nggak usah heboh dong...."
***

Ah sudahlah ... Cerita itu sudah berlalu....! Sekarang, pasti si gadis sedang galau banget. Mungkin juga masih "nangis darah" gara-gara hal itu. Walau jawabannya cukup cerdas, tapi perasaan tetap akan berkata lain. Tapi .... tenang aja non ... Perasaan sedih, galau dan sakit hati akan hilang sebentar lagi kok .... remaja gitu loh ....!

Emaknya juga pernah ngalamin "nangis darah" gara-gara merasa dikhianati kok .... Walau lebih sering membuat hati orang tercerai berai hai....hai ........!!! Eh imbang kok kecewa dan mengecewakan orang.

Hidup kan tetap berlangsung apapun yang terjadi. So ....... keep spirit ..... dunia masih belum kiamat ....!!!

Selasa, 02 April 2013

SELF HEALING AGAINST VIRUS

Pagi itu, tepat libur nyepi yang baru lalu .... aku terbangun. Kesiangan setelah badanku terasa agak lelah setelah beberapa hari terserang bersin sebagai tanda awal akan mulai serangan virus influensa.

Malam sebelumnya, lelah setelah mengantar anak gadisku kembali ke asrama, badan yang terasa kurang nyaman itu kubawa tidur agak cepat.

Pagi itu ... ingat hari libur, usai menunaikan shalat subuh, aku memejamkan mata kembali sehingga tak terasa hari sudah menjelang jam 08.00. Agak kaget, karena aku sama sekali tidak bisa menggerakkan kaki. Semua persendian terasa sakit. Pada kaki dan tanganku banyak terdapat bercak/bintik merah seperti bintik-bintik penderita demam berdarah.

Pelan-pelan kugeser badanku menuju tepi tempat tidur dan kuusahakan berdiri, menuju kamar mandi. Sakit terasa pada tulang di sekujur tubuh. Kepalaku langsung berpikir bahwa aku terserang flu tulang, karena beberapa hari sebelumnya sudah didahului dengan bersin sepanjang waktu. Apalagi saat yang sama, suamiku sedang terserang flu

Karena beberapa tahun sebelumnya aku pernah terserang Demam Berdarah Dengue dan masih ingat betul apa ciri-ciri serangan DBD, maka aku memastikan bahwa aku bukan terserang DBD, tapi lebih dekat kepada flu yang menyerang persendian atau kusimpulkan saja flu tulang sebagaimana istilah yang pernah kudengar.

Usai membersihkan diri, kuraih mac book yang kebetulan masih ada di atas tempat tidur. Malam sebelumnya, aku asyik browsing sehingga mac book masih tergeletak di tempat tidur. Kuketik "flu tulang" dan mbah google mulai menunjukkan rujukan flu tulang, yang ternyata adalah ..... CHIKUNGUYA .... Kubaca satu persatu artikel yang ada. Dari situ aku sedikit memahami bahwa penyakit yang disebarkan oleh nyamuk aedes agepty, sama dengan nyamuk penyebar DBD, ini adalah sejenis self limited disease. Penyakit yang sebagaimana umumnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus, akan sembuh dengan sendirinya. Tentu dengan prasyarat, selama penderita bisa dan membangun "pertahanan" diri dengan baik.

Yang agak mengerikan dari serangan chikunguya ini adalah panas tinggi yang harus kuderita selama 48jam serta sakit pada seluruh persendian tubuh sehingga menyulitkan gerak tubuh. Padahal .... salah satu anjuran untuk "melawan" kelumpuhannya adalah dengan banyak bergerak. Sementara itu ... panas tubuh yang sangat tinggi membuat mulut terasa kering, kehilangan nafsu makan karena lidah terasa sangat pahit. Beruntung, aku selalu memiliki persediaan buah-buahan yang cukup banyak di rumah, sehingga selama 3 hari, saat mulutku terasa pahit, buah-buahan menjadi santapan pengisi perut. Baru pada hari ke 4, saat badanku mulai terasa agak nyaman, kusempatkan membuat sendiri mie instant yang dicampur dengan berbagai jamur segar yang memang selalu tersedia di kulkas. Itulah makanan pertama yang dapat kusantap tuntas setelah selama 3 hari perutku hanya terisi buah-buahan saja.

Dari berbagai artikel yang kubaca, tidak ada satupun artikel yang bisa dirujuk sebagai cara pengobatan/penyembuhan flu tulang, kecuali istirahat, meningkatkan daya tahan tubuh dan olahraga/bergerak, disamping mengkonsumsi air minum.

Beberapa kenalan yang juga pernah menderita flu tulang menceritakan pengalamannya dan pada umumnya mengatakan bahwa sakit sendi tersebut (linu) masih terasa hingga berbulan-bulan sesudahnya. Bahkan mereka terpaksa membeli sepatu dengan ukuran lebih besar agar bisa masuk kantor bersepatu, karena bengkak di kaki.

