Senin, 29 Desember 2008

Jalan-jalan ke Bandung


Kawah putih

Bandung sekarang sudah menjadi kawasan tujuan wisata setelah Jalur Puncak menjadi padat sekali. Apalagi setelah jalan bebas hambatan Jakarta - Purwakarta - Padalarang - Cileunyi beroperasi. Jadi penduduk Jakarta bisa melenggang dengan bebas hambatan langsung menuju Bandung hanya dalam waktu 2 jam saja.

Dampaknya? tentu saja banyak ...
Yang positif, tentunya karena kedatangan penduduk Jakarta ke Bandung akan menggerakkan roda ekonomi di Bandung. Hotel terisi penuh, FO, Distro, industri makanan kecil untuk oleh2 berkembang pesat apalagi ditunjang oleh kreatifitas yang tidak habis-habisnya dari penghuni Bandung.

Bandung kini juga menjadi tujuan wisata kuliner tanpa melupakan wisata alamnya yang memang indah. Sebut saja Kawah Tangkuban Parahu di utara, Kawah putih di selatan berikut dengan wisata kebun stroberi ... wah nggak ada habis2nya menyebutkan alasan Bandung sebagai tujuan wisata.

Negatifnya...?
Bandung menjadi super macet, gersang dan menjadi tidak nyaman lagi ... Ah dilematis ya..

Apa yang bisa dilihat di Bandung? Mestinya sih banyak... Ada Kawah Tangkuban Parahu, pemandian air panas di Ciater, Maribaya dan Observatorium Boscha di kawasan Lembang. Lalu masih ada Situ Patenggang, Kawah Putih dan perkebunan stroberi di Ciwidey Bandung Selatan. Masih ada wisata produk susu di Pangalengan dengan kebun teh nya. Pokoknya banyak deh....

Jadi tidak hanya bermacet ria di FO dan Distro di kawasan Jl Riau dan Cihampelas saja atau berwisata kuliner. Tapi... Bandung memang menarik berkat kreatifitas penduduknya.

Minggu, 28 Desember 2008

Bandung, ketika liburan tiba

Libur akhir tahun tiba. Penduduk Jakarta, kemana lagi berlibur kalo bukan ke Bandung? Jaraknya nggak terlalu jauh, hanya 2 jam via tol Cipularang. Apalagi buat kami yang tinggal tidak jauh dari JORR, wuah…. asyik deh … hanya + 1km dari tumah langsung masuk toll – keluar toll sudah sampe di Bandung.

Makanan dan jajanan di Bandung, asyik. Udaranya lumayan sejuk, walau Bandung sekarang tambah gersang seperti banyak kota-kota di Indonesia yang wawasan pimpinan daerahnya hanya berpikir bahwa pembangunan berarti membangun fisik kota tapi melupakan keseimbangan elemen perkotaannya lainnya.

Maka, jadilah kota-kota itu gersang. Pohon peneduh yang umurnya sudah lebih dari umur Negara ini karena umumnya ditanam oleh Belanda yang sangat peduli dengan keseimbangan lingkungan, habis ditebang demi yang namanya pembangunan kota.

Dan… jadilah kota di Indonesia tidak memiliki trottoir alias tempat pejalan kaki yang nyaman di bawah naungan dan keteduhan pohon. Tidak lagi memiliki selokan yang memadai dalam arti lebar, cukup dalam dan alirannya lancar.

Maka terjadilah perebutan secuil wilayah di pinggiran jalan yang gersang antara pengendara mobil yang tidak menemukan tempat parkir yang layak, sehingga harus memparkir mobilnya di badan jalan yang kosong dengan pejalan kali, pengendara motor yang selalu ingin cepat-cepat tiba di tempat tujuan, penunggu kendaraan umum yang tidak mempedulikan lokasi shelter pemberhentian serta para pedagang kaki lima yang memanfaatkan kerumunan manusia.

Maka …. segala macam buangan dari yang sopan (mana ada buangan yang sopan… hiks … hiks…), maksudnya kertas Koran, kertas pembungkus, kertas semen dan lain-lain ….. sampai dengan buangan air sisa pencuci sayur dan piring para pedagang kaki lima serta sampah sayur mayur busuk yang akhirnya menyebarkan aroma tak sedap.

