Minggu, 26 Januari 2020

SERI PERJALANAN KE IRAN : 5. Adab berpakaian di Iran ... negara para Mullah

Salah satu yang menjadi kekhawatiran dalam perjalanan wisata ke Iran adalah mengenai bagaimana cara berpakaian. Tidak dapat dipungkiri bahwa status sebagai Republik Islam membuat banyak orang berpikir bahwa tata cara berpakaian maupun hubungan sosial di Iran tidak akan berbeda jauh dengan negara-negara Arab dimana ada pembatasan akses ke dalam kehidupan sosial/ekonomi kepada perempuan, termasuk cara berpakaiannya. yaitu kewajiban menutup aurat dan larangan masuk ke area publik.

Memang ... beberapa tahun yang lalu, boss dan istri pernah mengunjungi Iran untuk wisata, namun tentu saya tidak mungkin meng"interogasi" beliau, menanyakan ini itu sebagai persiapan berangkat ke Iran. Apalagi persiapan kepergian saya cukup singkat dan saat itu, bigboss dan nyonya kebetulan tidak berada di Jakarta.

Jauh sebelumnya, ipar saya yang memiliki menantu perempuan Iran, bercerita bahwa sang menantu yang lulusan Australia itu tidak mungkin kembali ke Iran untuk berkarier di sana. Sebagai engineer, kesempatan memperoleh kerja sesuai bidangnya sangat terbatas. Kondisi di Indonesia sendiri belakangan ini yang sebagian masyarakatnya dianggap terpapar paham Islam radikal  ini tentu turut memicu kekhawatiran untuk berkunjung ke negara-negara berlabel Islam. 

Masalah ini serta cara berpakaian yang sesuai dengan adab di Iran, sempat saya tanyakan kepada Tahereh dan dia memberikan beberapa link yang bisa saya gunakan untuk persiapan.

Akhirnya saya, untuk perjalanan ke Iran ini memutuskan bahwa selain membawa fit-jeans yang biasa saya pakai, sweat shirt dan 2 buah kemeja atau lebih tepat disebut tunik berbahan jeans yang panjangnya menutupi 1/2 paha, saya memutuskan untuk membawa juga abaya hitam yang saya beli di Arab Saudi beberapa tahin yang lalu, untuk berjaga-jaga bila diperlukan untuk dipakai, selain tentu saja membawa overcoat. Dan ketika berangkat, untuk amannya saya memakai kemeja tunik.

Mendarat di Imam Khomeini International Airport, kami segera mengurus entry visa, Pada notifikasi yang kami terima, visa memang akan diterbitkan di airport. Tak banyak yang ditanyakan, kecuali apakah kami sudah memiliki asuransi perjalanan dan dimana kami akan tinggal. Kami perlihatkan sertifikat asuransi serta daftar akomodasi yang dikirimkan oleh Hellopersia.com. Tanpa banyak tanya lagi, setelah membayar tarif visa on arrival tersebut  mereka menempelkan stiker di sampul luar passport. Jadi ..... kekhawatiran teman-teman saya yang menyatakan akan mendapat kesulitan berkunjung ke Amerika setelah berkunjung ke Iran, seharusnya tidak beralasan lagi, karena stiker itu akan sangat mudah dilepaskan kembali. Namun ... tentu berbeda halnya untuk teman-teman kolektor entry visa sebagai bukti perjalanan wisatanya keliling dunia... Mereka tidak akan memperoleh stempel kedatangan dan keluar dari Negeri para Mullah tersebut.

"Anda memasuki/berada di wilayah Republik Islam Iran. Penggunaan Hejab bagi wanita adalah WAJIB" Kira-kira begitulah pengumuman yang tertulis dalam X-banner yang saya baca saat menunggu koper. Saya memang tijdvak terlalu peduli dengan pengumuman tersebut Karena keseharian saya memang menggunakan jilbab/hijab a la Indonesia. Jadi kewajiban yang tertulis di X-Banner tersebut tidak akan berpengaruh terhadap penampilan saya. 

Di luar dugaan .... saya merasa pakaian yang saya gunawan menjadi lebih "tertutup" dibanding dengan perempuan Iran baik muda maupun tua yang dini hari tersbut berseliweran di airport. Perempuan muda semua terlihat sangat modis dengan hejab a la Iranian. Kalau di Indonesia, hejab yang digunakan perempuan Indonesia, biasa disebut sebagai kerudung. Hanya menyampirkan selendang di sebagian kepala sehingga separuh rambut di bagian depan masih terlihat.

