Senin, 27 November 2006

Milikmu ….. Milik Bersama

Di jalan menuju rumah saya ada beberapa batang pohon rambutan. Satu sudah mati karena kemarau panjang dan yang lainnya masih berwarna hijau. Di halaman rumah, ada dua batang pohon rambutan yang sedang berbuah. Satu sudah berwarna kemerahan sedang satu lagi (rambutan rapiah) masih hijau.


Tahun ini kemarau panjang turut mempengaruhi pertumbuhan buah-buahan. Dimensi rambutan menjadi lebih kecil. Sebagian malah mengering dan berguguran. Daging buahnya lebih tipis dan rasanya agak asam, tidak setebal dan semanis biasanya. Tetapi itupun masih lebih baik karena dua tahun yang lalu, pohon rambutan malah tidak berbuah sama sekali.


Namun demikian, kejadian alam berupa anomali cuaca ini membawa hikmah tersendiri. Ternyata, pohon bebuahan ini menyemaikan putik bunga baru dan sudah mulai terlihat bakal buah yang menghijau disamping buah yang sudah matang kemerahan. Hal ini tentu akan memperpanjang musim rambutan.


Yang paling menjengkelkan, ternyata rambutan yang matang kemerahan mengundang anak dasn remaja iseng. Setiap habis maghrib, entah darimana datangnya, anak-anak dan remaja ramai menggasak rambutan. Padahal sungguh mati, kalau saja mereka meminta dengan baik-baik, kami tentu akan memberikannya. Rambutan yang lebat itu tentu tidak akan habis oleh enam orang penghuni rumah. Apalagi masih ada rambutan dari kebun adik saya yang tinggal di Cinere dan Cilobak.


Malam ini saat saya dengar anak-anak mulai menggasak rambutan, saya keluar kamar sambil memanggil suami. Mendengar suara, sebagian anak berlari namun sebagian tetap mencuri sambil memanggil teman-temannya yang lari...;


”Hei ... cuek aja....”
Spontan, saya menegur mereka;
”Kok mencuri sih? Kenapa tidak meminta langsung?”
Dari  balik tembok, mereka menjawab....;
”Habis enak sih ....”
Saya bingung ... sungguh bingung, entah apa yang dimaksud anak-anak itu. Mencurinya yang enak atau buah rambutannya yang enak.


Mencuri buah-buahan dari kebun orang sepertinya menjadi cerita klasik di Indonesia yang sering diangkat dalam baik buku cerita, film dan berbagai media lainnya. Saking seringnya, mungkin akhirnya ”pencurian buah-buahan” karena bentuk kerugiannya relatif tidak besar, dianggap sebagai peristiwa sehari-hari yang wajar dan menjadi romantika kehidupan remaja. Tidak dianggap sebagai tindak kriminal. Padahal menurut saya, seluruh bentuk penjarahan atas milik orang lain atau memakai dan menggunakan milik orang lain tanpa ijin pemiliknya, berapapun besaran kerugian yang diderita, maka itu bisa digolongkan sebagai peristiwa kriminal Jadi, bukan soal besaran kerugiannya yang menjadi faktor sebuah pencurian patut dikategorikan sebagai tindakan kriminal.


Suami yang saya keluhkan mengenai masalah ini hanya menanggapi sambil lalu saja ...;
”Sudahlah ... gak usah diributkan! Gak level kalau kita harus ribut dengan anak-anak kampung itu”


Duh ... memang bener sih .... Tapi apa dia lupa ya, bahwa anak-anak, siapapun dia, anak kampung atau anak kota .... anak gelandangan atau anak rumahan ... anak sekolahan atau anak jalanan, mereka tetap harus diberikan pendidikan untuk menghargai milik orang lain. Kalau tidak .... maka mereka akan tumbuh tanpa aturan. Seperti laiknya kehidupan di alam bebas. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Tidak mampu membedakan mana yang menjadi haknya dan mana yang menjadi hak orang lain.... Bukan tidak mungkin, kelak saat mereka dewasa, mereka akan beranggapan bahwa apa-apa yang ada dihadapannya menjadi miliknya. Tidak mau dan tidak mampu menghargai hak milik orang lain. Atau mungkinkah ini sebagai jawaban mengapa korupsi merajalela di Indonesia dan sulit diberantas? Karena semua orang menganggap bahwa dia berhak menjarah apa yang ada di hadapannya seperti anak-anak itu menjarah rambutan di kebun milik orang?


Wallahu alam.
Lebak bulus 7nov06
****


Les enfants voleurs?


Sur l’allee en dirigeant mon domicile, se trouve quelques arbres de ramboutan.. l’un d’entre est deja mort due a la secheresse et les autres fruits sont encore verts. Ces arbres se trouvent aussii dans mon jardin. Les fruits d’un arbre sont deja jaunatres tandis que l’autre sont encore vert.