Nah, kembali ke Bandung lagi ….. Kedatangan penduduk Jakarta untuk menghabiskan liburan tentu membawa segala dampak ikutannya. Di satu sisi, mereka membawa dampak positif. Ada pergerakan uang dari Jakarta ke Bandung. Semacam pemerataan pendapatan.

Penghasilan penduduk Jakarta dibawa ke Bandung dalam bentuk pengeluaran biaya penginapan, belanja-belanji di FO, Distro, tempat-tempat makanan dan oleh-oleh, tempat-tempat wisata di sekitar kawasan Bandung. Ada gairah ekonomi yang bertumbuh. Klop dengan kreatifitas orang Bandung.

Itu sebabnya, walau Brownies kukus Amanda banyak dijual di Jakarta, Soes Merdeka buka cabang di Jakarta begitu pula pisang molen Kartika Sari mudah ditemui atau bahkan sudah pula ada tiruannya, tapi outlet nya di Bandung tetap saja penuh pengunjung yang memborong untuk dibawa sebagai oleh-oleh pulang ke Jakarta.

Ke Bandung tanpa membawa kue-kue dari toko Bawean atau batagor kingsley, surabi enhai dan banyak lagi makanan yang sebetulnya mudah ditemui di Jakarta, tapi menjadi trade mark nya wisata kuliner Bandung. Belum pas. Rasanya kalau ke Bandung tidak mencicipi dan membawa oleh-oleh makanan …Itu positifnya.

Pagi ini Pikiran Rakyat, Koran tua dari Bandung memberitakan bahwa tingkat hunian hotel di Bandung pada liburan akhir tahun ini mencapai 100%. Kemarin, saat berwisata ke Kawah Putih, lahan parkir seluruh restoran di sepanjang jalan Ciwidey terlihat penuh terutama yang bertulisan boelh sambil petik strawberry.

Bahkan Kawah putih memberlakukan system buka tutup setiap 20 menit karena begitu padatnya pengunjung walau akibatnya terjadi antrian dan kemacetan luar biasa di mulut gerbang Kawah Putih. Jalan-jalan pusat belanja FO dan Distro sudah sangat macet dan tidak nyaman dilalui.

Begitu pula saat makan malam di resto Atmosphere di kawasan Cikawao, kami cukup kesulitan mendapatkan tempat yang nyaman dan relaxing. Nyaman dalam arti dapat tempat lesehan karena kalau makan di resto di Bandung yang sejuk,  sambil duduk di kursi, sedikit mengurangi kenyamanan tubuh 

Melihat kenyataan tersebut, sulit terbantahkan bahwa Bandung sudah menjadi kawasan wisata akhir pekan dan musim liburan bagi penduduk Jakarta yang paling mudah dan terjangkau.

Tapi lihat dampak negatifnya …. Memang, bukan tanpa alasan kalau penjajah Belanda menjuluki Bandung sebagai Parijs van Java. Paris di jantung Eropa memang kota yang udaranya cukup nyaman termasuk pada musim dingin, tentu bila dibandingkan dengan Belanda. .

Bandung di akhir tahun 60an hingga akhir 70an terkenal nyaman dan penuh bebungaan. Rumah - rumah besar dengan halaman luas dan asri tanpa pagar. Membingkai jalan raya yang sangat teduh menciptakan suasana kota yang akrab lingkungan dan akrab pula bertetangga. Wewangian bunga baik dari pohon peneduh jalan seperti Tanjung atau perdu kemuning harus mengelus indra penciuman saat menyusuri jalan pada malam hari yang sejuk.Rasanya romantis sekali.

Kawasan perumahan elite yang asri dan nyaman seperti di Jl. Dago, Jl. Cipaganti, Jl. Cihampelas, Jl Riau dan jalan–jalan di sekitarnya begitu nyaman, teduh dan asri. Atau jalan Pasteur dengan jejeran palem rajanya yang khas. Begitu juga juga wilayah yang kata Lita Koeswandi “Kawasan Bandung lama” seperti Jl. Braga, Jl. Suniaraja dan bahkan alun-alun Bandung. Kesemuanya sekarang sudah berubah sangat total.

