Senin, 12 Oktober 2015

Masih dari Dr. Tan Shot Yen > Kebohongan Manfaat Susu

Dear dr Tan, saya senang sekali membaca rubrik yang Dokter asuh. Jawaban dokter dari setiap pertanyaan sangat tegas, lugas dan cerdas. Saya pernah dengar seminar dari salah seorang ahli gizi manusia harus mengonsumsi susu sejak lahir hingga menutup mata (meninggal) sedangkan menurut dokter Tan manusia hanya mengonsumsi susu sejak 0-2 tahun saja itupun hanya ASI.

Saya yang orang awam ini jadi bingung Dok. Anak saya sudah berumur 3 tahun, apakah anak saya masih perlu mengonsumsi susu? Saya harap Dokter berkenan untuk menjawabnya.
Veni, Bekasi
—————
Jawaban :
Dr. Tan Shot Yen:
Hai Veni,Jika anda mengikuti rubrik saya sungguh-sungguh dan MEMBACA SEMUA INFORMASI BERMANFAAT melalui jalur internet dengan situs-situs yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana pernah saya kutipkan sebelumnya, tentu anda tidak akan bingung.
Anda akan terbiasa bertanya,”Mengapa?” dan “Mengapa?” lagi dan selanjutnya menjadi kritis dengan jawaban yang diberikan sebelum ‘menelan’ mentah-mentah jawaban dari siapa pun, pakar di bidang apa pun.

Letak permasalahannya bukan pada perdebatan atau siapa yang salah dan siapa yang benar. Jika pendapat pakar (yang bisa salah bisa benar) saja yang dijadikan pegangan, maka kepentingannya terletak justru pada si pakar tersebut dan apa/siapa yang dibelanya, ada unsur kepentingan apa di balik opini-opininya, pihak mana yang mendukungnya untuk menyuarakan pendapatnya itu.

Begitu pula dengan menghadapi semua paparan saya. Karena itu saya selalu sertakan bacaan atau sumber informasi lain sebagai pembanding, jika pembaca membutuhkannya untuk memperluas pandangan serta menilai. Sehingga pada akhirnya kita sama-sama paham, siapa yang diuntungkan atau sebenarnya masyarakat diperlakukan sebagai tujuan atau sekadar dijadikan sarana diam-diam demi kepentingan yang sesungguhnya BUKAN untuk setinggi-tingginya kesehatan manusia.

Karena itu, ilmu kesehatan sangat tidak mungkin berdiri sendiri. Kita perlu merujuk pada antropologi, sejarah pola hidup dan pola makan manusia, sejarah kepentingan teknologi industri pangan maupun kesehatan, dan kembali lagi : apakah cocok untuk kesejahteraan manusia yang optimal lahir-batin-mental-spiritual?

Saya tidak pernah paham dengan alasan mengapa manusia harus mengonsumsi susu selama usia pertumbuhan yang bukan dari ASI, apalagi sepanjang hayat – seakan-akan bahasanya seperti yang sering dipakai di kalangan pergaulan anak gadis saya: “Nggak cocok? Paksain ajaaaaaaa!!”

1. Kita perlu belajar dari hewan menyusui. Bahwa susu hanya cocok sebagai “makanan antara”, ketika bayinya belum sanggup mengunyah dan mencerna.
Begitu bisa tegak, berjalan, mencari makan dan mampu mengunyah makanan padat, maka SUSU BUKAN LAGI KONSUMSI ALAMIAHNYA. Saya tidak menyamakan manusia dengan hewan menyusui, tapi kita perlu belajar dari alam, fakta dan menyadari berbagai unsur permainan “kepentingan yang lain” di balik jargon kesehatan yang hanya dipakai untuk nilai jual.
Faktanya, enzim pencernaan manusia untuk mencerna susu juga sudah mulai menyusut pada usia 2-3 tahun.
Berbarengan dengan itu, gigi manusia pun SUDAH KOMPLIT di usia 2 tahun. Aha! Cocok, bukan? Lepas dari susu, kunyah makanan padatnya!