Ce qui est embetant, ces fruits provoquent l’arrivee des adolescents de voisinage qu’au lieu de demander au proprietaire, ils preferent de les voler.


Ce soir, en entendant les bruits, je suis sortie de la chambre et se dirigeais vers eux.
”Pourquoi preferiez-vous de voler les ramboutan, plutot que de demander au proprietaire?”
Les enfants derriere le murs ont repondu;
”C’est bon....!”


Franchement,  je ne comprend pas a ce qu’ils ont voulu dire. Est-ce cela veut dire que les ramboutan sont bon ou bien qu’ils ont voulu dire quils aiment voler les ramboutan. Mais quoi que se soi …. Voler quelque chose, quelque soit le valeur est deja une acte criminelle qu’on ne puisse jamais tolerer.

Selasa, 21 November 2006

Hamka tentang Ayat 62 Al Baqarah dan Ayat 69 Al Maidah

Selasa, 21 Nopember 2006

Hamka tentang Ayat 62 Al Baqarah dan Ayat 69 Al Maidah
Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Pada suatu hari bulan November 2006 datanglah sebuah pesan singkat dari seorang jenderal polisi yang sedang bertugas di Poso menanyakan tentang maksud ayat 62 surat al-Baqarah. Kata jenderal ini pengertian ayat ini penting baginya untuk menghadapi beberapa tersangka kerusuhan yang ditangkap di sana. Karena permintaan itu serius, maka saya tidak boleh asal menjawab saja, apalagi ini menyangkut masalah besar yang di kalangan para mufassir sendiri belum ada kesepakatan tentang maksud ayat itu. Ayat yang substansinya serupa dapat pula ditemui dalam surat al-Maidah ayat 69 dengan sedikit perdedaan redaksi. Beberapa tafsir saya buka, di antaranya Tafsir al-Azhar karya Hamka yang monumental itu. Sebenarnya saya cenderung untuk menerima penafsiran Buya Hamka dari sekian tafsir yang pernah saya baca, baik yang klasik maupun yang kontemporer. Dalam perkara ini Hamka bagi saya adalah fenomenal dan revolusioner. Agar lebih runtut, saya kutip dulu makna kedua ayat itu menurut tafsir Hamka.

Al-Baqarah 62: "Sesungguhnya orang-orang beriman, dan orang-orang yang jadi Yahudi dan Nasrani dan Shabi'in, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan beramal yang shalih, maka untuk mereka adalah ganjaran dari sisi Tuhan mereka, dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita."

Kemudian al-Maidah 69: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi dan (begitu juga) orang Shabi'un, dan Nashara, barangsipa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan dia pun mengamalkan yang shalih. Maka tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita."

Ikuti penafsiran Hamka berikut: "Inilah janjian yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merk apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala di sisi Tuhan, sepadan dengan iman dan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu. 'Dan tidak ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berdukacita (ujung ayat 62), hlm.211.

Yang menarik, Hamka dengan santun menolak bahwa ayat telah dihapuskan (mansukh) oleh ayat 85 surat surat Ali 'Imran yang artinya: "Dan barangsiapa yang mencari selain dari Islam menjadi agama, sekali-kali tidaklah tidaklah akan diterima daripadanya. Dan di Hari Akhirat akan termasuk orang-orang yang rugi." (Hlm. 217). Alasan Hamka bahwa ayat ini tidak menghapuskan ayat 62 itu sebagai berikut: "Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dan Hari Akhirat. Percaya kepada Allah, artinya percaya kepada segala firmannya, segala Rasulnya dengan tidak terkecuali. Termasuk percaya kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan hendaklah iman itu diikuti oleh amal yang shalih." (Hlm 217).

"Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85 surat Ali 'Imran itu, yang akan tumbuh ialah fanatik; mengakui diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkannya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja. Tetapi kalau kita pahamkan bahwa di antara kedua ayat ini adalah lengkap melengkapi, maka pintu da'wah senantiasa terbuka, dan kedudukan Islam tetap menjadi agama fitrah, tetap (tertulis tetapi) dalam kemurniannya, sesuai dengan jiwa asli manusia." (Hlm. 217).

Tentang neraka, Hamka bertutur: "Dan neraka bukanlah lobang-lobang api yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, sebagaimana yang disediakan oleh Dzi Nuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, karena menolak kebenaran." (Hlm. 218).

Sikap Hamka yang menolak bahwa ayat 62 al-Baqarah dan ayat 69 al-Maidah telah dimansukhkan oleh ayat 85 surat Ali 'Imran adalah sebuah keberanian seorang mufassir yang rindu melihat dunia ini aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Sepengetahuan saya tidak ada Kitab Suci di muka bumi ini yang memiliki ayat toleransi seperti yang diajarkan Alquran. Pemaksaan dalam agama adalah sikap yang anti Alquran (lih. al-Baqarah 256; Yunus 99).

