Senin, 19 Maret 2018

PESTA PERNIKAHAN

setiap ada undangan pernikahan, terutama yang diselenggarakan di tempat - tempat "berkelas" dan sang "pemangku hajat" alias penyelenggara acara tersebut tergolong keluarga dekat, maka ... akan selalu muncul pertanyaan dari anak gadis saya; 
"Nanti ... kalau aku menikah, acaranya bagaimana dan akan diselenggarakan dimana?"

Alamak .......
Kuliah belum selesai, umur juga baru masuk satu bulan yang lalu masuk angka dua - puluhan ... Baru juga mulai pedekate dengan cowok yang saya komentari terlalu "manis" untuk anak perempuan yang bergaya tomboy super cuek, eh ...... sudah ribut dengan urusan persta pernikahan. Padahal kalau ditanya .... pada usia berapa dia bermaksud menikah, dengan lantang disebut angka dua puluh lima. Masih lama ..... Hadeuh .....

Pernikahan tau lebih tepatnya menyelenggarakan acara pernikahan yang seharusnya hanya terdiri dari satu acara utama saya yatu akad nikah untuk yang beragama Islam atau pemberkatan/sakramen pernikahan bagi non muslim atju apapun namanya bagi yang beragama Hindu atau Budha, menjadi lebin rumin manakala "seolah" ada kewajiban menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan mengundang keluarga, tetangga, kenalan, sahabat, group ini dan itu, relasi kerja dari pasangan yang menikah, kedua pasang orang tuanya, bahkan seringkali mengundang orang yang hanya kita kenal selintas namun punya "nama besar/top" dan lain-lain.

Keriuhan dan keribetan mulai dari menentukan tanggal, tempat acara, perias pengantin, baju yang akan digunakan mulai dari pakaian pasangan calon mempelai, ke dua pasang orangtua, adik dan kakak mempelai, belum lagi untuk pagar ayu-pagar betis, penerima tamu, menu makanan, hiasan/dekorasi ruang, souvenir ... busyet deh ...... ini sudah bikin mumet untuk dicatat. Daftarnya akan bertambah banyak dan panjang lagi manakala kita merinci secara lebih detil lagi. Bagaimana acara akal dilaksanakan, dengan adat yang mana, tatkala calon pengantin berasal dari etnis/suku yang berbeda. Bagaimana mengkompromikannya .... 

Muara dari segalanya adalah seberapa besar dana yang mama kita sediakan dan alokasikan atau berapa batas yang akan disediakan. Beruntunglah bagi mereka yang tidak memiliki hambatan dalam menyediakan dana tapi pada kenyataannya, ada juga yang meminjam alias berhutang hanya untuk menyelenggarakan pesta sesuai "tuntutan" adat dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Itu sebabnya beberapa tahun lalu ada bank yang menawarkan kredit untuk biaya pernikahan. Entah apakah kredit sejens massiv ditawarkan oleh bank.

Ribet dan ruwet yang diciptakan sendiri ......

Menyimak hal tersebut dan juga mengamati seta ikut mengurusi pernikahan keponakan-keponakan, maka pertanyaan anak hanya bisa dijawab:
"Nak .... kita tidak perlu larut dalam kehebohan seperti itu. Make it simple but essential. Sebagian besar undangan abalan mereja yang mungkin lebih mama dari kita untuk membeli apapun yang mereka inginkan. Makanan yang tersaji, kalau tidak enak akan menjadi gunjingan .... Padahal ... bila kita memberikannya kepada kaum dhuafa atau berbagi kebahagiaan dengan anak yatim piatu/dhuafa ..., kenikmatan mereka menyantap hidangan yang tidak biasa itu akan jauh lebih berarti"

Itu yang ada dalam benak saya .... kita lihat saja, apa yang akan terjadi saat waktunya tiba, kelak ...


Kamis, 01 Maret 2018

LOKASI VAKSIN MENINGITIS

Daftar Lokasi Vaksinasi Meningitis
Mereka yang berencana menunaikan ibadah Umroh tentu tahu bahwa salah satu syarat untuk bepergian ke Saudi Arabia adalah membekali diri dengan kartu kuning yang mengisyaratkan bahwa pemiliknya sudah mendapat vaksinasi Meningitis. Penyakit yang menyerang selaput otak dan bisa mengakibatkan penderitanya meninggal dunia.