Gadis Iran yang jelita dan modis
Pakaian mereka juga sangat modis, seperti layaknya gadis remaja dimanapun di dunia. Kalaupun ada yang berbeda, maka hanya kerudung atau apa yang mereka sebut sebagai hejab itulah, yang menambah "hiasan" kepala mereka. Di luar itu, tak ada. Celana panjang jeans, skinny sekalipun menjadi pakaian mereka. Riasan mata menjadi ciri khas perempuan Iran. Eksotis....

Memang di antaranya banyak yang pengguna chador bisa ditemui dijalan. Perempuan Iran umumnya memakai chador berwarna hitam. Namun chador di Iran sangat berbeda dengan pengertian di Indonesia manakala mendengar kata pemakai cadar, yaitu mereka yang memakai pakaian hitam lebar dan melengkapinya dengan menutup wajah hingga hanya matanya saja yang terlihat.

Di Iran ..., chador adalah kain lebar yang digunakan untuk menutupi bentuk tubuh perempuan. Penggunaannya disampirkan di atas kepala hingga menutupi seluruh tubuh hingga kaki, Seperti pemakai cadar di Indonesia, pengguna chador di Iran juga tida terlalu banyak, apagai pengguna chador hingga hanya terlihat mata saja. Sangat jarang ditemukan.

Chador saat ziarah ke makam Ayatullah Khomeini
Wisata perempuan biasanya diwajibkan menggunakan chador saat mengunjungi situs Wisata kategori suci yang biasanya berupa mausoleum imam/emam dalam kepercayaan Syiah, termasuk saat mengunjungi makam Ayatullah Rohullah Khomeini. Ketika akan memasuki situs wisata tersebut, biasanya pintu masuk wanita dan pria dipisahkan walau di dalam halamannya atau bahkan di masjid (saat ziarah ke makam Imam Khomeini), lelaki dan perempuan bisa bertemu lagi. Kepada saya ditanyakan apakah saya muslimah. Saya tidak tahu apakah kalau saya jawab bahwa saya bukan muslimah, maka akan ditolak memasuki situs suci tersebut atau bahkan diperkenankan tidak menggunakan chador. Tetapi karena saya menjawab sebagai muslimah, maka saya diarahkan untuk meminjam chador.

Rupanya ada perbedaannya .... kepala perempuan Iran akan diberikan chador berwarna hitam polos, sementara kepada perempuan non Iran diberikan chador bermotif bebungaan. Cara elegant dan cerdas untuk mengawasi dan mengetahui keberadaann orang asing di lingkungan tersebut.

Saya juga diberitahu bahwa lelaki/ulama yang memakai jubah dan sorban juga bisa dibedakan "status"nya. Pengguna sorban berwarna Putih adalah ulama keturunan rakyat biasa sementara lelaki/ulama yang menggunakan sorban berwarna hitam adalah dari golongan sayyid atau keturunan Rasulullah SAW dari garis Ali RA, sang menantu terkasih.

YANG MENARIK DARI ORANG IRAN
kue pemberian Staff museum dlm perjalanan ke Qom
Beberapa teman, menceritakan pengalaman angora keluarga atau temannya yang pernah berkesempatan berkunjung ke Iran. Semua sepakat bahwa orang Iran itu baik dan jujur sekali. Ceritanya hampir sama, bahwa mereka sering diajak berkunjung ke rumah Supir yang menemani. Saya memang tidak memiliki kesempatan berkunjung ke rumah Ali Supir yang menemai kami selama 10 hari perjalanan wisata di Iran. Namun demikian, bukan berarti sselama kunjungan ke Iran, saya tidak menerima atau mendapat perhatian dam]=n kehangatan sambutan mereka.

Yang pertama tentu saja kehangatan sambutan dari Tahereh sang Travelk consultant yang cantik itu dan agak surprise saat dia memberikan taplak meja Khas Iran yang cantik.
"Dari management Hellopersia.com, sebagai ucapan Selamat datang" , begitu katanya. Wow ..... apapun alasan di balik pemberian tersebut, tapi perhatian itu tentu sangat menyentuh perasaan.