Terima kasih Buya Hamka, tafsir lain banyak yang sependirian dengan Buya, tetapi keterangannya tidak seluas dan seberani yang Buya berikan. Saya berharap agar siapa pun akan menghormati otoritas Buya Hamka, sekalipun tidak sependirian.

Alhamdulillah … hujan sudah mulai turun …!

Pagi hari, Senin 30 Oktober 2006, gerimis kecil sudah mulai turun di wilayah paling selatan Jakarta. Memang, gerimis masih belum sanggup membasahi tanah yang merekah kekeringan, tapi lumayan menyegarkan udara yang biasanya panas menyengat.

Sejak masuk bulan syawal, sudah dua kali hujan turun di kawasan Lebak bulus. Hanya gerimis dengan durasi tidak lebih dari sepuluh menit saja. Tentu tidak akan mampu untuk memberi kelembaban pada tanah yang sudah retak kering kerontang. Tetapi paling tidak .. ada harapan yang mulai bersemi akan berakhirnya panas terik yang menghunjam bumi pada akhir bulan Oktober ini.

Selama libur lebaran ini, dua kali saya menyiram tanaman di halaman rumah. Dedaunan yang biasanya hijau segar terlihat hijau layu dan cenderung meranggas. Beberapa pohon yang ditanam di dalam pot malah sudah mengering. Panas terik membuat tanah dalam pot yang jumlahnya terbatas itu menjadi panas dan membakar akar tanaman.. Bahkan sebatang pohon rambutan yang sarat buah di tanah kosong sebelah rumah sudah kering kerontang. Mati sebelum sempat dinikmati manis buahnya.

Dua batang pohon rambutan di halaman depan, memang tampak penuh dengan buah. Tetapi ... buah yang biasanya merah segar terlihat layu dan mengecil. Tidak dapat berkembang sempurna. Sebagian malah menguning dan gugur. Pohon petaipun sama menderita. Bunganya berguguran. Beberapa papan buah petai terlihat kosong tak bermata. Tak ada bulir petai yang biasanya padat membulat. Petai di rumah kami sangat istimewa. Manis, bulat padat berisi dan sama sekali tak berulat. Itu sebabnya, setiap menjelang puasa, ramai kenalan memesan agar disisihkan petai untuk digunakan sebagai tambahan gulai sayur teman ketupat lebaran. Sayang, lebaran kali ini tak banyak hasil petai dari halaman.. Namun berkah lain yang terjadi, tampak bulir bunga petai yang baru bersemi. Semoga tidak berguguran seperti sebelumnya agar terpuaskan mereka yang sudah memesannya.

Musim kemarau tahun ini memang luar biasa. Asap memang tidak melanda Jakarta. Tetapi panas terik di bulan Ramadhan terasa begitu kering. Minggu sore, saya menghabiskan lebih dari dua jam untuk menyiram tanaman. Bukan karena halamannya yang terlalu luas, tetapi karena begitu keringnya tanah dan pepohonan sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk memastikan bahwa semuanya memperoleh air yang cukup banyak.

Bau tanah kering yang terkena air begitu menyengat penciuman. Biasanya saya sangat menikmati harum tanah yang terkena tetesan air hujan. Tetapi kali ini, kenikmatan menghirup bau tanah sedikit terganggu. Takut bahwa kekeringan akan terus berlanjut. Apalagi ramalan cuaca memang mengindikasikan hal tersebut. Musim penghujan, konon akan mundur sekitar 1 bulan lagi. Entah apa jadinya bila hal tersebut betul-betul terjadi.

Tante yang tinggal di daerah Cibubur menceritakan bahwa dia terpaksa meminta air dari tetangga karena sumur pompanya sudah tidak lagi meneteskan air.

Ternyata tetes-tetes air yang yang turun pada akhir bulan Oktober, belum menjadi pertanda baik akan datangnya awal musim penghujan. Mungkin hujan masih berkompromi dengan para petinggi daerah yang belum bersiap-siap mengantisipasi datangnya musim penghujan. Beberapa proyek yang diharapkan dapat mengurangi banjir belum lagi selesai dikerjakan. Tapi ... itu cara kerja yang amat sangat biasa bagi birokrat.