2.   Alam tidak menyediakan susu apa pun selain ASI untuk konsumsi manusia.

Susu sapi hanya untuk generasi penerus sapi. Susunannya pun sama sekali tidak cocok untuk manusia.
Sekali lagi, komposisi susu sapi hanya untuk membuat anak-anak sapi gemuk, bertulang besar, tidak perlu pandai apalagi menikmati umur panjang.

Susu sapi alami sama sekali tidak cocok untuk manusia. Karena “dipaksakan” supaya cocok, maka agar tidak mengandung bakteri, manusia melakukan sterilisasi susu antara lain dengan pasteurisasi – efek sampingnya? semua zat gizi susu rusak total (karena itu setelah proses sterilisasi perlu diimbuhkan berbagai zat dari luar supaya kelihatan “bergizi”-proses pasca sterilisasi inilah membuat heboh ‘menyusup’nya bakteri beberapa waktu yang lalu).

Begitu pula agar kolesterol susu sapi yang tinggi tidak membuat manusia kegemukan dan naik kolesterolnya, ditemukanlah teknik yang membuat susu sapi mendapat istilah ‘skim’, karena minyaknya ditarik/diambil efek sampingnya? manusia tetap gemuk. Karena bukan melulu kolesterol yang bermasalah, tapi GULA SUSU (Laktosa) dan KEASAMANNYA yang membuat tulang justru semakin keropos.

Supaya “cocok” juga untuk kebutuhan kecerdasan anak manusia, maka pemaksaannya adalah lewat jalur teknologi. Susu sapi yang miskin gizi itu ditambahkan zat-zat/asam amino yang diduga sebagai bagian dari kebutuhan perkembangan saraf dan otak. Padahal, kecerdasan LEBIH DARI SEKADAR ASAM AMINO atau zat yang diimbuhkan tersebut. Kecerdasan anak berkaitan sangat erat dengan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) saat anak mengintegrasikan KECERDASAN PERTAMANYA secara instinktual untuk merayap menemukan puting susu ibu selepas dilahirkan sekaligus gerakan merayap tersebut menyelesaikan dan mengintegrasikan refleks-refleks primitifnya!

Kecerdasan terletak pada antibodi prima MANUSIA yang alami, yang hanya terdapat dalam ASI hingga usia 2 tahun saja. Kecerdasan juga berhubungan dengan pematangan “sambungan-sambungan sistem syaraf” dari 3 susunan otak manusia (reptilian brain yang primitif: hanya mengurus sistem pertahanan diri/survival, mamalian brain yang berfungsi mengenali cinta, rasa aman, peduli, kekeluargaan dan neo-mamalian brain yang baru setelah usia 6 tahun mengenal istilah cara pikir ‘rasional’.

Kecerdasan manusia bukan melulu tentang pandai berhitung dan berbahasa asing, tapi cerdas secara emosional, spiritual. Sehingga yang membuat manusia maju dan makmur bukan hanya mereka yang ber IQ (Intelligence Quotient) tinggi, tapi juga ber EQ (Emotional Quotient) tinggi sehingga mampu menjalin relasi, serta ber SQ (Spiritual Quotient) membanggakan sehingga mampu bersyukur, berhubungan mesra dengan Penciptanya.
Mana ada anak sapi bisa begini?

3. Jika argumen bahwa susu diasup sebagai sumber kalsium (yang dipercaya menguatkan tulang), maka perlu ditegaskan kembali :
APAKAH HANYA SUSU SATU-SATUNYA SUMBER KALSIUM?
Saya mencurigai ‘nasehat-nasehat’ yang menganjurkan orang minum susu akhirnya sebatas karena penelitian yang sangat sepihak, sangat kadaluwarsa bahkan, dan celakanya: karena ‘kepercayaan’ seri nutrisi jaman penjajahan Belanda yang masih berurat akar.

