Rabu, 22 Juli 2009

Andai INDONESIA di EMBARGO

Tanggal 17 Juli 2009, hari Jum'at yang dianggap suci oleh umat Islam, penduduk Jakarta dan bahkan hingga berbagai penjuru dunia dikejutkan oleh ledakan bom.

Jum'at pagi, saat biasanya umat Islam mempersiapkan diri untuk membersihkan hati dan pikiran karena sebentar siang akan menunaikan shalat berjamaah dan ketika para eksekutif tertinggi berbagai perusahaan multinasional khususnya bidang pertambangan, berkumpul memperbincangkan, mungkin, situasi politik dan proyeksi bisnis dan ekonomi mereka di Indonesia pasca pilpres yang walau penuh dengan "kecurangan" konon berlangsung dengan aman dan tenteram.

Mengapa harus petinggi perusahaan bidang pertambangan..? Konon, karena umumnya pucuk pimpinan perusahaan bidang pertambangan umumnya masih dijabat oleh orang asing. IAdi bayangkan, kalau mereka menjadi target pengeboman, maka gaungnya akan keras terdengar di seluruh pelosok dunia. Tujuan pengeboman untuk menarik perhatian dunia kepada tuntutan dan atau tujuan dari pengeboman itu berhasil dengan baik.

Bidang Pertambangan, walaupun beresiko tinggi dan padat modal, tetapi juga disukai karena memberikan keuntungan yang luar biasa besarnya bagi pemainnya yang pada umumnya perusahaan-perusahaan multinasional. Sebut saja misalnya Freeport, yang
menjadi kaya raya dan kemudian menggurita setelah berkecimpung di bidang pertambangan. Resiko-resiko yang dihadapi para pemain bidang pertambangan bukan saja dari segi bisnisnya, yang tentunya sudah "sangat terukur" tetapi juga sangat rentan menghadapi resiko di nasionalisasi oleh negara tempat perusahaan tersebut melakukan eksploitasi. Kalau terjadi hal demikian, maka sudah terbayanglah berapa besar kerugian yang harus ditanggung. Jadi... memang tidak mengejutkan bilamana perusahaan-perusahaan multinasional akan mencermati kondisi politik dan keamanan dalam negeri. Kita jangan lupa bahwa country risk index negara kita dimana pebisnis asing sangat tinggi.

Ledakan bom di pagi hari yang suci itu, bukan hanya satu tetapi dua kali ledakan di dua tempat berbeda tetapi seolah ditujukan pada target yang sama. Simbol "dominasi kekuasaan bisnis (Yahudi) Amerika". Dua buah hotel yang letaknya hanya sepelemparan batu, yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia etnis Cina dan memiliki merek dagang Amerika. Bukan hanya sekedar merek dagang Amerika, tetapi lebih jauh lagi... merek dagang Amerika yang menunjukkan KELAS yang sangat EXCLUSSIVE. JW Marriot dan Ritz Carlton.

Ada banyak paduan "pembenaran" tindakan pengeboman yang  membuat para ekstrimis, pejuang melawan kemiskinan dan lingkungan melampiaskan "kemarahannya" dan menjadikan kedua merek dagang tersebut sebagai target. Ini bukan masalah lagi sekedar masalah keamanan semata... sudah terlalu kompleks untuk dimengerti dan dicerna oleh masyarakat awam.

Namun yang tidak bisa dimengerti adalah, mengapa "Barat" langsung menerbitkan "travel warning" ke Indonesia? Sepertinya Indonesia hanya seluas Jakarta. Padahal... Indonesia jauh lebih luas dari hampir seluruh negara Eropa dan Amerika Selatan. Jadi, jangankan berdampak kepada keamanan propinsi lain, bahkan untuk propinsi yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta saja, tidak akan terpengaruh.

Entah apa yang ada dibalik travel warning kepada Indonesia tersebut. Tekanan Ekonomikah atau tekanan politik? Bukankan presiden terpilih Indonesia  adalah presiden "yang direstui" oleh negara-negara kapitalis? Bukankah jajaran menterinya juga memilik paham kapitalis yang dalam berbagai kebijakan ekonomi/politik maupun keamanan, terbukti lebih memperhatikan dampaknya pada sektor keuangan non riel (pasar modal, perbankan dll), ketimbang sektor riel? 

Atau bisa jadi karena Indonesia dianggap sebagai "negara kecil" yaitu negara yang dalam percaturan politik dunia "tidak dianggap" sehingga "tidak dibutuhkan" untuk didengarkan suaranya. Indonesia hanya dibutuhkan sebagai sumber untuk "menggelembungkan pundi-pundi" negara Barat, melalui cengkeraman perusahaan multinasional.

Mind set para cerdik cendekia Indonesia yang pro rakyat dan mandiri a la Soekarno dengan slogan Vivere Peri Coloso sudah di cuci bersih dan diganti oleh paradigma pertumbuhan-pertumbuhan semu berdasarkan statistik ala Amerika berupa PDB, tingkat pertumbuhan dan lain-lain yang dirancang oleh para Economic Hit Man pada era Suharto dan tentu saja.... pengaruhnya masih terasa hingga kini.

Mengapa?
Berbeda dengan Suharto yang membabat habis pengaruh Sukarno dengan cara menghabisi para Sukarnois secara langsung maupun tak langsung, maka pasca Suharto, justru para pengikut Suharto masih bercokol dan malah makin mencengkeram. Tidak itu saja... generasi penerus yang lahir pada dekade pasca 66 pun belum bisa melepaskan diri dari perilaku dan jeratan EHM. Maka... sudah bisa diduga, Indonesia masih akan "terjajah", minimal segala kebijakan dalam negeri masih akan "didikte" oleh kemauan dan kepentingan investor asing

Andai saja dampak terburuk dari pengeboman di JW Marriots dan Ritz Carlton membuat Indonesia terkucilkan dr pergaulan internasional, mungkin inilah momentum yang sangat baik agar INDONESIA kembali menjadi BERDIKARI.

Selama ini potensi sumber daya alam & manusia/intelektual kita tidak dimanfaatkan dengan baik. Kita lebih suka menjual raw material daripada berpayah-payah membangun industri agar sumber alam/mineral Indonesia memiliki value added yg tinggi ....