Daerah yang tadinya asri, sejuk penuh dengan pepohonan sekarang sudah menjadi  daerah yang super duper muaaaceeettttt…. Pohon-pohon peneduh yang berumur ratusan tahun sudah menghilang dari tepi jalan. Rumah-rumah asri berhalaman luas telah berubah menjadi FO lalu distro. Trottoir yang dulu kala menjadi tempat duduk sambil menikmati suguhan bandrek/bajigur di jalan Braga, persis seperti di kawasan Champs Elysees Paris, seperti juga di jalan–jalan lainnya sudah berubah menjadi lahan parkir yang juga dipenuhi oleh pedagang kaki lima.

Mall demi Mall dibangun di Bandung tanpa memikirkan jangkauan area layanannya serta dampaknya pada pasar tradisional, sementara bagian pusat kota lama dibiarkan terlantar menjadi kumuh sesak dan gersang. Sementara jalan–jalannya dibiarkan berlubang. Palem Raja yang menjadi ciri khas jalan Pasteur telah berganti dengan jembatan layang pasopati yang angkuh, tidak bersahabat dan sangat tidak manusiawi.

Sepertinya, aliran uang yang menggerakkan roda perekonomian kota Bandung menguap tak berbekas. Tidak membuat pemerintah daerah kemudian memiliki pemasukan tambahan yang membuat mereka kemudian mampu membangun dan menata kota. Yang terlihat malah kebalikannya … pemerintah kota Bandung malah seolah tertimpa beban berat dan kewalahan memikulnya sehingga tidak mampu menata kotanya.

Padahal…. Di Bandung ada ITB dengan program study perencanaan kota, arsitektur, teknik lingkungan, planologi dan lain–lain yang tergabung di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Atau ada Arsitektur di Universitas Parahyangan yang sangat terkenal atau Universitas Pajajaran dan bahkan di sini pula pusatnya pendidikan para pamong praja.

Kelihatannya para pakar dari berbagai institusi pendidikan, yang notabene merupakan “para pendidik” para calon birokrat pemerintahan tersebut tidak bisa bersinergi dengan pemerintah daerah untuk memecahkan berbagai masalah sosial, ekonomi dan budaya perkotaan di Bandung yang sudah akut.

Masing-masing berjalan sendiri dengan visi dan misinya masing-masing. Yang satu, mungkin dianggap “keras kepala”, mentang-mentang tahu segala sehingga dianggap terlalu “idealis” dan mengada-ada, sementara yang lain sebagai “penguasa wilayah” yang menganggap diri “maha tahu” atas segala problematika daerahnya menjadi keminter tidak mau mendengar. Belum lagi kalau sudah bicara mengenai kepentingan politik atau uang….!!! Berraaattt …!!!

Akhirnya, masyarakat awam cuma tinggal berharap kapan tiba waktunya semua komponen bangsa ini melupakan kepentingan sesaat nya untuk mulai berpikir tentang bagaimana memajukan kehidupan rakyat untuk kemakmuran dan kesejahteraan kita semua. Mimpi, kali ye…???

Selasa, 23 Desember 2008

Evaluasi Kerja...???

Hari ini, 23 Desember 2008 adalah hari terakhir kerja di tahun 2008. Tahun ini sepertinya, sektor swasta kompak untuk menikmati libur yang cukup panjang. Rata-rata libur sekitar 12 hari mulai 24 Des 08 s/d 4 Januari 09.

Entah karena memang sedang tidak banyak pekerjaan akibat krisis global sehingga berusaha untuk mengurangi OHC yang biasanya mbludak akibat lembur menyelesaikan pekerjaan dan laporan-laporan akhir tahun. Ataukah pekerjaan sudah terselesaikan jauh hari sehingga semua karyawan bisa menikmati liburan akhir tahunnya. Lihat deh .... jam 09.45 pagi ini ... ruang kerja ini masih kosong. Suasana proyek juga masih sepi .... Padahal libur resmi baru mulai besok, rabu 24 Desember 08. Mungkin anak-anak itu lagi ngrumpi di lobby, merencanakan acara libur panjang akhir tahun.

Yang pasti.... boss nya sudah mulai cuti bahkan ke luar negeri sejak hari Sabtu 20 Des 08. Sementara anak buahnya masih sibuk berkutat dengan laporan keuangan baik laporan keuangan perusahaan ataupun lap-keu si boss dalam rangka SUNSET POLICY. Sambil senyum-kecut, mereka saling meledek.... "eh... elo kan digaji buat kerja lembur sampe jungkir balik di akhir tahun...". Masih untung kalo enggak pake dimarahin....