Semoga saja dengan mundurnya musim penghujan, Jakarta menjadi lebih siap menghadapi tamu rutin di musim penghujan. Walaupun itu berarti penderitaan kita karena kekeringan belum akan berakhir. Namun .... percaya deh .... selama apapun musim penghujan tertunda, problematika banjir di Jakarta tidak akan pernah terselesaikan dengan tuntas. Yang pasti penderitaan rakyat kecil yang bertambah. Kekurangan akses terhadap air bersih dan air minum. Penderitaan ini tentu tidak akan terasa oleh orang-orang kaya yang mampu membeli air minum kemasan, memperdalam sumur pompa atau bahkan dengan menggunakan deep-well untuk kebutuhan cuci-mencuci.

Banjir memang menjadi derita bagi orang-orang yang mengalaminya... tetapi akan menjadi berkah bagi para pemegang proyek. Disitulah mereka bisa ”bermain-main” ..., ”mengolah” proyek yang sekali digulirkan ... akan selalu diulur-ulur penyelesaiannya, agar dana penanggulangan banjir terus mengalir dari pundi-pundi rakyat.

Itu sebabnya, jangan berpikir Jakarta akan bebas banjir. Apalagi dalam waktu dekat. Jadi.. akankah kita ucapkan ”Alhamdulillah” bahwa hujan akan datang sebagai pertanda akhir penderitaan karena kekeringan? Mungkin ya...., kecuali para korban langganan banjir yang sudah harus bersiap-siap menghadang bencana. Bisa jadi, ada banyak orang yang mulai tersenyum-senyum dalam hati menjelang datangnya musim hujan ... sebagai pertanda ”membengkaknya” pundi-pundi atas nama korban banjir dan biaya penanggulangan banjir. Wa Allah alam.

Reedited 21nopember 2006

Senin, 13 November 2006

Samira and Samir


Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Shakib, Siba
When the young girl, Samira, is born, her father - a commander fighting in the mountains - is disappointed. He wanted a son. So he decides to bring her up as a boy, known as Samir, and soon the fact that Samir is really a girl has been forgotten. Samir learns to fight, ride and shoot, and when her father is killed, she becomes head of the family. However, as an adult, Samir's love for the friend of her youth forces her to confess the truth. She wants to live as Bashir's wife but in return must reveal her female identity, and, in so doing, give up her freedom. Samira follows her heart but she hates wearing the veil. And eventually Samira realizes there has to be a third way for her - the way of a self-confident woman who bravely takes charge of her own life . . .

my review;
This book is very interesting, set in a traditional - mountain- village of Afghanistan. Unfortunately, again, the author tell about an unequal right and obligation between men and women as citizen as well as in family/tribute's life


Kamis, 09 November 2006

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Pernah dong membaca kalimat yang digunakan sebagai judul tulisan ini? Insya Allah, mereka yang mengaku sebagai umat Islam pernah membacanya atau minimal mendengarnya. Kalau belum .... aduh, maaf deh, kalau saya bilang ....”keterlaluan kamu...” hehehe....


Ayat tersebut aslinya (transliterasi) adalah ”fa bi ayyi aalaa-i rabbikuma tukadz-dzibaan” yang diterjemahkan sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an terbitan PT. Sari Agung sebagai ”Maka ..... nikmat Tuhanmu yang mana (lagi)kah yang (akan) kamu dustakan? Ada 2 kata dalam kurung yang saya tambahkan, untuk mempertegas makna ayat tersebut.  Kenapa ....?


Saya mengganggap bahwa ayat yang ditemukan dalam surat Ar Rahman – Yang Maha Pengasih (QS 55) teramat istimewa. Bagaimana tidak? Ayat ini diulang sebanyak 31 (baca sekali lagi ... tiga puluh satu kali). Padahal panjang surat Ar Rahman (QS;55) itu sendiri hanya terdiri dari 78 ayat saja. Jadi 40% isi surat Ar Rahman diisi oleh pengulangan ayat tersebut.


Ar Rahman (QS;55) saya simak pertama kali secara sungguh-sungguh, saat mengikuti pengajian yang diadakan menjelang pernikahan sepupu saya hampir 15 tahun yang lalu. Ayat yang berulang-ulang itulah yang menarik perhatian dan mengundang saya untuk membaca terjemahannya. Apa makna pengulangan kalimat tersebut.


Apa isi surah Ar Rahman ...? Baca sendiri deh ya...supaya sesekali kita membuka Al Qur’an yang selama ini lebih banyak dibiarkan teronggok di sudut ruang.
***
Pada suatu minggu yang agak mendung, dalam perjalanan menuju Makro-Ciputat, satu pesan pendek masuk ke telpon genggam. Bunyi alert nya persis seperti bel pintu masuk rumah (Suami saya sering meledek. Tapi biar saja... supaya terdengar unik – gue banget, gitu lho!).
”Mbak ... on line, gak? Pengen ngobrol nih ….”