Sebagian besar rakyat Indonesia sudah terbiasa hidup prihatin jadi negara dikenakan embargo atau tidak, kehidupan mereka relatif stabil ... tidak akan menjadi bertambah miskin secara drastis karena mereka memang sudah tidak memiliki apa-apa sejak awal. Yang menjadi problem justru kelas menengah dan atas yang jumlahnya "tidak seberapa" besar tetapi sangat lantang "berkoar-koar" dan tentu saja mereka tidak bisa menerima saat "kehilangan kenyamanan".

Yang sangat kaya raya, bukan tidak mungkin akan mencari suaka politik... mengungsi keluar negeri dan hal ini pasti akan sangat mudah dilakukan karena saat inipun mereka sudah memiliki property (apartemen atau rumah) di luar negeri, minimal di Singapura. Tapi... andaikan hal itu terjadi, TERJADIlah.... Mungkin itu akan menjadi seperti Iran ditinggalkan para cerdik cendekia dan para konglomeratnya saat Shah dilengserkan oleh para mullah.

Atau seperti boat people, saat Vietcong memenangkan perang gerilyanya melawan USA atau bahkan seperti para pengusaha kaya raya dari Phillipines pasca jatuhnya Marcos. Bisa jadi, ketiadaan mereka malah akan membangkitkan kembali gairah masyarakat untuk bangkit, karena jurang perbedaan antara si kaya dan si miskin telah lengap. Hanya ada persamaan nasib yang mungkin bisa melahirkan sinergi untuk bangkit dan rasa guyub dan kebersamaan akan timbul kembali.

Eh... eh... kok jadi terlalu jauh mikirnya...?

Rabu, 15 Juli 2009

Melakukan perjalanan wisata

Merancang sebuah perjalanan wisata atau sering disingkat tour sebetulnya gampang-gampang susah. Gampang kalau kita tidak terlalu rewel dan mau menerima apa saja, maka tinggal pilih salah satu program yang tertera dalam iklan berbagai penawaran tour yang terbit di Koran terkemuka. Namun seringkali “menggampangkan” pilihan tersebut bisa jadi membuahkan kekecewaan saat kita mengikuti tour.

Walau tidak sepenuhnya akurat, untuk mencegah hal tersebut, tidak ada salahnya mencari tahu dan rekomendasi dari teman/kenalan yang pernah mengikuti acara tour. Mengapa demikian…? Sebuah acara tour hanya akan berhasil dan berjalan baik karena adanya kerjasama yang baik antara perusahaan (travel agent), tour leader, supir kendaraan selama tour berlangsung dan yang lebih penting lagi adalah tenggang rasa dari seluruh peserta tour. Bila salah satu tidak terpenuhi, maka rusaklah seluruh acara yang sudah dirancang.

Bagaimana memilih program tour?

Pertama-tama tentu harus menentukan tujuan tour. Kalau tujuannya untuk berlibur dengan anak-anak, terutama anak usia SD, maka pilihan acaranya tidak boleh terlalu berat. Pilihan program mengunjungi Themes Parks, Zoos dan yang sejenis harus diperhitungkan. Kalau tidak, maka si anak tidak akan menikmati acara tour. Kalau tujuannya untuk sekedar mengunjungi suatu Negara dan ikon pariwisatanya, tentu dapat dicari acara tour yang mengunjungi sebanyak-banyaknya Negara dan kota, walaupun kita tidak akan mendapatkan “apa-apa”, kecuali foto kenangan yang menunjukkan bahwa kita pernah mengunjungi Negara/kota tersebut.

Lain lagi kalau tour diikuti oleh para honeymooners atau perjalanan nostalgia. Para penggila belanja, sebaiknya mengikuti tour khusus untuk memuaskan nafsu belanjanya agar mereka bisa memilih barang-barang yang diminatinya dengan tenang dan dalam waktu yang luas. Tujuan-tujuan ini tentu akan mempengaruhi pilihan Negara tujuan tour. Lama perjalanan tour juga mempengaruhi kenyamanan.

Menurut seorang tour leader yang berpengalaman, lama perjalanan ideal tergantung dari Negara yang dikunjungi. Idealnya tidak lebih dari 12 hari. Berdasarkan pengalaman, bila perjalanan dengan pesawat udara berlangsung kurang dari 12 jam, maka lama perjalanan wisata maksimum yang masih bisa di toleransi adalah 8 – 9 hari saja, apalagi kalau hanya mengunjungi 1 atau dua Negara saja karena kebosanan akan menghinggapi kita.

Lama perjalanan tour yang masih bisa ditoleransi adalah 2 minggu. Ini kalau dilakukan dan diatur oleh biro perjalanan dimana peserta tour terdiri dari beragam orang dari berbagai latar belakang. Kalau lebih, maka ada kemungkinan terjadi gesekan-gesekan akibat kebosanan dan berkurangnya toleransi antar peserta. Lama perjalanan juga akan menentukan biaya yang harus disiapkan.


Biaya Perjalanan.

Biaya perjalanan biasanya sudah tercantum dalam program yang ditawarkan oleh travel agent.apa yang ditanggung dan apa yang menjadi tanggungan peserta. 

Di luar biaya program tour yang tercantum, kita perlu menyediakan dana tambahan yang terdiri dari dua bagian. Pertama yang langsung dibayarkan kepada travel agent yaitu biaya Visa, fiscal bagi yang tidak memiliki NPWP, airport tax sepanjang perjalanan, health & travel insurance, fuel surcharge. Itulah kira-kira yang dibayarkan sebelum perjalanan dimulai.

Selain menanggung biaya tersebut, kita juga perlu menyediakan biaya tambahan untuk tips, yaitu untuk supir bus, local guide, porter di hotel dan airport serta tour leader sesuai dengan kelaziman. Sebagai contoh, dalam perjalanan tour ke Europa (dihitung per hari untuk 1 orang peserta)
  • Pengemudi BusEUR 2,-/hari/orang
  • Local Guide EUR 2,-/hari/orang
  • Porter hotel EUR 2;-/hari/orang
  • Porter Airport EUR 2,-/airport
  • Tour Leader EUR 2;- s/d EUR 3,-/hari/orang
Nah tinggal dihitung saja berapa hari perjalanan dengan bus, berapa kali digunakan local guide, berapa kali menggunakan jasa porter. Sedangkan untuk tour leader dihitung sejak hari pertama keberangkatan sampai dengan hari kedatangan di tanah air, lalu dikalikan.