Tulang pun menjadi kuat BUKAN SEMATA-MATA HANYA KARENA KALSIUM. Melainkan kita perlu mengasup Magnesium, Seng (Zinc), Boron, Mangaan, Provitamin D-3, dll. Nenek moyang kita sebelum mengenal pabrik susu tidak pernah menderita patah tulang akibat keropos sebelum waktunya. mengapa? sekali lagi, mereka mengonsumsi makanan ALAM yang DIKUNYAH, yang juga memperkuat tulang selepas susu ibu di atas 2 tahun!

Saya pernah menulis di tabloid ini pula, bahwa mengonsumsi 1 cangkir selada bokor (iceberg lettuce) memberikan kekuatan tulang yang di hari tua, mencegah terjadinya patah tulang panggul! (telah dirisetkan oleh para ahli dari Harvard University, Amerika Serikat yang melibatkan 72.000 wanita).

Kalsium pada susu yang bukan ASI sekali lagi saya tegaskan, TIDAK DIKENAL oleh tubuh manusia. Oleh karenanya bersifat “Non-bio-available”- jadi, bukannya membuat tulang lebih kuat, malah kalsium akan ‘nyasar’ ke tempat yang salah… dan tempat yang paling sering menjadi sasaran pendaratan kalsium adalah dinding pembuluh darah!

Bukannya mendapatkan manfaat positif dari susu, malah mendapat bonus penyakit yang sangat tidak menyenangkan: penebalan dinding pembuluh darah dan segala akibatnya (sebagaimana telah dipaparkan dalam salah satu jurnal kedokteran anak oleh Dr. Frank Oski, Upstate Medical Center Department of Pediatrics, USA). Orang Amerika dan Eropa Utara mengonsumsi 800mg–1200mg kalsium sehari, tapi tetap saja mereka lebih menderita osteoporosis/keropos tulang daripada orang Asia dan Afrika yang mengonsumsi 300 mg – 500 mg kalsium per hari.

Mengapa? daging merah, gula, tepung dan bahan makanan berupa bumbu non-alam menyebabkan keasaman darah meningkat. Untuk menetralisirnya, tubuh mengambil kalsium (yang bersifat alkalis) dari tulang. Sehingga masalah osteoporosis bukanlah bahwa seseorang itu tidak cukup memakan kalsium.

Masalahnya adalah mereka kehilangan kalsium. Dengan demikian, mengasup lebih banyak kalsium ke dalam tubuh bukanlah jawabannya, karena Anda bisa kehilangan lebih banyak daripada yang Anda asup (misalnya dengan tetap memakan daging merah, gula, terigu, beras, berbagai saus dan kecap produksi pabrik, dll).

Apabila ekstra kalsium yang dikonsumsi berasal dari makanan yang mengandung protein tinggi seperti susu, keju dan es krim, keadaan menjadi lebih buruk karena makanan ini adalah pembentuk asam yang sangat tinggi. Tubuh semakin kehilangan kalsium.

4.   Dari hasil konvensi dunia (World Breastfeeding Week, 1-7 Agustus 2006), Elisabeth Sterken, BSc.MSc Nutritionist INFACT Canada/North America menuliskan bahwa susu bukan ASI menyebabkan: meningkatnya risiko asma, alergi, penurunan perkembangan kecerdasan, peningkatan risiko infeksi saluran napas atas, kekurangan nutrisi yang tidak didapatkan dalam susu non ASI, risiko kanker masa anak, risiko penyakit kronik, risiko diabetes, risiko penyakit kardiovaskuler, risiko kegemukan, risiko infeksi pencernaan, risiko radang telinga, risiko semua efek samping akibat PENAMBAHAN ZAT YANG TIDAK SEMESTINYA DALAM SUSU BUBUK/CAIR (sudah terbukti mulai bakteri hingga melamin, bukan? tunggu saja ‘seri berikutnya’)

Anda belum mengikuti pelatihan saya mengenai “teknik membaca label makanan produksi pabrik”, bukan? Naaaaaahh!! ada baiknya anda mulai membalik kemasan susu anak anda. Banyak istilah “ajaib” yang membuat anda mengerenyitkan dahi.