Weleh …. Tumben amat si tante ini? Dia nggak tahu, kali ya, kalau saya cuma bisa online di kantor. Di rumah ... mana bisa...? Mana sempat ....? Pertama-tama ... anakku pasti bakal nimbrung. Kalau dia ikutan ber internet-ria dan terus kecanduan, alamat tagihan telpon membengkak lagi. Kapok deh sama pengalaman dulu saat si sulung masih tinggal di Jakarta. Bapaknya juga pasti komplain merasa tidak diperhatikan istri ... Kecuali kalo dia lagi tidur siang. Apalagi, sambungan telpon di Indonesia, mana ada yang beres ...  sambungan internet pasti lelet deh. Jadi, lengkap sudah alasan penolakan penggunaan internet di rumah.
“Nanti saya cari waktu yang pas untuk ketemu ya..., saya lagi dalam perjalanan ke Makro. Belanja bulanan”


Akhirnya, waktu itupun tiba. Kebetulan bigboss lagi keluar kota. Jadi saya punya sedikit waktu luang untuk keluar kantor 1 jam lebih cepat. Menuju Citos alias Cilandak Town Square yang terletak tidak terlalu jauh dari rumah.


“Ada problem apa lagi sih ...?” Pertanyaan itu langsung terlontar, begitu kami memperoleh tempat duduk yang nyaman di salah satu cafe. Gak ada basa-basi lagi
”Biasa ... klasik deh. Nggak ada yang lain ...!!!”


Wah ..... dia nggak tahu, kalau problem klasik itu juga berlaku buat saya juga. Tapi perjalanan panjang kehidupan membuat kami lebih bijaksana memaknai kehidupan perkawinan. Sudah 26 tahun .... lebih dari separuh umur saya dihabiskan bersama.


Tahu nggak, apa problem klasik dalam rumah tangga? ..... ini nih.... saya kasih tahu ya ... HOW TO BUILD A GOOD COMMUNICATION”


Gitu aja dipermasalahkan ....! Eh, tapi ternyata nggak gampang lho membangun komunikasi yang baik antara suami istri. Terutama kalo sudah menyangkut urusan ”kebutuhan” perempuan akan perhatian dari suami dan urusan ranjang. Masing-masing individu sudah berangkat dengan persepsi dan pemahaman sendiri tentang kedua hal tersebut.


Dalam urusan ranjang, suami biasanya, berangkat dengan pemahaman bahwa istri wajib melayani kebutuhan seksnya. Apalagi diperkuat dengan hadist yang selalu didengarnya dalam berbagai tausyiah, yaitu ”Apabila seorang lelaki mengajak istrinya ke tempat tidur dan istrinya menolaknya untuk datang sehingga suami dalam keadaan marah, maka para malaikat mengutuk wanita itu sampai pagi” (HR Bukhari Muslim).


Padahal suami juga perlu mengetahui dan memahami sebab musabab si istri menolak ajakannya. Mungkin si istri sedang lelah karena kesibukannya mengurus rumah dan anak-anak. Apalagi bila si istri juga bekerja di luar rumah. Atau mungkin sedang sakit. Bahkan, alasan yang sederhana saja ... sedang tidak ingin melakukan aktifitas seksual. Boleh, dong ....! Masa'  istri tidak berhak memiliki keinginan sendiri ...??


“Nah ... persis mbak, hadist itu yang selalu dijadikan senjata suamiku. Itu kan termasuk KDRT, ya...?”
“Hehehe ... kamu bilang nggak sama suami, kenapa kamu nggak mau..?”
“Mana bisa .... pokoknya dia gak bakal mau terima alasanku deh. Dengan pegangan hadist tersebut, maka dia akan memojokkan. Dia selalu merasa benar .... Aku udah beli buku buat dia tentang kehidupan rumah tangga yang Islami, supaya dia tahu gimana caranya memperlakukan istri dengan baik...!”
“Memangnya sempat baca, dia?”
“Nggak tahu ..., Mungkin, belum. Makanya jadi ribut terus”
”Pantas saja begitu. Apalagi, perempuan kalo ngomong dan komplain ke suami, cuma dengan dua cara .... marah atau sambil mewek .... Akhirnya masalah gak selesai. Malah tambah runyam. Gini deh .... kalau kamu nggak mampu bicara tanpa menangis atau marah, tulis aja semua unek-unek yang ada di dalam hati, sekaligus harapan-harapan kamu. Bilang ke suami, supaya dibaca. Supaya dia tahu, kamu maunya apa....”
***


Ada satu hadist lagi yang layak dijadikan pegangan bagi suami dalam membina rumah tangga, yaitu “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap istriku. Tidak ada yang memuliakan perempuan kecuali orang-orang yang mulia dan tidak ada yang menghinakan perempuan kecuali orang-orang yang hina pula” (HR Ali bin Abi Thalib)


Pada kesempatan lain Rasulullah SAW juga bersabda “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah mereka yang baik budi pekertinya dan lemah lembut kepada istrinya”.