Itu minimum biaya yang harus dikeluarkan untuk urusan perjalanan saja. Tapi belum habis nih…, masih ada tambahan lain. Yang pertama adalah tour tambahan, misalnya saja ikut canal/river cruise. Di Europa rata-rata biayanya Eur 30,-/orang/cruise.

Jadi hitung saja berapa kali kita ikut canal/river cruise. Di Paris, kalau kita ingin lihat Cabaret Lido atau Moulin Rouge yang terkenal, harus menyisihkan Eur 125,-/orang. Ke Disney–Paris (dulu namanya Eurodisney), bila tidak ada dalam program maka kita harus pergi sendiri dan sisihkan sekitar Eur 125 s/d Eur 150,/orang. Tapi ada juga program wisata yang memasukkan Disney–Paris dalam acaranya.

Bisa juga ditambahkan biaya berfoto dengan pakaian daerah setempat. Misalnya seperti pakaian tradisional nelayan Belanda di Volendam atau pakaian tradisional petani Swiss yang keduanya memang sangat indah.

Bagaimana dengan makan?
Selama perjalanan, biaya wisata yang dibayar minimal sudah termasuk makan pagi di hotel dan 1 kali makan siang atau makan malam. Jadi setiap hari kita minimal harus mencadangkan biaya makan minimal Eur 10 s/d Eur 15,-/orang ditambah dengan Eur 5,-/orang untuk beli minuman (2 botol fanta/coke/air mineral ukuran 500ml). Kalau suka cemal–cemil, beli es krim atau pringles (kripik kentang) misalnya … nah tambahkan lagi, minimal Eur 5,-. Jadi untuk makan+minuman setiap hari minimal harus disediakan Eur 25,-/orang. Gila ya… kalo kurs euro sama dengan Rp.15.000,- maka biaya ngisi perut setiap hari adalah Rp.375.000,-/orang/hari.
Jadi … kiat melakukan perjalanan ke luar negeri adalah….. jangan sekali-kali membawa kalkulator dan menghitung kurs mata uang dalam rupiah. 

Berbeda dengan ke wilayah Timur Tengah…., harga makanan dan kurs mata uang di Negara Timur Tengah terhadap USD selalu stabil. Parahnya…. Karena mata uang kita sangat lemah, maka kalau kita berhitung dengan kurs, maka harga yang kita bayar tetap saja terasa berat dan mahal.

Nah… itulah biaya perjalanan minimal. Tinggal dihitung saja berapa biaya minimal yang harus disediakan per orang. Tapi biaya itu tidak termasuk personal expenses untuk telpon, laundry, internet dan lain-lain. Juga belum termasuk cadangan biaya oleh-oleh. Maklum…. Orang Indonesia kalau pergi kemanapun tidah luput dari oleh-oleh alias buah tangan untuk sahabat, teman kantor dan kerabat dekat. Belum lagi godaan untuk beli barang–barang bermerek yang konon katanya “murah”. Padahal ….. hi….. bagaimana bisa dibilang murah kalau untuk beli 1 buah tas saja harus keluar uang jutaan bahkan sampai belasan juta. Akan ada saja peserta tour yang memborong barang-barang bermerek atau perhiasan berlian/jam tangan.

Tentu saja, kalau mau praktis, lunasi dulu pemakaian kartu kredit supaya credit limit nya bisa digunakan secara penuh selama perjalanan atau mungkin menambah credit limit sebelum berangkat. Yang penting jangan kaget kalau kemudian tagihan melambung tinggi atau tiba-tiba CC nya ditolak karena over limit karena permohonan kenaikan credit limit juga hanya akan diberikan maksimal 50% dari nilai credit limit awal.

Selain perhitungan biaya tersebut, peserta perlu memperhatikan iklim dan cuaca saat perjalanan wisata dilakukan. Hal ini sangat terkait dengan persiapan pakaian dan perlengkapan yang akan dibawa dan mencermati program acara. Walaupun perjalanan wisata dilakukan pada musim panas, tapi kalau ada kunjungan ke puncak gunung yang memiliki salju abadi, maka pakaian/jaket/kaus kaki tebal perlu disediakan walau bisa juga kita menyewa.

Juga dianjurkan untuk mengenakan sepatu yang nyaman/bertumit rendah untuk kenyamanan berjalan. Jangan lupa juga menyediakan payung kecil/payung lipat,karena terkadang hujan turun. Cermati juga perbedaan waktu antara Indonesia dengan Negara tujuan wisata, dan siapkan diri sebaik-baiknya terutama selama dalam penerbangan keberangkatan akan kita tetap fit/segar saat tiba di Negara tujuan karena bukan tidak mungkin orientasi perjalanan tour seperti city tour langsung dimulai sambil menunggu waktu check in ke hotel.

Bagi yang terbiasa harus menyantap nasi setiap kali makan, maka perlu menyediakan makanan instant berupa mie, bubur atau nasi goreng instant, abon dan lain-lain. Bahkan secara bergurau pak Wawan, tour leader kami menyatakan… kalau perlu bawa mini rice cooker. Walaupun makanan yang disediakan selama perjalanan sudah diatur agar bervariasi, namun seringkali peserta tidak menyukai menu yang tersedia. Walau sudah diusahakan memesan masakan thai/cina atau bahkan masakan Indonesia di Belanda, misalnya, tetap saja taste nya akan berbeda dengan masakan asli Indonesia yang disantap di tanah air.

Kita juga disarankan untuk membawa obat-obatan pribadi bila mengidap penyakit tertentu karena tidak selalu dapat membeli obat-obatan tanpa resep dokter, dan juga faktor kecocokan serta menyediakan uang secukupnya dalam mata uang Negara yang akan dikunjungi atau minimal mata uang yang berlaku umum dan mudah ditukar di seluruh dunia misalnya Euro, USD dan Pound Sterling


Walaupun penggunaan Handphone jenis GSM pada umumnya dapat dipergunakan hampir di seluruh negara di dunia jangan lupa mengaktifkan fasilitas roaming internasional.Yang tidak kalah penting adalah soal bawa-bawaan.