Dengan Muhammad, Supir yang menemani kami di Tehran, memang tijdvak baanvak interaksi karena pertemuan kami secara total mungkin hanya berlangsung selama 8 jam saja. Lain halanya dengan Ali, supir yang menemani kami selama 10 hari penuh yaitu perjalanan mulai dari Shiraz - Yazd - Isfahan - Qom hingga berakhir di Imam Khomeini International Airport Tehran di Tengah malam yang dingin.

Hari pertama bertemu, saat makan siang ... dia bermaksud membayari kami makan .... Bukan main... Rasanya agak ajaib, kalau dia yang membayari makan siang kami...
"No ... Ali, you are our companion and we have to bear your expenses, especially your lunch" dan ..... ternyata untuk mengimbangi "kebaikan" kami, setiap 3 hari, saat kami Naik mobilnya untuk memulai perjalanan, di jok belakang sudah tersedia sekantung plastik buah-buahan, terdiri dari pisang, orange, kiwi, apple dan kyuri. 

Buah2an yang disediakan Ali sang supir
Dia juga sempat menyediakan teh hangat dan kue khas Iran saat kami beritirahat usai melihat tanaman yang berusia lebih dari 4.000 tahun. Inisiatif untuk membawa termos berisi air panas serta teh dan kopi itu sangat di luar dugaan. Bahkan setilha makan malam terakhir di resto a la KFC di Tehran menjelang mengantarkan kami ke airport pada hari terakhir, di bawah gerimis dan udara dingin, dia mengajak kami ke cafe milik temannya ... Ingin mentraktir kami minum, katanya.

Tentu saja karena sudah kenyang, maka kami hanya minum .... sambil menunggu waktu ke airport. Sungguh .... perjalanan Wisata ke Iran yang dirancang secara "sembarangan" ini menjadi perjalanan wisata yang sangat berkesan.

Berharap suatu saat akan berkunjung kembali pada musim yang berbeda. Spring & fall should be best moment to visit Iran.


SERI PERJALANAN KE IRAN - 4: Makanan, Transports dan Toilets

OK ... kita lanjut lagi ya .... Setelah menuliskan tentang mata uang dan komunikasi, sekarang saya ingin menuliskan tentan makanan, transportasi dan cara berpakaian terutama bagi kaum wanita, Karena mungkin ini yang akan jadi masala atau dipertanyakan, meningar status Iran sebagai Republik Islam dan konotasi buruk mengenai perlakuan terhadap perempuan. Namun ... apa yang saya tuliskan tentu hanya berdasarkan pengalaman Pribadi saja dan belum tentu mewakili kondisi sebenarnya. Masa perjalanan hanya sekitar 10 hari tentu tidak akan bisa merekam hal-hal yang sebenarnya terjadi.

APA YANG BISA DIMAKAN SELAMA DALAM PERJALANAN DI IRAN
Makan pertama di Iran terjadi di hotel, namun belum bisa dijadikan acuan karena saya belum mengetahui apa yang bisa dimakan di luar hotel.

Tangga menuju Ruang dalam Golestan Palace
Jadi, hari pertama di Iran, adalah Tehran. Pagi itu, tanpa sempat beristirahat/tidur setelah perjalanan panjang dari Jakarta-Muscat-Tehran, jam 10.00 kami sudah di jemput Muhammad untuk memulai perjalanan Wisata. Tujuan pertama adalah Golestan Palace yang amat sangat indah.

Usai mengelilingi Golestan Palace, kami janji bertemu dengan Tahereh Shirdel, sang travel consultant, yang jelita di pintu keluar Golestan Palace. Mungkin karena dia sudah melihat foto kami di passport, dengan mudahnya dia menemukan kami di antara beberapa wisatawan yang datang dari wilayah Asia, umumnya dari Cina, Jepang, Singapore dan Malaysia. Kami segera berbincang akrab sambil berjalan menuju Grand Bazaar yang terletak tak jauh dari Golestan Palace.