Belum lagi dengan anak-anak di rumah. Mereka sudah mulai uring-uringan karena ibu/bapaknya masih saja sibuk ke kantor sementara mereka sudah memasuki liburan akhir tahun. Juga sampai tanggal 4 Januari 2009.

Kalau ada TV channel yang bagus seperti National Geography, masih mendinglah... Tapi anak-anak belum tentu suka. Bisa jadi mereka lebih suka dengan film cartoon, tapi film kartun pun tidak semuanya bagus ditonton anak. Apalagi film anime dari Jepang.... Padahal justru animee itu yang lagi digemari anak-anak.

Aduh serba susah juga ya... Nonton TV kebanyakan, nggak bagus. Program TV di Indonesia nggak banyak yang bagus. Sinetron yang vulgar dan norak, animee ... sama aja. Talkshow dan infotainment.....? Sami mawon ... padahal acara-acara itu yang mendominasi keseharian acara TV di Indonesia.

 Berinternet ria di rumah... walaupun ada first media yang lumayan murah, belum tentu juga bagus. Iya kalo yang dikunjungi dan dibaca anak-anak adalah situs ensiklopedi online Wikipedia... lha kalo anak-anak masuk ke situs pornografi atau games-online? Waduh... yang terakhir ini bisa bikin jebol komputer. Sudah 2 kali notebook anak saya jebol gara-gara dipake game-online.

Aduh......., untuk hari rabu sudah mulai libur, jadi sudah bisa ke luar kota. DI Bandung sudah ada adik ipar dan ponakan yang jauh-jauh hari sudah menyiapkan acara berwisata di sekitar Bandung ... Ke Kawah Putih, antara lain. Semoga hari-hari di Bandung tidak kelabu alias hujan. Kalo mendung aja sih, malah lebih enak....

Tapi, di kantorku... ada beberapa orang yang "harus" kerja jungkir balik menyiapkan laporan keuangan/kinerja perusahaan tanpa boleh mengeluh... karena mereka sudah libur duluan ke Malaysia dan SIngapore selama satu minggu.

So..... Selamat libur akhir tahun ..... Semoga tahun 2009 membawa keberuntungan bagi kita semua. dan.... yang penting dan seringkali dilupakan.... SEMOGA Allah SWT masih memberikan kita kesempatan untuk menikmati mentari dan harapan-harapan baru di tahun 2009.


Selasa, 16 Desember 2008

Tongkat Ali; oleh-oleh dari Malaysia

Temanku baru balik dari Malaysia-Singapore nemenin rombongan kantor yang dapat hadiah akhir tahun jalan-jalan ke Malaysia dan Singapore selama 1 minggu sekalian study banding .... Tiru-tiru anggota DPR.

Untuk oleh-oleh, dia ngasi 1 kotak coklat. Kemasannya keren, dan coklatnya seperti gaya Belgium Chocolate yang terkenal enak. Cuma.... mereknya itu lho, nggak enak banget bacanya dan malah bikin orang mengerenyit keningnya.... TONGKAT ALI.

Di kotaknya ada gambar akar, seperti akar ginseng. terus ada keterangannya eurycoma longifolia. Saya pikir, mungkin itu nama latinnya ginseng. OK, 1st impression, coklat itu mengandung ginseng. Bolehlah .... kreatifitas yang patut diacungi jempol. Bikin healthy choco. Jadi ada kekhasannya.

Coklat kan sudah mendunia banget. Coklat Belgia yang bergaya praline, terkenal enaknya. Coklat swiss terkenal karena ada White Choco. Di Italia ada Ferero Rocher. Hampir semua negara punya produk Choco nya. Kalau nggak ada sesuatu yang khas, mana mau kita beli coklat dari suatu negara untuk oleh-oleh.

Di mobil, karena hari ini saya di antar-jemput, setelah menawarkan suami makan coklat tersebut, karena dia memang maniak coklat, saya sempat baca-baca ingredients nya. Barulah terbaca di kotak bagian bawah, ternyata....... Eurycoma Longifolia itu adalah natural herbal yang di Indonesia dikenal sebagai Pasak Bumi......