Sesuai dengan peraturan penerbangan, setiap peserta tour diperbolehkan untuk membawa 1 ( satu ) koper sebagai bagasi dengan berat tidak lebih dari 20 KG serta 1 hand bag dengan berat tidak lebih dari 7kgJika anda ingin membawa barang-barang cairan, aerosol dan gel, ke dalam cabin, anda harus memastikan agar setiap barang besarnya tidak melebihi 100ml. Semua barang ini harus dimasukkan ke dalam satu kantong yang transparan dan harus ada seal atau penutupnya

Perjalanan tour umumnya berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, diharapkan tidak membawa kopor yang besar tetapi harus dalam keadaan baik dan kuat untuk menghindari pecah/rusak selama perjalanan guna menghindari tercecernya barang-barang didalamnya atau kehilangan. Hindari berat bagasi melebihi ketentuan pihak airlines karena biaya kelebihan bagasi akan dibebankan langsung kepada penumpang tersebut. Bila membawa benda-benda seperti pisau lipat atau benda tajam lainnya yang sejenis, gunting kuku, peralatan manicure, gunting, cutter dan benda-benda kecil lain yang tajam dan runcing, tidak diperbolehkan disimpan di dalam HAND CARRY yang dibawa masuk ke kabin pesawat.  Apabila Anda perlu membawa barang-barang tersebut, simpan di dalam bagasi.

Kaum perempuan hendaknya tidak membawa perhiasan yang berlebihan. Lha wong kita mau melakukan perjalanan wisata…. Bukan pergi ke pesta. Ada lho peserta tour yang suka memakai perhiasan berganti-ganti setiap hari seperti layaknya pergi ke suatu acara di tanah air. Selama dalam perjalanan tour dengan menggunakan bus, jangan sekali-kali meninggalkan barang-barang berharga di dalam bus. Seringkali ada orang yang tidak berkepentingan memanfaatkan kelengahan kita untuk naik ke dalam bus dan mencuri. Pengemudi Bus, Local Guide, Tour Operator dan Tour Leader tentu tidak dapat dimintai pertanggungjawaban bila terjadi kehilangan.

Peserta tour juga dianjurkan untuk membuat fotocopy dari passport, credit card atau dokumen perjalanan lainnya untuk dibawa dan ditinggal di rumah untuk keperluan emergency jika terjadi kehilangan.Terakhir yang tidak kalah penting adalah membawa 1 stel pakaian ganti lengkap dengan pakaian dalam, peralatan mandi dan handuk di dalam hand carry, untuk berjaga – jaga apabila bagasi terlambat sampai di tempat tujuan.

Pada umumnya hotel-hotel di Europe tidak seperti di Asia, dimana ukuran kamar lebih kecil serta lebih sederhana fasilitasnya. Untuk itu dianjurkan untuk membawa perlengkapan pribadi seperi sikat gigi, odol, sisir ataupun alat – alat toiletries. Dianjurkan juga untuk membawa memory/film kamera dan baterai dalam jumlah yang mencukupi, dikarenakan harga barang–barang tersebut relatif lebih mahal di luar negeri.

Visa yang telah diperoleh melalui Kedutaan di Indonesia tidak menjamin bagi pemegang visa untuk dapat masuk ke negara tersebut. Keputusan diperbolehkan atau tidaknya adalah hak sepenuhnya dari pihak Imigrasi pada waktu tiba di negara tujuan. Jika seseorang di tolak masuk/deportasi, maka berarti harus dipulangkan hari itu juga atas biaya dan tanggungan sendiri, dan biaya tour tidak dapat di uangkan kembali (non-refund)

Nah…. Gimana? Siap melakukan perjalanan wisata…? Kalau ya…. Ayo, mulai mengumpulkan dana …. Dan berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar.

Selasa, 14 Juli 2009

Vantastique Europe Tour III

Hari ke 9, 5 Juli 2009 bisa dikatakan kunjungan terakhir. Di Negara inilah perjalanan tour akan berakhir. Pronto Italiano …. Pronto Bambini ........ Bambini … Bambino … ucapan membawa kenangan melayang lebih dari 25 tahun yang lalu, setiap kali kami membawa Wahyu, anak pertama kami jalan-jalan di l’arc de Triomphe Paris dan bertemu dengan perempuan-perempuan itali yang bawel..............ssstttttt jangan bilang-bilang ya….


Cathedral Duomo di Milan
Tour program di Itali dimulai dengan melakukan perjalanan menuju Venice atau lebih dikenal dengan julukan “kota di atas air” yang terletak di tepi pantai Adriatic ini. Keindahan eksotika Itali ini, lagi-lagi disisipi dengan "KKN" yang menyenangkan antara pak Wawan dengan Aldo, sehingga kami bisa singgah di Milano alias Milan, kota mode di Italy.Di Milano, kami diturunkan di pusat keramaian dimana terdapat Basilika Duomo dan Emporium Victor Emanuelle II, keduanya berturut-turut adalah gereja dan pusat pertokoan yang sangat indah.

Usai makan siang dan berbelanja baik souvenir maupun barang bermerek, di Emporium Victor Emanuelle II, kami langsung tancap gas menuju Venizia. Tapi kali ini belum ke pulau Venizia tetapi masih di Venizia daratan atau disebut Mestre dan bermalam di hotel Moderne. Hanya satu malam menginap di Mestre.

Pagi hari setelah kembali menaikkan koper ke mobil, maka pada hari ke 10 tanggal 6 Juli 2009, kami diajak menuju pulau Venice dengan menumpang taxi air.

Ternyata banyak kapal pesiar yang sedang sandar di pelabuhan dan pasti dengan tujuan yang sama, melakukan wisata air di Venice alias Venizia. Menikmati perjalanan menyusuri kota lama Venizia melalui canal dengan naik gondola. Namun sebelum menikmati alunan riak air dengan gondola, kami diajak City tour berjalan kaki menyaksikan St. Mark Cathedral, Dodges Palace, serta mengunjungi pabrik gelas Muran0.

Usai makan siang bebas alias bayar sendiri yang tentunya harus pasta dan tiramisu … (kapan lagi makan pasta, pizza dan tiramisu di Negara asalnya?) kami melanjutkan perjalanan ke Pisa untuk menyaksikan Menara Miring Pisa yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Setelah itu perjalanan menyusuri daerah pedalaman Tuscani yang terkenal dengan keindahan alamnya untuk bermalam di kota Prato.