Membina rumah tangga itu memang nggak mudah. Kita bagaikan terperangkap ”penjara” kontrak jangka panjang dan harus bisa bertahan hidup sesuai dengan visi, misi dan idealisme saat memulai pernikahan. Padahal seiring dengan kehadiran anak-anak, perjalanan waktu, perkembangan jiwa, pergaulan, pengaruh lingkungan/keluarga termasuk juga perkembangan karier maka visi, misi dan idealisme kerap bergeser. Untuk itu komunikasi dan keterbukaan harus tetap terjaga, terpelihara dengan baik. Namun disinilah masalahnya ... Kesibukan, kelelahan dan tekanan hidup di kota metropolitan membuat kita kerap tidak lagi memiliki waktu yang cukup luang, hati dan pikiran yang tenang untuk memelihara komunikasi dan keterbukaan.


Akhirnya ... waktu untuk membina kebersamaan menjadi semakin berkurang dan masing-masing berjalan sendiri dengan membawa harapannya. Masih untung bila ternyata harapan pasangan tersebut berjalah sejajar. Nah kalau ternyata berlawanan arah ... wah... bencana besar deh...!


Manusia memang selalu tidak pernah terpuaskan nafsunya. Kala miskin ... kita selalu berdoa agar diberi rezki yang berlebih. Sudah mendapat rezki .... eh.. kebablasan, nggak tahu lagi batasnya ....


Nah kembali pada temanku itu, secara fisik saya seringkali ”iri”. Apa yang kurang dalam kehidupannya? Pasangan itu cantik dan ganteng. Anak-anak mereka tumbuh sehat, rumah beserta seluruh isinya yang mewah ditambah dengan kendaraan yang siap membawa seluruh isi keluarga kemana saja yang diinginkan. Pokoknya terlihat ideal sekali


Kalau saja temanku mau mengamalkan ayat tersebut, dan suaminya tidak hanya berpegang pada hadist riwayat HR Bukhari Muslim di atas, tetapi juga mau mengamalkan hadis yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib itu, maka ..... Nikmat apalagi yang ingin kau dustakan ....?


Sungguh ayat yang selalu diulang dalam QS;55 itu bisa dijadikan sebagai senjata pamungkas untuk meredam segala kesombongan dan ketidakpuasan yang terjadi di antara suami-istri. Mengingatkan betapa banyaknya nikmat yang sudah kita rasakan. Sekaligus untuk mengingatkan; janganlah segala nikmat Allah SWT  yang luar biasa banyaknya itu hilang karena hal kecil.


Nggak ada salahnya untuk sejenak melepaskan ego masing-masing untuk merenungkan betapa beruntungnya kehidupan kita. Niscaya dengan kerendahan hati akan kita akui kebenaran ayat ini ...... fa bi ayyi aalaa-i rabbikuma tukadz-dzibaan ... Maka ..... nikmat Tuhanmu yang mana (lagi)kah yang (akan) kamu dustakan?”
Wallahu alam


8 nopember 2006 – lebak bulus

Rabu, 08 November 2006

Acar Ketimun


Description:
Bikin acar itu, gampang-gampang susah. Acar yang biasa dibuat, kadang hanya tahan 2-3 hari saja kemudian akan timbul jamur tipis dipermukaannya dan berbusa.

Nah ... acar yang satu ini tahan lama dan tidak berubah rasa. Foto acar ini saya ambil saat acar sudah berumur 2 minggu dan rasanya masih ok. Coba deh

Ingredients:
1 kg ketimun
3 sendok makan gula pasir
1/2 sendok makan garam halus
1 sendok makan cuka

Directions:
Kupas kulit ketimun hingga bersih, lalu belah 8 memanjang
Buang bagian tengah/biji, hingga tertinggal daging buahnya saja.
Iris menyerong setebal 5mm, lalu jemur di terik matahari, minimal 6 jam sehingga ketimun terlihat mengering
Masukkan ketimun ke dalam stoples kaca, tambahkan gula, garam dan cuka.
Tutup stoples dan kocok2 stoples agar gula dan ketimun tercampur.
Diamkan 2 - 3 jam, Acar siap dihidangkan

Jumat, 03 November 2006

Kalau kulkas lagi becanda.