Walah ........, langsung mules perutku. Udah sih bukan penggemar coklat, aku makan coklat kalo lagi pengen aja dan itu juga pilih-pilih yang enak banget, eh masih mesti ngebayangin bahwa tu coklat mengandung pasak bumi.

Aduh duh ....... Tanpa pasak bumi aja, konon coklat/cacao itu sudah mengandung zat yang bersifat aprodisiak atau meningkatkan gairah seksual. Apalagi kalo ditambah dengan pasak bumi, walah.......!!!

Akhirnya kuteliti bolak-balik kotaknya, kubaca lagi kotak bagian depan. Di bagian bawah.... ada tulisan kecil IMPROVES ENERGY - RAISES ENDURANCE - REDUCES STRESS & ANXIETY.

Tulisan yang di pinggir, improves energy dan reduces stress & anxiety sih, OK lah... seperti yang sudah diduga. Kan ginseng khasiatnya memang begitu, tapi ... Raises Endurance itu lho...... Endurance apaan....? emangnya lomba ketahanan bermotor.....

AYA - AYA WAE....!!!!

update Kamis 18 Des 08,
Kotak coklatnya dibawa suami ke kantor. Katanya dibagi ke dosen DTK - FTUI yang ikutan nguji prakualifikasi S3. Biar dicoba, apa memang ada khasiatnya...

Senin, 15 Desember 2008

Kampanye PEMILU - Politisi gak PEDE

Jakarta dan mungkin juga seluruh kota hingga pelosok desa di Indonesia belakangan ini jadi kumuh. Bukan sekedar kumuh karena semakin banyak kakilima lengkap dengan sampah-sampahnya, tapi juga karena tebaran spanduk, umbul-umbu, bendera dan baliho dari berbagai partai politik yang sedang mengkampanyekan diri menjelang pemilu 2009.

Coba bayangkan, kalau ada 34 partai peserta pemilu dengan ribuan caleg tingkat nasional (DPR) plus DPD. Belum lagi caleg tingkat daerah (DPRD). Ada yang menghitung (kalo nggak salah di Kompas Minggu), konon, panjang bendera/spanduk kampanye tersebut kalau dijejerkan sambung-menyambung akan mencapai panjang 223.000 km. Kalau jarak dari Sabang di ujung pulang Sumatera sampai Merauke di ujung bawah Irian hanya sejauh 5.000km. Maka bendera/spanduk kampanye pemilu setara dengan 44,6 kali jarak Sabang Merauke.

Repotnya, itu bendera, spanduk, umbul-umbul dipasang tanpa "rasa". Sembarangan, tumpang tindih dan sama sekali tidak ada estetikanya. Sudahlah desainnya standar... ada foto, lambang partai, no urut partai dan nama. Pesannya juga juga standar, nggak kreatif banget. Yang mencolok dan ini paling "digemari" adalah tulisan... MOHON DOA RESTU". Seperti undangan kawin.

Tapi bukan itu yang jadi masalah.... Mau ditulis apapun, saya sih nggak peduli. Lha nggak kenal... apalagi semua calon yang menggelar kampanye itu nggak pernah kedengeran kiprahnya di masyarakat. Saya sering baca baca kiprah Toto Sugito dengan B2W nya. Baru-baru ini Toto Sugito mendapat penghargaan melalui kiprahnya mengkampanyekan penggunaan sepeda untuk mengurangi polusi udara. Atau Ahmad Rizali dengan klub guru, sepeda untuk sekolah dan CFBE nya baik di milis maupun di koran-koran. 

Bahkan nama Butet Manurung, Baby Jim Aditya, Ade Sitompul rasanya lebih pantas mewakili Jakarta di DPD, karena saya memang nggak pernah tahu apa yang dilakukan oleh seorang Vivi Effendi  atau kontribusinya di masyarakat khususnya di Jakarta. Padahal dia ingin mewakili masyarakat Jakarta melalui DPD. Atau juga kiprah salah satu anaknya bang Ali Sadikin, seorang tokoh, mantan gubernur DKI yang sangat saya kagumi. Kontribusi dan kiprah bang Ali, di Jakarta tidak ada satu orangpun yang bisa mengabaikannya. Tapi anaknya? 