Sebelum masuk hotel, kami mengunjungi piazza di Michelangelo dimana terdapat patung Daud dan makan malam di Tutto Bono, resto Italiano ….. yang ……. Huaaaahhhh …… mesti narik napas panjang nih …… Makanannya, luar biasa enaknya ….. Pizza …. Lasagna ….. beef steak ..........aduh ….. andaikan mampu, ingin kuhabiskan makanan yang ternyata tidak bisa dinikmati oleh peserta tour yang maniak nasi …. Huhuhu ….. maaf ya ibu n bapak yang kurang bisa menikmati makanan Italy ….. Sayang lho …. Rasanya baru kali itu saya menikmati lasagna dan steak yang luar biasa enaknya.

Et … enfin, dernier jour de voyages organise. Sudah hari ke 11 tanggal 7 Juli 2009. Ada banyak jalan menuju Roma” adalah ungkapan yang sering kita dengar untuk kota kaya akan sejarah ini. Sekarang kami masuk Roma melalui Prato.



Gondola ride
Seperti biasa, setelah makan pagi di hotel dan memasukkan koper ke bus dengan bantuan Aldo, kami berangkat menuju Roma. Seperti biasa toilet stop dilakukan setelah perjalanan mencapai 2 jam. Kali ini, karena sudah mau kembali ke Indonesia, maka saya berniat menghabiskan koin Euro dengan membeli coklat yang pasti luar biasa lembut dan lezat di Eurogrill, salah satu nama rest area.

Tiba di Roma, kami langsung menuju Vatican yang merupakan pusat agama Katolik, tempat kedudukan pimpinan tertinggai agama Katholik untuk mengagumi kemegahan Basilika St. Peter. Sambil menunggu Linda, local guide yang bahasa Inggris logat Italy nya sukar dimengerti, kami mengunjungi took souvenir yang nampaknya khusus dibuat untuk souvenir keagamaan berupa Rosario, salib dan lain-lain.

Bagi saya, kunjungan ke Basilika Saint Peter terlalu singkat, sehingga kita sama sekali tidak sempat menikmati keindahan basilica tersebut dengan seksama.Usai kunjungan numpang lewat ke Basilika St Peter, kami diajak ke Colloseum Roman Forum, dimana saya tidak turut mendekatinya. Kebetulan sudah pernah mengunjunginya dan bahkan masuk ke dalam Colloseum tersebut. Trevi Fountain yang sangat indah menjadi tujuan selanjutnya sambil melewati Monument Victor Emmanuelle. Malam terakhir di Roma kami menginap di G Hotel yang minimalis tapi resik dan menarik.


Basilica St Peter
Tanggal 8 Juli 2009, saat masyarakat Indonesia di tanah air sedang melaksanakan kewajiban politiknya memilih calon presiden, kami sedang bersiap menuju airport Roma yang dulu bernama Leonardo da Vinci. Akhirnya tanpa terasa usai sudah perjalanan panjang selama 10 hari (di luar waktu perjalanan dengan Qatar Airways).Alhamdulillah perjalanan berjalan dengan mulus. Tentu tidak 100% mulus tetapi, seperti kata pak Wawan, kerjasama antara Tour Leader alias TL, peserta dan supir yang luar biasa kompak serta penuh tenggang rasa membuat perjalan terasa mulus dan menyenangkan bagi semuanya terutama bagi mereka yang baru pertama kali menikmati wisata ke Eropa. 6 negara dan berbagai kota dan kawasan wisata sekaligus dikunjungi tentang mengundang rasa puas.

Pilihan makanan yang diajukan oleh TL walaupun relative monoton karena hanya Thai and Chinese Resto cukup dimaklumi karena peserta dari Indonesia tentu akan merasa kelaparan bila tidak bertemu dengan nasi. Toh, setiap hari selalu ada 1 kali waktu makan yang bisa dimanfaatkan untuk menikmati local menu.

Akhirnya ……. BRAVO VAYA TOUR …… BRAVO ANTA TOUR …. Saya tentu tidak akan ragu merekomendasikan perusahaan anda sebagai recommended travel agent untuk mengatur perjalanan wisata. ….(bersambung dengan tips and trick serta biaya perjalanan)

Senin, 13 Juli 2009

Vantastique Europe Tour II

Hari ke 4 : Paris – Brussels – Amsterdam, bisa jadi merupakan hari yang layak dicatat dalam kehidupan para peserta tour. Seperti kata Wawan sang tour leader, hari ini peserta akan makan pagi di Paris–Perancis, makan siang di Brussel–Belgia, ibukota Union Europeenne (Uni Eropa) dan makan malam di Amsterdam–Belanda. Bukan main….!
Perjalanan pagi dengan menggunakan bus wisata Trafalgar menuju Brussel melalui autoroute dengan kecepatan maksimum 100km/jam. Peserta yang masih kelelahan dengan semangat tinggi menyimak panduan Wawan sang TR yang memang sangat berpengalaman dan menguasai betul obyek wisata yang akan dikunjungi. Tujuan pertama di Brussel adalah Atomium, sebuah ikatan kimiawi yang terbuat dari stainless steel, lalu makan siang di sebuah restoran (lagi-lagi) Chinese/thai resto untuk kemudian dilanjutkan melihat Grand Palais yang merupakan komplek istana dan melihat patung maneken piss yang terkenal dan menjadi ikon Brussel.

Usai berbelanja souvenir dan mencicipi Belgian wafel dan coklat yang terkenal enaknya, perjalanan dilanjutkan menuju ibukota negara kincir angin, Amsterdam untuk makan malam di Resto Desa dimana peserta memuaskan rasa kangennya dengan menyantap ludas gado2, sayur asam, semur daging dan lainnya. Masakan Indonesia a la dapur Belanda. Lumayan buat menepis rindu pada masakan tanah air. Setelah kenyang, kami diajak ke hotel Holiday inn di Schipol. Kami mendapat kamar executive suite yang sangat nyaman.Hari ke 5, tanggal 1 Juli dimulai dengan sarapan pagi a la Holiday inn yang OK banget.