"Dahulu kala", vaksinasi Meningitis ini sering diakali. Kartu kuning akan diurus oleh biro perjalanan terkait dan pemiliknya sama sekali tidak mendapatkan suntikan. Sebetulnya hal ini sangat beresiko, apabila kita tertimpa musibah dan disukai oleh virus tersebut.

Kini, sepertinya pemerintah tidak mau main-main lagi dengan resiko penyakit ini sehingga seluruh calon jamaah umroh, haji maupun TKI yang akan melakukan perjalanan ke wilaya Timur Tengahj, wajib mendapat suntikan vaksin Meningitis.

Yang menjadi masalah, karena vaksinasi tersebut merupakan bagian dari syarat perjalanan, maka tentu diperlukan dokumen pendukung sebagai bukti. Dengan demikian, vaksinasi ini tidak semudah meminta suntikan vaksinasi biasa yang bisa diperoleh "dimana" saja termasuk dokter praktek, klinik, puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah. 

Beberapa biro perjalanan memiliki kerjasama dengan dinas kesehatan setempat sehingga calon jamaahnya bisa dikoordinir untuk memperoleh suntikan di kantor biro perjalanan tersebut. Itupun tentu dengan syarat, kalau jamahnya memiliki jumlah yang cukup besar, umumnya sekitar 100 orang. Kalau tidak, tentu dinas kesehatan tidak mau melayaninya.

Selama ini, lokasi untuk memperoleh vaksinasi Meningitis berada di bandara atau pelabuhan serta bêberapa Rumah Sakit tertentu. Konon, tempat vaksinasi yang paling leluasa adalah di kantor kesehatan pelabuhan. Untuk di Jakarta ada di Cengkareng - area Bandara, lalu di area bandara Halim Perdanakusuma dan pelabuhan Tanjung Priok. Terbayang kan, kaal hards ke tempêta tersebut? Selain jauh dan memerlukan "semangat" juang yang tinggi karena jauh dan sudah pasti memerlukan waktu yang cukup panjang. 

Jadi bisa dimengerti Kalau banyak orang lebih suka mengunjungi rumah sakit antara lain RS Persahabatan di Rawamangun, RS Fatmawati di Jakarta Selatan, RS Sulianti Saroso ... nah yang ini entah berada dimana dan satu lagi, hasil browsing, diketahui, RS PON alias Pusat Otak National di Cawang, juga memberikan Layanan vaksinasi meningitis

Namun Rumah Sakit yang ditunjukpun belum tentu memiliki persediaan vaksin yang mencukupi sehingga mereka, selain merujuk pada hari-hari tertentu, juga memiliki kuota vaksin per harı jadwalnya. Itu sebab, untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit, calon harus antri sejak dini hari, minimal sejak jam 05.00 pagi untuk mendapatkan nomor mendaftarkan diri memperoleh vaksin. Itu baru ambil nomor untuk mendaftar lho .... Setelah itu, baru mendaftarkan diri di loket Rumah Sakit terkait yang baru dibuka sekitar jam 07.00. Dapat nomor pelayanan, baru bisa membayar biaya dan menunggu panggilan untuk mendapat vaksin. Sangat melelahkan, membuang waktu dan menyebalkan bagi orang-orang yang harus bekerja.

Jadi .... kalau mau cepat dan relative terlayani pada gari yang sama, lebih baik pergi ke kantor kesehatan pelabuhan; yaitu ke Cengkareng, Tanjung Priok atau Halim Perdanakusuma, yang seksrang Sudan pinda ke Cililitan Besar. Jadi tyda di area bandara Halim Perdanakusuma lagi. 

Untuk yang bertempat tinggal di wilayah selatan, mungkin lebih baik ke Cililitan Besar. Kuota per hari yang bisa dilayani hingga 400 orang dan pelayanannya cukup cepat. Persyaratannyapun hanya cukup menyediakan fotokopi passport saja.


BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...