Sungguh mati.... saya belum pernah mendengar kiprah dan kontribusinya bagi masyarakat. Andaikan dia tidak mencantumkan nama Sadikin di belakang namanya, mungkin tidak ada orang yang tahu siapa dia. Tetap anonim seperti rakyat jelata biasa. Bahkan pencantuman nama Ali Sadikinpun belum tentu membuat orang melirik. Ali Sadikin adalah masa lalu Jakarta. Generasi muda yang berusia kurang dari 31 tahun tidak hidup pada era selama Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta yang sangat dicintai rakyatnya.

Itu mungkin sebabnya, para calon yang "gamang" dengan rasa percaya diri atas kemampuannya merasa perlu mencari "DUKUNGAN" tambahan. Maka, muncullah foto bang ALI melatar belakangi foto anaknya. Saya tidak bisa membayangkan apakah bang ALI "suka" dengan hal itu, karena sepanjang yang saya tahu, bang ALI adalah orang yang sangat percaya diri dan berani menentang apapun yang tidak disetujuinya. Bukan orang yang senang mencari dukungan kiri-kanan dan saya yakin begitulah juga beliau mendidik anak-anaknya

Di samping spanduk anaknya bang Ali yang saya temui di sampin PIM I, ada juga foto buya Hamka. Baik buya Hamka maupun bang Ali adalah tokoh-tokoh langka yang sangat independen.
Agaknya si calon legislatif lupa, bahwa jaman sudah berubah. Tidak banyak generasi muda jaman sekarang yang "kenal" dengan Bang Ali dan buya Hamka. Bagaimana kedua tokoh tersebut mewarnai jagat politik Indonesia di masa kekuasaan Suharto bertahun-tahun yang silam. Menampilkan ke dua tokoh tersebut pada materi kampanye hanya menyiratkan ketidakpercayaan sang calon pada dirinya sendiri.

Dan.... sayangnya, kenapa MEGAWATI SUKARNOPUTRI yang pernah menjadi presiden RI  masih memerlukan "dukungan" sang bapak. Padahal tanpa memasang foto bung Karnopun, menilik namanya, orang sudah tahu bahwa ibu satu ini adalah anak biologis bung Karno.

Kalau dibilang bahwa si ibu tidak percaya diri, saya yakin barisan PDIP di seluruh Indonesia akan marah dan tersinggung habis-habisan. Tapi please deh ah ...... jangan bawa-bawa lagi gambar bung Karno apalagi gambar sang suami seperti yang terpampang di pojok TMP Kalibata. Seorang MEGAWATI SUKARNOPUTRI harus mampu mengkampanyekan diri sendiri tanpa "endorsement" dari siapapun.... Jangan jadi politisi yang nggak PEDE .... Kalo nggak pede, itu artinya memang dia belum banyak "berbuat" untuk rakyat atau dia juga tahu bahwa kiprahnya belum "diakui" rakyat. Kalau begitu adanya, ya jangan maju-lah...!!!

Atau, berkiprah dulu dalam kegiatan masyarakat, melalui LSM, lembagai sosial kemasyarakatan  atau kegiatan lainnya, supaya dikenal orang. Baru kemudian mencalonkan diri. Jadi nggak perlu lagi bawa-bawa tokoh lain, apalagi yang sudah almarhum untuk "men-endorse" diri, di materi-materi kampanye..

Senin, 08 Desember 2008

Katakan ......

Katakan
Pada angin
Pada awan hitam
Pada hujan
Atau pada halilintar sekalipun

Katakan
Pada matahari
Pada senja
Pada rembulan
Bahkan pada pekat malam sekalipun

Bahwa
Dia telah melangkah
Menjauh lalu sirna
Di kemuraman senja
Ditelan pekat malam

Maka
Pejamkan mata
Tajamkan mata hatimu
Maka desah anginpun menjadi samar
Bahkan rembulanpun enggan menyapamu

Minggu, 07 Desember 2008

Ketika kenyamanan terusik

Nggak ada angin, nggak ada hujan... karena memang selama dua hari ini matahari memanggang Jakarta. Paling tidak itu yang saya rasakan... dua orang asisten rumah tangga yang ngurus dapur dan cuci strika jatuh sakit. Demam, berbarengan....

Sabtu pagi, karena jadwal saya biasanya ke CCF dan saya melihat bubur ayam sudah terhidang di atas meja, saya tidak sadar bahwa sang asisten sudah mulai merasa tidak enak badan. Makan siang tidak jadi masalah karena saya, suami dan anak sudah merencanakan belanja ke Makro. Seperti biasa belanja ke Makro selalu ditutup dengan makan nasi goreng.