Kamis sore kemarin, usai shalat maghrib dan makan malam, Dedeh laporan;
"Bu ... sepertinya kulkas rusak”
”Oh ya, sejak kapan?”, sahutku sambil berjalan ke dapur untuk melihat keadaan
”Tadi pagi, jam sepuluh. Waktu saya lagi setrika, tiba-tiba dengar suara kulkas keras banget. Terus saya rapi-rapiin isinya. Siapa tahu, tombolnya tertekan sama isinya ini. Tapi sejak itu nggak kedengeran suaranya lagi. Lihat deh ... sore ini, semuanya mencair”

Saya melongok isi kulkas. Benar saja, bunga es yang biasanya menutupi bungkus daging, sudah mencair. Untung isinya belum mencair. Lalu saya memintanya untuk ”mengungsikan isi kulkas ke dua kulkas lainnya yang ada di gudang maupun di ruang makan. Repotnya, ternyata freezer yang digudang penuh. Isinya ikan-ikan mas beku yang beberapa hari sebelumnya menggelepar kepanasan di kolam. Ini ikan hasil pancingan ibu dan adik saya. Saya nggak bisa mengeluarkan isi kulkas tanpa ijin. Kalau sang mbaurekso nggak dikasi tahu, bisa-bisa tanduknya keluar.

Jadi, malam itu saya menelpon ke Bandung, minta ijin mengeluarkan isi freezer. Awalnya diusulkan agar adik saya itu meimnta anaknya datang kerumah mengambil ikan. Tapi mana mau anaknya berurusan dengan ikan-ikan bau. Cuma iming-iming makan lasagna yang mampu membuat anak-anak abg itu bergegas datang ke lebak bulus.
”Kalau begitu ... diberikan ke tetangga aja deh... Kalau nggak, nanti ayam dan bakso yang baru saya beli jadi rusak”
”Tunggu. .. tanya mami dulu”.
Ternyata adik saya itu juga nggak berani ambil keputusan.
”Ya sudah ... diatur saja” sahutnya setelah mendapat “restu” dari nyonya rumah.

Segera saja dikeluarkan isi freezer. Ada 12 ekor ikan mas beku. Lumayan, mungkin ada sekitar 5-7 kg berat totalnya. Usai memindahkan isi kulkas dan membersihkannya, malam tadi Dedeh terpaksa berjalan ke beberapa rumah tetangga memberikan ikan mas beku. Entah mimpi apa si tetangga didatangi orang untuk memberikan ikan mas beku.

Pagi tadi ... usai shalat subuh, Dedeh kembali laporan ...:
“Bu .... kulkasnya udah baik lagi..., liat deh sini ...”
Saya kembali ke dapur membuktikan omongan Dedeh
“Kok bisa ya...?”
“Gak tahu deh ... Semalam, kira-kira jam 1 saya terbangun. Suara kulkasnya keras banget seperti waktu pagi. Terus saya masukin aja mangkuk air. Eh tadi waktu saya cek airnya udah beku. Lihat deh tuh ... dingin kan...!” ujarnya, sambil membuka kulkas menunjukkan uap dingin yang mengalir keluar freezer.
”Ya... baguslah... jadi kita gak perlu repot ngebetulin lagi...”
”Tapi ikan mas yang semalam itu, sayang banget ya, bu...”
”Ye ... itu ikan emas emang rejekinya tetangga... Bukan rejeki kita. Makanya Allah cari cara, bagaimana supaya ikan emas itu dikeluarin dari kulkas. Udah jangan disebut-sebut lagi... Ntar ni kulkas rusak lagi lo!!!”
***
Quand le Frigo tombe en panne.

Jeudi soir, apres avoir diner la servante m’a parvenu que le frigo etait en panne.
“Comment ca s’est passe?”
“Dans la matinee, j’ai entendu le bruit anomali du frigo et puis j’ai rearrange le contenu de peur que le button a ete presse sans arret. Mais depuis je n’entend plus la machine. Regard ... tous sont decongeles”

J’ai jete un coup d’oeil et il est bien vrai que les contenus du frigo sont decongeles. Il fallait vite fait. Si non … des poissons, volailles et des boules de boeuf donc je viens d’acheter vont tous abimes.. j’ai ordone de les ranger dans deux autres frigo de la maison. Mais helas… l’un d’entre sont plein des poissons. Ce sont des poisons de ma mere. Elle fait pecher tous les dimanche dans un petit etang pas tres loin de la maison.

A vrai dire, je n’ose pas du tout de toucher les affairs de maman. Mais elle est en ce moment se faire soigner a l’hopital a Bandung, sous surveillance de ma petite soeur. Il m’a fallu la telephoner vite pour demander sa permission de donner les poissons au voisins. Voila donc … la servante est allee donner des poisons sous le regard etonant du voisins.

Ce matin … la servante est venu me dire que le frigo marche de nouveau.
“Mais... comment ca...?”
“Ben oui .... c’est comme ca!! J’ai entendu le meme bruit anomali que je n’ai pas pu supporte, en plein nuit. J’ai descendu du lit, et regarde le frigo. J’ai mis un verre d’eau. Regarde... l’eau s’est glacee!!!”
“Surprise ...!!! ce n’est pa la peine d’etre repare”
“Mais les poissons ……”
“Oublie les … ces poissons sont aux profit des voisins. N’en parle plus! Si non... le frigo va retomber en panne!!!”