Acara di Negara kincir angin dimulai dengan mengunjungi desa nelayan Volendam dengan sebelumnya mengunjungi kincir air tertua di Belanda, pabrik pembuatan keju dan klompen Belanda, dan akhirnya Volendam. Seperti biasa berfoto merupakan kegiatan wajib untuk menunjukkan bahwa kita sudah mengunjungi Negara itu lho…. Hihihi … walau cuma kulitnya doang, tapi lumayan buat berbangga hati… Jadi, kincir angin kuno ramai dijadikan objek foto. Di Volendam, peserta membuat foto dengan pakaian asli nelayan Belanda, seperti yang banyak dilakukan oleh wisatawan dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Sambil menunggu teman lainnya berfoto, kami berjalan-jalan menyusuri pantai Volendam dan menemukan patung-patung unik nelayan Belanda, menikmati fast food di tepi pantai.

Usai kunjungan ke Volendam, kami diajak ke Pabrik Pengasahan Berlian Costner yang berada di Amsterdam. Usai penjelasan mengenai mutu berlian, beberapa peserta yang tertarik dan atau memang telah merencanakannya, segera memilih butir berlian yang diminatinya. Harganya….., hm…. Tentu hanya orang yang “mampu” yang bisa membelinya.

Acara kemudian dilanjutkan Canal Cruise, mengelilingi kota dengan perahu menyusuri kanal-kanal kota yang merupakan satu keunikan dari Amsterdam dan ditutup dengan makan malam dan tentunya kembali ke hotel dengan perasaan puas tapi lelah.

Kamis 2 Juli 2009, hari ke 6, setelah sarapan pagi dan memasukkan koper ke bagasi bus, kami segera berangka menuju Frankfurt, via Koln. Ayo…. Ada yang inget nggak, apa keistimewaan Koln? Teman saya Aswil, melalui FB mengingatkan saya bahwa Koln adalah kotanya Etienne Aigner … merek produk berkelas yang terkenal itu lho. Tapi, bukan itu yang saya maksud ….. Koln alias Cologne di benak saya identik dengan 4711.

Ayo…. Kode apa ini? Ini adalah satu-satunya jenis minyak wangi kuno yang saya kenal sejak jaman nenek saya masih hidup. Etiketnya ternyata masih sama seperti jaman dulu, disebut Eau de Cologne (baca o de kolonye – air dari Koln) dengan merek 4711.Pendeknya, kami tiba di Koln alias Cologne tepat saat makan siang di pusat kota, tidak jauh dari Cathedral Cologne yang sangat indah. Kebakaran yang terjadi pada cathedral tidak mampu menghapuskan keindahannya.

Usai makan siang, perjalanan segera dilanjutkan menuju Frankfurt dimana sebagian perjalanan dilakukan dengan cruise di sungai Rhine melalui yang terkenal dengan legenda gadis bernama Lorerey. Tiba di Frankfurt seperti biasa, kami makan malam dulu sebelum masuk Sheraton hotel di Euffenbach, kota satelitnya Frankfurt

Jum’at 3 Juli 2009, hanya satu malam kami menikmati kenyamanan Sheraton Hotel di Frankfurt, tenaga yang sudah mulai mengendur karena kelelahan dalam perjalanan bus, harus membereskan koper dan menaikkannya kembali ke dalam bus. Aldo sang Italiano yang tinggi besar sigap memasukkan koper yang sudah mulai hamil ke dalam perut bus.

Hari ke 7 ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Swiss yang indah, yaitu menuju Engelberg yang terletak di kaki gunung Titlis. Kami beruntung memiliki oom Wawan, begitu dia selalu dipanggil oleh Darrel alias Syiang-syiang sebagai tour leader yang selalu siap sedia mendongengi peserta tour tentang objek wisata yang akan dikunjungi maupun pengalaman-pengalaman pribadinya selama menjadi tour leader di Anta. Aldo pun tak kalah hebatnya. Sang supir selalu siap membantu dan tahu “medan” perjalanan sehingga kami tidak pernah tersasar selama dalam perjalanan.

Ketentuan pengemudi bus pariwisata yang mengharuskan supir melakukan istirahat setiap 2 jam tentu menguntungkan peserta terutama perempuan sehingga penghentian ini selalu dinamakan “TOILET STOP”, karena memang toilet itulah yang pertama kali diserbu peserta, sebelum kemudian membeli minuman dan cemilan untuk bekal selama perjalanan.

Atas kebaikan dan kerjasama yang baik antara pak Wawan dengan Aldo, maka perjalanan ke Engelberg dilakukan dengan terlebih dulu mampir ke Rhine’s Fall yang konon katanya air terjun terbesar di Eropa, sebelum akhirnya kami makan siang di Black Forest. Black forest yang satu ini bukan kue tart yang kita kenal, tapi adalah kawasan wisata alam/hutan tempat kue tersebut berasal, tetapi kawasan hutan cemara yang sangat rapat sehingga konon matahari tidak mampu menembus hutan cemara sehingga lahan hutan menjadi gelap dan dari sinilah timbul sebutan Black Forest.

Di sini kami berhenti di pabrik pembuatan jam kukuk asli, usaha turun temurun milik keluarga bernama DRUBA, melihat dari dekat pembuatannya dan…. Kalau berniat, membelinya tentu saja. Harganya…. Tentu relative. Tapi melihat proses dan keindahannya, rasanya harga dan kualitasnya sangat sepadan. Kami juga mencicipi makan siang ala Druba …. dan black forest tart yang aslinya ternyata tidak seheboh tart sejenis yang biasa kita makan di Indonesia.

Seperti biasanya di kawasan wisata, selalu ada took souvenir khas daerah tersebut. Kalau di Paris, kita akan membeli miniature menara Eiffel, di Belanda membeli klompen, maka di kawasan wisata Black Forest yang terletak di tepi danau Titisee, selain jam kukuk… maka saya menemukan souvenir khas….. yaitu boneka nenek sihir….!!! Dan tidak lupa, untuk pertama kalinya saya punya kesempatan membeli …. Black Cherry…. Yang memang sudah diniatkan sejak awal perjalanan.Perjalanan masuk dan keluar Swiss adalah satu-satunya perjalanan di Schengen country yang harus melalui immigration check point.

