Menunggu, apapun yang ditunggu bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi kalau yang ditunggu, entah berada dimana dan tidak bisa dihubungi.
Menunggu juga bisa jadi harus diakrabi oleh semua penduduk di Jakarta. Bayangkan saja dengan kemacetan yang luar biasa dan sangat tidak terduga, walau kita sudah menghitung waktu dengan cermat untuk menghadiri suatu acara, rapat, undangan resepsi pernikahan dan lainnya, tetapi penyimpangan akan selalu terjadi.
Dulu.... bapak mertua saya yang sangat punctual, selalu bersiap-siap dan selalu sudah siap 1 jam sebelum waktu yang ditentukan untuk berangkat menghadiri suatu acara. Entah apa yang ada di dalam hatinya manakala mendapati anak/menantunya hampir selalu telat datang menjemput. Wajahnya selalu tersenyum, khas orang Jawa yang sukar diterka isihatinya.
Jangan dibandingkan dengan anak-anaknya .... Mereka selalu tidak tepat waktu. Kalau janji berangkat jam x, maka pada jam x itulah mereka baru mulai bersiap untuk mandi dan lain-lain. Bukan berangkat dari rumah. Walhasil... dengan perilaku seperti itu, sudah bisa dipastikan, akan selalu terlambat.
Anak perempuan saya, sekarang sudah meniru perilaku bapaknya.... dan si bapak tidak bisa marah ... karena, ya itu tadi ... hukum karma... Nah... waktu tidak pernah datang karena kita berada di dalamnya. Waktu bisa menjadi berharga manakala kita memanfaatkan dan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat. Waktu juga akan berarti sebuah kesia-siaan, bila kita membiarkannya berlalu begitu saja..
Nah sudahkah kita mengisi waktu kita dengan kegiatan yang bermanfaat...?
Menunggu juga bisa jadi harus diakrabi oleh semua penduduk di Jakarta. Bayangkan saja dengan kemacetan yang luar biasa dan sangat tidak terduga, walau kita sudah menghitung waktu dengan cermat untuk menghadiri suatu acara, rapat, undangan resepsi pernikahan dan lainnya, tetapi penyimpangan akan selalu terjadi.
Dulu.... bapak mertua saya yang sangat punctual, selalu bersiap-siap dan selalu sudah siap 1 jam sebelum waktu yang ditentukan untuk berangkat menghadiri suatu acara. Entah apa yang ada di dalam hatinya manakala mendapati anak/menantunya hampir selalu telat datang menjemput. Wajahnya selalu tersenyum, khas orang Jawa yang sukar diterka isihatinya.
Jangan dibandingkan dengan anak-anaknya .... Mereka selalu tidak tepat waktu. Kalau janji berangkat jam x, maka pada jam x itulah mereka baru mulai bersiap untuk mandi dan lain-lain. Bukan berangkat dari rumah. Walhasil... dengan perilaku seperti itu, sudah bisa dipastikan, akan selalu terlambat.
Anak perempuan saya, sekarang sudah meniru perilaku bapaknya.... dan si bapak tidak bisa marah ... karena, ya itu tadi ... hukum karma... Nah... waktu tidak pernah datang karena kita berada di dalamnya. Waktu bisa menjadi berharga manakala kita memanfaatkan dan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat. Waktu juga akan berarti sebuah kesia-siaan, bila kita membiarkannya berlalu begitu saja..
Nah sudahkah kita mengisi waktu kita dengan kegiatan yang bermanfaat...?