Kamis, 02 November 2006

Ada yang bisa bantu?

Libur akhir tahun tinggal 7 minggu lagi. Dan so pasti ... transportasi akan menjadi masalah besar Maklum peak season. Kami berencana untuk menghabiskan libur akhir tahun ini dengan mengunjungi daerah tujuan wisata domestik ketimbang berwisata keluar negeri. Alasan pertama tentu "dana" yang perlu disediakan. Rasanya agak konyol juga kalau kerja digaji dengan rupiah tapi pengeluarannya dalam mata uang asing. Kan namanya "memperkaya orang lain" ... Hehehe... sepertinya idealis banget ya... Alasan lainnya tentu karena alam Indonesia itu sesungguhnya sangat indah, dan kebanyakan masih alamiah. Saking alamiahnya... fasilitasnyapun (kecuali Bali) seadanya. Tapi ... kalau kita sendiri tidak mau mengunjunginya seraya mengembangkan wisata lokal, bagaimana kita bisa mempromosikannya pada orang lain...? Jadi, nggak ada salahnya mengunjungi tanah air sendiri, kan?

Nah niat baik itu diawali dengan omong-omong dirumah, memadukan keinginan, daerah wisata mana yang kali ini akan dikunjungi. Setelah mempertimbangkan berbagai alasan, keputusan akhir adalah mengunjungi Sumatera Barat. Alasan pertama karena alamnya indah, makanannya enak dan bersih (terutama dalam urusan kamar kecil). Apalagi, ibu saya berasal dari daerah ini. Jadi nggak ada salahnya kalah anak/cucunya kenal atau minimal pernah menginjak tanah leluhur.

Kami sudah pernah mengunjunginya ... 15 tahun yang lalu. Hehehe... lama banget ya. Nah untuk mempersiapkan rencana itu, saya menghubungi biro perjalanan. Menanyakan kalau-kalau mereka memiliki inbound tour ke Sumatera Barat dengan base di Bukittinggi. Satu biro perjalanan dihubungi ... dua.... tiga... empat ... semua menjawab tidak menyediakan inbound tour kecuali ke Bali. Baru yang kelima ini menjawab mereka bisa menyediakan paket wisata ke Sumatera Barat. Itupun baru janji .... karena mereka harus menghubungi mitra kerjanya di Padang kalau-kalau bisa memberika special offer pada akhir tahun tersebut. Nggak janji judulnya.... Mereka cuma minta nama dan no telpon saya dengan janji akan menghubungi kembali.

Saat ini sudah hampir satu minggu, belum ada kabar berita dari biro perjalanan tersebut... Niat nggak ya mereka menindak lanjuti permintaan saya itu? Aduh ... kalau begini cara penanganan wisata dalam negeri, pantas saja kalau pariwisata Indonesia nggak pernah maju. Masa saya harus berwisata keluar negeri sih ...? Sementara negeri sendri yang kono surganya dunia ini (karena keindahan alamnya) tersia-siakan...?

Ada yang bisa bantu kemana saya harus mencari biro perjalanan yang bisa menyediakan inbound tour?

*****

Vacances de fin d'annee vont arriver dans 6 semaines. Le transportation, sans doute serais notre premiere preoccupation dans le cas ou nous voulons organiser le voyage.

Pour cette fin d'annee, nous avons decide de passer  les vacances pour visiter Sumatera Barat (ouest) voir Bukittinggi, plutot que visiter des pays etrangers. Il y a plusieur raisons, pourquoi nous sommes arrive a cette decision. Premierement, c'est la question de budget. Il me semble ridicule qu'en gagnant la vie en rupee et puis depenser tous en billet etranger. Alors pourquoi de ne pas en depenser en pays, plutot que d'enricher les etrangers. Et puis. Indonesie est un beau pays, possedant des paysages et forets naturel. Les repas traditionels du pays sont tres bons et a Sumatera Ouest, les toilets sont propres (ce qui est indispensable pour moi). D'ailleur, ma mere est de l'origine.

Voila donc, j'ai essaye de contacter l'agence de voyage .. un, deux, trois, quatre et finalement ce n'est que le 5eme qui puisse me satisfaire en repondant qu'il peut nous arranger le voyage a condition que leur partenaire a Bukittinggi sont pret. Helas... une semaine a passe et je n'ai aucun repond. Ni appel telephonic, ni brochure recu ...

Bon .... bon... bon ... voila la reponse, pourquoi le tourisme indonesien ne jamais se developpe en bon direction ...Persone n'en s'occupe, ...

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...