Swiss adalah Negara terindah di dunia. Sungguh, ini bukan omong kosong… bersih teratur dan indah. Entah bagaimana cara mengaturnya, namun sepanjang perjalanan, walaupun secara umum pemandangan alam yang sersaji begitu indah, namun di Swiss lah pemandangan alam di kiri dan kanan autoroute tersaji begitu indahnya sehingga tanpa sadar, jepretan demi jepretan kamera terdengar di dalam bus sehingga tanpa terasa kami tiba di desa Engelberg yang terletak kaki gunung Titlis.

Jangan bandingkan desa wisata di Swiss dengan desa wisata manapun di Indonesia. Tanpa mengurangi kecintaan pada tanah air, maka kita harus mengakui bahwa Swiss memang Negara yang sangat indah.Bus wisata kali ini tidak bisa berhenti di depan hotel. Kami harus membawa koper melalui terowongan untuk kemudian naik lift ke lobby hotel, karena Terrace hotel tempat kami menginap terletak di lereng bukit. Ini adalah hotel kuno dengan lantai kayu namun tetap bersih dan nyaman.

Dari jendela dan balkon hotel langsung tersaji pemandangan yang luar biasa indah. Salju abadi maupun keindahan alamnya yang luar biasa. Sehingga 1 malam di Terrace Hotel pasti tidak akan cukup untuk menikmati. Tempat ini sebetulnya lebih cocok buat para honeymooners.Hari ke 8, tanggal 4 Juli 2009 usai makan pagi kami diajak naik ke puncak gunung Titlis (3.020 m dpl) dengan menggunakan kereta gantung sengan 2 kali stop over dimana kereta gantung terakhir dapat berputar 360derajat.Mt. Titlis adalah salah satu puncak pegunungan Alpen dengan ketinggian 3,020 di atas permukaan laut dan terkenal dengan salju abadi serta pemandangannya yang sangat indah.

Perjalanan ke puncak juga sangat menarik tatkala kita disajikan suara genta berirama sangat indah yang terikat di leher sapi yang sedang makan. Makan siang hari itu tersaji di restoran di puncak gunung Titlis. Disini, peserta tour juga dapat membuat foto kenangan dengan menggunakan pakaian asli penduduk desa yang sangat indah.Sore hari, kami diajak berorientasi di kota Lucerne atau Luzern dengan mengunjungi Lion Monument dan Chapel Bridge yang terletak di tengah danau yang sangat jernih sehingga dasar danau tersebut dapat terlihat dengan jelas. Luzern alias Lucerne merupakan water front city yang sangat indah.

Minggu, 12 Juli 2009

Vantastique Europe Tour I

Awal April yang lalu, kami mulai merancang acara libur akhir tahun ajaran sekolah. Kebetulan tahun ini Lulu mengikuti ujian akhir SD. Pendaftaran sekolahnyapun sudah terselesaikan sehingga praktis tidak ada yang perlu diurus lagi, kecuali formalitas ijasah dll. Pada awalnya, kami merencanakan untuk pergi ke Malaysia dan Thailand saja, tapi entah apa sebabnya, tiba-tiba saja terbersit ide untuk berlibur ke Eropa. Apalagi setelah dihitung–hitung, anggaran untuk pergi berlibur ke Eropa mencukupi asal saja tidak berlebihan dan tentunya tidak dengan maksud belanja. Hal lain yang mendasari rencana ke Eropa, karena Lulu sering complain, kakaknya pernah melakukan perjalanan ke Eropa. Biasa ….. anak manja, selalu mau enaknya. Nggak pernah mau mikir kalau biaya perjalanan ke luar negeri tidaklah murah.

Setelah disepakati, saya mulai memperhatikan iklan-iklan tour di Koran dan mencari harga yang reasonable, sesuai dengan budget. Setelah melihat–lihat penawaran, saya juga mulai browsing website travel agent terkait untuk melihat program perjalanan yang ditawarkan dan detail harga. Sayangnya, saat saya melihat satu program yang bagus dan “suitable” ternyata saat nama travel agent tersebut di “Google”, yang muncul malah complain–complain para peserta. “Terpaksa” saya menghubungi teman baik saya yang kerja di Vaya Tour dan meminta bantuannya mencarikan tour yang “murah–meriah–bagus”. Ini kombinasi permintaan tour program yang agak berlebihan, sebetulnya tapi saya yakin, dalam persaingan ketat masa resesi global seperti sekarang, seluruh travel agent di Indonesia akan membuat program seperti itu.

Beberapa teman yang tahu saya memilih Vaya Tour, langsung berkomentar …”Bagus sih …. Tapi mahal…!!! Begitu katanya. Saya selalu berpendapat, Bagus memang tidak perlu selalu mahal, dan itu sangat relatif. Tapi… kalau memang biaya yang dikeluarkan memang sepadan dengan pelayanan dan fasilitasnya dan kemudian para peserta puas, maka harga “mahal” menjadi sangat relatif.Singkat kata, jadilah kami mengambil program Vantastic Europe Popular Tour – sebuah program tour dari konsorsium Vaya dan Anta Tour selama 13 hari dihitung sejak tanggal keberangkatan hingga tanggal kedatangan dengan mengunjungi Perancis – Belgia – Belanda – Jerman – Swiss dan berakhir di Italy. 6 negara sekaligus dikunjungi dalam waktu sesingkat itu. Persis seperti komentar Novy Ewert, salah satu teman yang tinggal di Hamburg…”Waduh Lin… itu sih cuma numpang sarapan dan (maaf) pipis aja….”. Tapi konon, seperti kata sang tour leader, … program seperti itulah yang laku dijual. Peserta pemula, maksudnya… mereka yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Eropa hanya perlu mengunjungi ikon pariwisata di setiap Negara dan di sebanyak–banyaknya Negara.

Tanggal 27 Juni 2009 jam 20.30 kami sudah diminta untuk berkumpul di Terminal 2D Cengkareng. Muliawan alias Wawan, sang tour leader sudah siap dengan berkas program tour, lengkap dengan daftar peserta dan hotel tempat kami akan menginap. Melihat betapa siap dan sigapnya staff dari Vaya/Anta tour melayani dan menyelesaikan semua urusan, mulai dari bagasi, cabin carriage dan urusan fiscal, kami sudah merasa terkesan dan yakin bahwa perjalanan akan berlangsung baik. Tinggal saja menjaga kerjasama dan tenggang rasa antar peserta.