Masalah mulai timbul karena tidak seperti biasa, jalur ke Makro macet luar biasa. Acara belanja yang diprediksi selesai dalam waktu maksimal 2 1/2 jam, jadi mulur. Alhasil, setiba di rumah, saya harus tergesa-gesa shalat ashar dan mulai menyiapkan makan malam.

Makan malam apa yang harus disiapkan oleh perempuan yang "sok sibuk" dan nggak suka masakan yang ribut dengan bumbu? So pasti yang enteng-entang saja, tanpa bumbu yang ribet tapi mengundang selera anak-anak... tapi juga bukan masakan instan. Jadi pilihan jatuh untuk menyiapkan kentang-brocoli-cheese, lalu tumisan champignon-buncis-jagung muda dan panggang ayam. Bumbunya simple banget ... cuma bawang putih, bawang bombay, lada, oregano, celery seed, yang tentu keju, smoke beef dan susu... Yummy deh pokoknya, walau kurang cocok buat orang yang lagi diet.

Pagi ini, minggu, saya terpaksa mengeret suami menemani ke pasar tradisional, dan terlambat pula. Pedagang yang menjadi langganan merasa "salah tingkah" karena sayur-mayur yang biasa saya beli sudah ludas dijual setelah mereka menunggu sampai jam 08.30. Biasanya saya ke pasar jam 06.00. Jadi pantaslah kalau mereka berpikir saya tidak akan belanja hari ini.

Sore ini, saya terpaksa juga memutar otak, mencari resep simple dan gak repot. Pilihannya adalah bikin gado-gado siram a la Boplo dan sate panggang oven. Bumbunya cukup sejenis untuk dua macam masakan ini. Bumbu gado-gadonya campuran bumbu pecel dengan pindakas.... Hehehe ... ini kiat saya dulu sewaktu di Perancis. Bikin gado-gado dengan bumbu pindakas dan rasanya nggak kalah kok.

Duh .... ternyata runyam juga ya kalo sang assisten mendadak sakit. Bayangan istirahat selama long week-end jadi berantakan. Tapi... terima saja dengan ikhlas... supaya kita bisa menghargai keberadaan mereka di rumah sehingga kita mampu memperlakukan mereka dengan manusiawi

Jumat, 05 Desember 2008

Mungkin aku ......

Mungkin aku salah .....
Salah menduga
Mengira mawar merah harum mewangi
Ternyata sekam membara dalam genggaman

Mungkin aku salah
Tak mampu menduga ...
Menduga cinta dipersembahkan
Ternyata nafsu bersalut madu

Mungkin aku salah
Tak mampu berpikir
Berangan dalam fatamorgana
Dan terlena terlalu jauh

Namun ...

Aku sudah berjalan terlalu jauh
Tak terbilang riak dan ombak
Tak terurai lelah dan dahaga
Tak tersisa lagi airmata

Aku lelah ...
Tak mampu menapak kembali
Karena
Telah tampak batas akhir
HIdupku

Senin, 01 Desember 2008

Maryamah Karpov


Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andrea Hirata
Maryamah Karpov, bisa jadi merupakan buku yang paling ditunggu penerbitannya di Indonesia selama tahun 2008.

Sihir buku Laskar Pelangi telah membius para pecinta buku Indonesia. Tidak heran, filmnya, yang merupakan kolaborasi antara Riri Reza dan Mira Lesmana serta menampilkan anak-anak asli Belitong sebagai pemain, mampu meraup jumlah penonton lebih dari 4 juta orang. Mengalahkan film Ayat-ayat Cinta yang sangat digandrungi remaja.

Maryamah Karpov merupakan buku pamungkas dari tertalogi karangan Andrea Hirata yang terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan tentu Maryamah Karpov yang diterbitkan dengan tag line Mimpi-mimpi Lintang.

Masih bercerita tentang tentang kehidupan Ikal, alur cerita dalam Maryamah Karpov tersusun dari mozaik - mozaik perjalanan hidup Ikal, setelah menyelesaikan studynya di Eropa, lalu kembali ke kampungnya di Belitong sebelum bekerja dan meniti karier.