Semua susu sudah mengandung laktosa/gula susu, seperti saya sebut di atas. Namun supaya “betah” di lidah anak yang doyan manis “tingkat tinggi" (yang penting doyan, kan?
Mana ada pabrik mau peduli dengan masalah kelebihan karbohidrat buruk!) tetap diimbuhi “sukrosa” (gula rantai panjang!) atau “corn syrup” (gula ‘pembunuh’ nomor satu di Amerika Serikat), belum lagi “perisa” (Apakah anda paham betul istilah ini? Nama lainnya adalah rasa SINTETIS!), dan susunya pun berasal dari “skimmed, powdered, milk”.

Bahkan susu cair pun melalui proses skim dahulu. Anda perlu pun bisa terheran-heran, mengapa susu yang sudah cair perlu dijadikan bubuk, lalu dibuat ‘cair’ lagi.

30-40 tahun yang lalu (ketika anak Indonesia mentah-mentah menolak susu karena tidak doyan bau susu dan harus ‘dipaksa’ minum), label komposisi susu bubuk cukup tertulis: WHOLE MILK. Titik. Risiko whole milk pun membuat manusia terpaksa seperti sapi sungguhan: gemuk, bodoh, lamban, berusia pendek).

Semestinya para pakar yang memang mau menyuarakan tentang susu, sebelumnya perlu mengikuti konvensi dunia serupa ini yang memang diselenggarakan bagi para pakar, pengayom kesehatan dan informasi yang terbaru bagi masyarakatnya.

Konvensi ilmiah yang berkualitas tinggi dan kredibel tentu diselenggarakan tanpa sponsor pabrik teknologi pangan atau farmasi yang mempunyai kepentingan di dalamnya!

5. Sebagai tambahan, salah satu pilihan : anda bisa membuka situs Dr. Mercola, http://www.mercola.com , ketik “milk” (atau topik apa pun yang anda ingin ketahui) di kolom mesin pencari artikelnya. Anda akan berkelana ke ‘dunia baru’ dan membaca berbagai hal yang telah diperjuangkan banyak orang saat ini, sementara negara kita masih menjadi ‘keranjang pembuangan’ berbagai produk yang sudah tidak lagi diterima masyarakat dari mana produk itu berasal.

Saya sangat menyesali kepercayaan dan mitos akan susu ini merasuk di benak ibu-ibu yang hidup dengan ekonomi pas-pas-an, sehingga ada faham ‘asal anak sudah minum susu, rasanya aman!’ padahal gizi anak membutuhkan lebih.

Anak bergigi membutuhkan makanan untuk dikunyah, dengan sumber karbohidrat-protein-dan lemak yang jauh lebih tinggi tingkatannya. Bukan susu yang berasal dari sapi dengan pakan buatan manusia bernama MBM/Meat-Bone-Meal yang menyebabkan sapi membentuk protein asing bernama Prion sebagai cikal bakal sapi gila/madcow (Lihat Nyata edisi II Agustus 08, edisi IV Mei 08)

Anak-anak kita bertulang dan bergigi kuat hingga akhir hayatnya karena gaya hidup sehat, bukan minum susu segelas tiap malam sambil terpana di depan televisi atau game komputer, yang lincah hanya kedua jempol tangan kanan-kirinya.

Gaya hidup sehat mengandalkan makanan alam lepas campur tangan industri, tubuh bergerak keseluruhan bermain petak umpet, lompat tali atau layang-layang.

Sumber : Rubrik Dr. Tan Shot Yen di tabloid Nyata.

Pola Makan Super Sehat ala Dr. Tan Shot Yen

Menanggapi berbagai kontroversial soal makanan yang baik dan kurang baik, maka saya ingin ikut nimbrung menambah ributnya kontroversial ini dengan menulis soal pola makan kalangan 'ekstrimis' :).

Saya tahu pola makan ini dari Dr. Tan Shot Yen yang berpraktik dikawasan BSD. Dr. Tan dikenal selain karena tulisan-tulisan beliau di berbagai majalah dan tabloid kesehatan, salah satunya Prevention, juga karena banyak orang dengan berbagai penyakit dan gangguan kesehatan seperti stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, sejarah serangan jantung, dan lain-lain telah berhasil sembuh setelah mengikuti
pola makan ini.