Pesawat take off jam 22.25 menuju Singapore untuk transit di CIAS (Changi International Airport Singapore) selama 1 jam. Di tengah penerbangan, salah satu peserta yang kebetulan baru keluar dari rumah sakit, suhu badannya mulai meninggi dan begitu mendarat di CIAS, mereka, peserta keluarga dengan 4 orang memutuskan ibu dan anak lelakinya yang sakit membatalkan perjalanan dan kembali ke Indonesia. Ujian pertama bagi tour leader dimulai … dan kelihatannya berjalan dengan baik. Ibu dan anak kemudian menginap 1 malam di Singapore untuk paginya dirujuk ke rumah sakit dan kembali ke Indonesia setelah dokter mengijinkannya.Usai transit di CIAS yang diisi dengan berburu Free Internet Connection, perjalanan dilanjutkan ke Doha/Qatar. Maklumlah, karena kami menggunakan Qatar Airways yang fasilitas penerbangannya OK banget. Jadi harus mendarat di Negara tersebut setelah melakukan penerbangan selama 9,5 jam, melakukan stop over alias ganti penerbangan ke Paris di DIA alias Doha International Airport.
Roissy Charles de Gaulle l'aeroport de Paris

Minggu 28 Juni 2009 jam 13.55 waktu setempat atau jam 18.55 WIB pesawat mendarat di Roissy Charles de Gaulle. Airport “kuno” karena sudah berumur lebih dari 30 tahun tetapi tetap terasa modern. Urusan mencari supir bus yang telah dikontrak oleh Anta Tour sedikit terhambat. Yang pertama, mungkin karena meeting point nya agak missed. Yang kedua, ternyata ada beberapa peserta yang terpencar dan tidak mampu mengikuti peserta lain yang berada di depannya. Maklumlah, perjalan hampir 20 jam memang sangat melelahkan bagi seluruh peserta.

Ada rasa haru menginjakkan kembali kaki ke Perancis setelah kunjungan terakhir hampir 13 tahun yang lalu, apalagi saat melihat “sign board” SAINT DENIS dalam perjalanan ke Paris. Di kota inilah anak pertama saya lahir di tahun 1983.Matahari di musim panas baru akan tenggelam menjelang jam 22.00, maka TL (tour leader) mengusulkan agar sebelum check in ke hotel di Velizy yang terletak di pinggir kota Paris (tapi masih di region Parisienne), peserta menikmati terlebih dahulu river cruise di sungai Seine yang membelah kota Paris. Maka, jadilah kami menyusuri keindahan Paris dengan Bateau Mouche, lalu makan malam dan masuk hotel menjelang tengah malam.

Senin 29 Juni 2009, city tour dimulai ke l’arc de triomphe, salah satu ikon pariwisata kota Paris di ujung avenue du Champs Elysees yang terkenal. Sepanjang avenue du Champs Elysees biasanya, dari l’arc du triomphe hingga place de la concorde (di depan jardin de Tuilleries/Musee du Louvre) berlangsung parade militer dalam rangka memperingati 14 Juillet yaitu peringatan pembebasan Perancis dari system pemerintahan monarki ke pemerintahan republik oleh Napoleon Bonaparte.

Sebetulnya dari atap l'Arc de Triomphe, kita bisa juga menikmati pemandangan kota Paris. Sayang tidak menjadi bagian dari program tour. Dulu kami senang sekali duduk di kaki l'arc de Triomphe bukan saja untuk memandangi lalu lintas Paris tapi lebih dikarenakan di koridor underpass yang menghubungkan avenue du Champs Elysees dengan l'arc de triomphe selalu ada para pemusik (street performer) yang memainkan lagu-lagu klasik dengan sangat indah terutama dengan pantulan akustik underpass tersebut.

Di Place de la Condorde, di ujung lain avenue du Champs Elysees telah terlihat persiapan panggung–panggung upacara tersebut. Arc de triomphe adalah meeting point dengan Nicole – local guide yang lumayan fasih berbahasa Indonesia.

Dari l’arc de triomphe, peserta di ajak keliling kota, mengunjungi melewati ecole militaire, disini peserta dipersilakan turun untuk berfoto dengan latar belana si centil la tour Eiffel, lalu ke Basilika Notre Dame de Paris yang sangat indah dan makan siang disebuah resto dekat jardin de Tuilleries lalu mengunjungi Musee du Louvre. Kunjungan ke Musee du Louvre ecek–ecek.Mengapa saya sebut ecek-ecek? Karena peserta cuma diberi kesempatan berfoto di depan gedungnya serta di basement tempat pyramida terbalik. Bukan untuk menikmati koleksi muse du Louvre, salah satunya la Joconde alias Monalisa, yang saya yakin tidak akan habis diamati selama 1 minggu.
Paris ....? c'est la tour d'Eiffel

Usai dari Musee du Louvre, peserta diajak naik Eiffel. Menara yang dibangun dan dirancang oleh Gustaff Eiffel ini menjadi ikon kota Paris. Bentuknya mencerminkan kegenitan Paris sebagai kota mode dunia. Kami diajak hingga lantai dua menara sehingga dapat menikmati pemandangan ke berbagai penjuru kota Paris.

Usai menyapa si centil menara Eiffel, peserta di ajak belanja ke Gallery la Fayette. Acara yang ditunggu sebagian peserta untuk berburu barang sales/soldes a la francaise. Kami sendiri hanya berjalan ke sekitar Gallery la Fayette, yaitu mengunjungi le Printemps, juga salah satu Dept store yang luput membuka cabangnya di Jakarta, ke C&A yang dulu kala di tempat itu digunakan oleh Mark & Spencer, dept store asal Inggris.

Lelah berbelanja, kami lalu makan malam di Bien–bien, thai resto yang berlokasi di rue bergere agar peserta bisa mencicipi makanan berbasis nasi setelah siang hari sebagian peserta agak meringis terpaksa makan fast food a la francais. Usai makan, sebagian peserta meneruskan acara menonton cabaret Lido di avenue du Champs Elysees dan sebagian lagi langsung diantar ke Holiday inn – Velizy oleh Aldo – si Italiano, supir kami yang tinggi besar dan ganteng.

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...