Mozaik pertama, mungkin dipersembahkan kepada bapaknya. Orang yang sangat dicintainya. Mozaik ini merupakan satu penggalan yang sangat mengharukan yang menjadi tonggak Ikal dalam melepaskan diri dari kemiskinan.

Cerita kemudian melompat pada penggalan hidupnya di hari-hari terakhirnya di Eropa, menjelang ujian thesis master telekomunikasi. Keberuntungannya dalam "menaklukkan" hati La Plagia dosen penguji yang "kejam" atau lebih tepat pengaruh dan kebaikan hati dosen pembimbingnya Hopkins Turnbull sehingga La Plagia yang semula siap membantainya lalu berubah dengan demikian mudah menerima thesis yang diajukannya.

Usai menyelesaikan ujian, Ikal mengunjungi beberapa kota di Eropa yang memberikan kesan mendalam baginya dan salah satunya tentu Edensor. Desa kecil di Inggris yang menjadi obsesinya sejak dia menerima buku kecil dari A Ling kekasih masa remajanya yang hilang tak tentu rimbanya.

Perjalanan kembali ke Indonesia tepatnya ke kampung halamannya diwarnai dengan kengerian saat harus menuruni tali-temali setinggi 30 meter, di tengah perairan Laut Cina Selatan karena kapal yang membawanya ke Belitong tidak dapat merapat ke dermaga.

Kembali ke Belitong, setelah memberikan kebanggaan kepada bapaknya melalui seragamnya sebagai doorman di Paris, Ikal kembali ke dalam rutinitas kehidupan Melayu kampung yang menurutnya sarat dengan "pembualan dan taruhan.

Obsesi mencari A Ling ternyata juga tidak pernah lekang dari ingatan, apalagi setelah penduduk kampungnya menemukan mayat-mayat bertato kupu-kupu hitam di lengan. Tato mana, pernah dilihatnya juga di lengan A Ling.

Keinginannya untuk menemukan A Ling dilakukannya dengan usaha yang sangat keras yaitu dengan membuat perahu kayu snediri yang sempat menjadi bahan taruhan orang sekampung. Berkat bantuan Lintang sang jenius yang dijulukinya Isaac Newton, Ikal akhirnya berhasil membuat perhau yang kemudian dinamakan Mimpi-mimpi Lintang.

Apakah Ikal berhasil menemukan A Ling dan bagaimana kelanjutan kisah cintanya? Ada baiknya para penyuka karya Andrea Hirata membeli dan membacanya.

****

Menurut saya, buku Maryamah Karpov menjadi antiklimaks. Tidak kita temu lagi episode-episode yang mampu membawa pembaca tertawa, tersenyum atau tanpa sadar menitikkan airmata seperti dalam karya Andrea sebelumnya, kecuali mungkin pada mozaik pertama yang menceritakan tentang kegagalan sang Bapak memperoleh rapel kenaikan pangkat serta saat Mahar yang kesal mendengar rencana Ikal menyumpah serapahinya, lalu dia bersuit memanggil burung elang yang seketika menyerang Ikal hingga dia lari tunggang langgang.

Buku ini juga tidak menggambarkan relevansi judul dengan isinya. Sama sekali tidak ada episode atau mozaik yang menceritakan tentang siapa, apa dan mengapa aja julukan Maryamah Karpov atau mungkin, saya kurang teliti membacanya.

Kalau tidak salah, hampir 2 tahun yang lalu, bersamaan dengan beredarnya Edensor, saya sempat melihat buku Maryamah Karpov dengan cover yang sama namun lebih tipis, di Gramedia PIM I. Sayang saat itu, suami saya melarang membelinya, karena saat itu saya memang belum tertarik membaca Laskar Pelangi. Entah kenapa, 1 bulan kemudian saat saya kembali ke Gramedia untuk membelinya, buku Maryamah Karpov sudah tidak ditemukan lagi.

Konon, Andrea pernah menyampaikan bahwa Maryamah Karpov didedikasikan kepada kaum perempuan dan menceritakan perjuangan perempuan-perempuan perkasa. DAN ....... kisah itu tidak ditemukan dalam Maryamah Karpov (yang menurut saya) versi baru.
.
Tapi dengan kekurangannya Maryamah Karpov cukup menjadi hiburan di akhir pekan. Nggak ada salahnya kita mencintai buku hasil karya anak negeri
(reedit 5 Desember 2008)

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...