Sebenarnya penjelasan beliau cukup panjang, namun intinya begini:


  • Makan sayur mentah. Sayur mengandung glukosa DAN serat. Serat ini berfungsi untuk 'melihat keadaan lapangan', apakah tubuh butuh tambahan kadar gula atau tidak. Bila ya, maka glukosanya akan diserap secukupnya, tapi kalau tidak, maka serat akan membawa glukosa tadi ke luar tubuh.Tidak semua sayur harus mentah, brokoli dan tomat biasanya disiram air panas duly.
  • Jangan makan makanan manis selain sayur, nasi, makanan dari tepung, dan (beberapa jenis) buah. Masih berkaitan dengan glukosa, kadar gula dalam makanan manis, nasi, makanan dari tepung, dan beberapa jenis buah sangat tinggi dan akan diproses seluruhnya menjadi gula yang akan diserap tubuh. Kenaikan drastis kadar gula dalam darah secara mendadak akan memaksa tubuh memproduksi insulin dalam kadar tinggi, bukan untuk menghilangkan gula, tapi mengubahnya jadi lemak. Dan enzim insulin ini kalau sudah tinggal sedikit tidak akan mempan lagi terhadap gula. Inilah yang disebut diabetes. (By the way hati-hati kalau ada lingkaran hitam melingkari leher, biasanya itu pertanda orang akan terkena diabetes).
  • Makan beberapa jenis buah saja Buah yang baik adalah sebangsa apel, alpukat, atau pir. Yang sebaiknya dijauhi adalah yang semacam pepaya, durian, mangga, dan pisang, karena gulanya tinggi. Dan jangan pernah dijus! Metode tersebut adalah 'pengrusakan serat', sehingga yang Anda konsumsi hanya gulanya saja.
  • Makan daging ayam dan hasil air serta putih telur Daging ayam baik dimakan karena ayam makanannya masih natural, sedangkan sapi sudah makan sesamanya, karena pelet makanan sapi dibuat dari tulang sapi, jadi sapi sudah tidak makan rumput lagi. Kalau babi, ya jelas karena lemak jenuhnya dan pola makannya yang sungguh tidak sehat karena makannya suka sembarangan (tanpa mengurangi hormat terhadap segelintir orang). Hasil air baik karena kadar lemak jenuhnya tidak tinggi. Semua ini dengan catatan tidak digoreng pakai minyak, dibakar saja dengan dibungkus daun untuk menghindari arang, atau dikukus, dibuat sup, pokoknya tidak terkena minyak yang digoreng. Daging tidak boleh dihilangkan karena proteinnya sangat penting. Bagian kuning adalah lemak jenuh, sehingga tidak dimakan.
  • Tidak minum susu atau makan keturunannya Kalau yang ini memang kontroversial sekali. Seorang dokter dari Jepang juga mengatakan hal yang sama. Alasannya, manusia hanya punya enzim untuk mencerna susu sampai umur 2 tahun. Kalau minum susu, seharusnya kita diare, tapi karena produsen susu sudah mengutak-atik susunya, kita tidak diare lagi. (Mungkin setelah ini ada orang dari produsen susu yang protes. Silakan Pak/Bu, saya pun menunggu jawabannya)
  • Minum air yang banyak
  • Minum suplemen Omega 3, vitamin C, dan vitamin E Omega 3 berguna karena merupakan lemak baik, sehingga kebutuhan tubuh akan lemak sudah terpenuhi dan tidak menyerap lemak yang buruk.


Sekedar info, Dr. Tan sudah menerbitkan buku berjudul "Saya Pilih Sehat dan Sembuh" dimana Anda dapat membaca secara lebih detail mengenai kesehatan. Bila Anda ingin bertemu secara langsung, beliau berpraktik di ruko di samping D'Cost BSD, sebelum perempatan lampu merah. Disarankan untuk menyiapkan mental Anda terlebih dahulu :).

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...