Sementara itu, boss di kantor yang prihatin melihatku harus berjalan menggunakan sandal dengan kaki diseret menganjurkanku untuk pergi ke dokter yang dirujuknya sebagai ahli penyakit tropis, di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Kebetulan salah satu kenalan yang juga menderita penyakit chikunguya beberapa bulan yang lalu, sudah berkonsultasi kepada dokter tersebut. Kepadanya, kutanyakan apa yang diberikan dokter untuk mengatasi flu tulang yang dideritanya.

Ternyata ..... apa yang dianjurkan dokter, hampir sama dengan yang kulakukan sendiri di rumah, kecuali asupan vitamin D (kimiawi tentunya), yaitu ..... banyak memakan buah-buahan segar dan sayuran, banyak bergerak, minum air dan .... pada bagian yang sakit, diolesi pain killer semacam balsam/counter pain atau apalah ......
Sepertinya .... dokter merasa harus memberikan obat untuk pasien yang datang berobat hehehe .......

Tanpa mengurangi rasa hormat pada mereka yang berprofesi sebagai dokter, rasanya .... sekarang sudah tidak jamannya lagi untuk selalu memberikan obat semu (placebo) kepada pasien terutama pasien di perkotaan yang sudah lebih berpendidikan baik. Kalau suatu penyakit memang cukup ditangani/disembuhkan secara alamiah .... maka anjurkan saja kepada para pasiennya untuk misalnya cukup beristirahat, mengubah pola hidup/pola makan dan serta anjuran lainnya daripada memberikan obat-obatan placebo seperti vitamin baik oral maupun suntikan.

Cara-cara memelihara kondisi tubuh dengan cara "self healing" sudah sangat lazim dipraktekkan di negara-negara maju. Aku masih ingat, saat kehamilan anakku yang pertama lebih dari 30 tahun yang lalu, selama masa kehamilan, tidak sebutirpun vitamin yang diresepkan untuk dikonsumsi. Bahkan ketika test darah mengungkapkan adanya kandungan toxoplasma dalam tubuhku. Dokter hanya memberitahu "do and don't" baik dalam berinteraksi sosial maupun konsumsi makanan selama masa kehamilan. Termasuk kiat-kiat mengatur menu makanan. Bahkan ketika anakku sakit, dengan sangat hati-hati mereka memberikan obat. Alih-alih memberikan obat penurun panas, dokter lebih suka menyuruhku memandikan anak dengan merendamnya dalam bak air hangat. Untuk melonggarkan pernafasan kala si bayi sakit di musim dingin, dia akan menganjurkan menaruh baskom air yang sudah dicampur dengan minyak eucalyptus. Uap air beraroma eucalyptus inilah yang melegakan pernafasan kami sekeluarga.

Ini sangat berbeda dengan kehamilan ke dua. Sederetan obat dan vitamin selalu ditulis dokter setiap usai konsultasi...... yang  kesemuanya tidak pernah kuambil di apotik karena aku tetap merujuk pada kehamilan pertama, walau jarak kehamilannya berbeda 15 tahun. Prinsip tidak mengkonsumsi obat-obatan/vitamin selama hamil, tetapi lebih kepada mengatur pola hidup dan pola makan.

Selama bertahun-tahun aku selalu menghindari konsumsi obat-obatan kimiawi dan menggantikannya dengan jahe, jeruk nipis dan madu untuk mengatasi keluhan-keluhan ringan seperti flu. Toh .... pernah juga, hingga 3 kali dalam waktu dan penyakit yang berbeda, aku terpaksa berhubungan dengan dokter di RS terkenal di Jakarta dan sekali lagi masuk UGD di RS dekat rumahku karena merasa tidak tahan dengan kondisi tubuh yang terasa sangat menurun.

Hasilnya......?
Ke tiga-tiganya mengakibatkan aku terkapar lebih parah lagi usai mengkonsumsi obat yang diberikan dokter. Ternyata lambung dan tubuhku tidak kuat menerima obat-obatan paten yang keras yang diberikan dokter. Baru setelah adikku, tempat dimana aku selalu berkonsultasi jarak jauh mengenai kondisi kesehatan keluarga, menyuruhku menghentikan obat-obat dari dokter RS tersebut, maka berangsur-angsur kesehatanku pulih kembali.

Bukan karena anti dokter, tetapi aku hanya ingin lebih rasional dalam berhubungan dengan dokter  karena aku yang kenal kondisi tubuh dan tahu apa yang kubutuhkan. Dengan berbagai pengalaman tersebut, salahkah bila aku menganut prinsip self healing?

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...