Pada saat waktu makan siang, Tahereh menanyakan apa yang ingin kami makan? Fast food seperti misalnya fried chicken, pizza atau makanan lokal. Kami menjawab ingin makanan lokal namun yang "ringan" karena perut masih terasa kenyang setelah sarapan di hotel pagi hari. Putar sana-sini sambil mengintip apa yang disajikan, akhirnya pilihan makan siang jatuh pada restoran yang menyajikan nasi ayam alias Chicken Rice. Tampilannya mengundang selera. seperti makan dengan gulai ayam. Jadilah kami masuk .... kebetulan langsung dapat tempat duduk karena sesudahnya kami lihat banyak antrian di luar resto yang hanya memiliki sekitar 20 kursi saja.

Chichen Rice
"Tahereh ...... is that a portion of chicken rice?" tanya saya, sambil menunjuk hidangan di meja sebelah. Di situ, terlihat satu piring panjang berisi nasi dan 1/4 dada ayam yang yang besarnya hampir 2 kali dari potongan 1/4 ayam yang biasa kami temukan di rumah makan padang. Masya Allah .....
"Yes .... that's what Iranian eat" sahutnya ....
"Wow ...... kami pesan 1 porsi saja untuk berdua" sahut saya ... 

Bukan karena takut harganya mahal, tetapi karena kami berdua memang bukan pemakan nasi dengan porsi besar.
"Ma'am .... you are my guest, I will pay this lunch", sahut Tahereh. Mungkin dia merasa enggak enak mendengar jawaban saya bahwa kami hanya akan pesan satu porsi saja.
"No ... Tahereh .... you are my guest, let me pay this lunch and instead of 2 portion of abundant rice, we can order something else".

Jadilah, sang suami pesan semacam yoghurt à la Iranian, dan bahkan membawa 2 botol lagi untuk diminum di hotel. 

Setelah menunggu beberapa saat, terhidanglah chicken rice dengan nasi dari beras basmati yang di Jakarta, harga 1kg berasnya sekitar R.40.000,-. Kami makan dengan lahap, walau "gulai ayam"nya ternyata tidak "segarang" gulai ayam rumah makan Padang, karena mungkin warna merahnya diperoleh dari saus tomat. Toh untuk "mendapat"kan rasa sesuai selera, masih bisa ditambahkan dengan bubuk cabe.  


Betul saja .... pada akhirnya, kami masih menyisakan 1/3 porsi nasi dan ayam yang dipesan.

Chicken Kebab - selalu dilengkapi orange & butter
Begitulah ... selain menu sarapan di hotel yang umumnya iranian dish, untuk makan siang kami lebih sering memesan chicken rice atau chicken kebab rice. Satu porsi berdua. Bukan Karena menghemat, tetapi karena porsinya memang aduhai banyaknya .... 

Pernah juga kami pesan personal pizza yang tipis ... tetapi tetap saja tidak bisa dihabiskan karena porsinya berbeda dengan yang ditemui di Jakarta, sehingga akhirnya dibawa pulang untuk makan malam. Hanya porsi steak saja yang sama besarnya sama dengan porsi steak di Jakarta....

Jadi .... buat orang Indonesia yang harus bertemu nasi untuk menu makanan, jalan-jalan ke Iran, seharusnya tidak perlu menjadi masalah, asalkan jangan lupa berbekal sambal. Untuk minuman, tidak akan terlalu bermasalah, begitu juga dengan harganya.Relatif separa dengan belanja kita sehari-hari.

TRANSPORTASI 

Transportasi dalam kota umumnya dilayani dengan bus atau taxi. Di kota-kota besar terlihat ada subway alias metro. Sayang karena saya menggunakan personal car, sehingga tidak sempat "mencicipi" transportasi umum.

Untuk transportasi antar kota ada kereta api dan bus. Perjalanan antar kota di Iran ditempuh melalui jalan nasional dengan kecepatan rata-rata 110km/jam. pengemudi sangat patuh dengan ketentuan kecepatan tersebut karena terpasang kamera pemantau kecepatan.
Pemandangan selama perjalanan di toll way

Jalan raya antara kota hanya ada 2 jalur setiap arah, dengan batasan 100km/jam dan 110km/jam. Sayangnya ... seperti halnya jalan bebas hambatan di wilayah Saudi, rest area seperti kurang terawat sehingga dalam perjalanan antar kota, kami hanya akan berhenti di restoran tempat makan siang.

Jalan-jalan di dalam kota cukup lebar, ada 4 jalur kendaraan untuk setiap arah dan dilengkapi dengan trottoir yang lumayan lebar. Yang unik, 2 jalur jalan tersebut pada umumnya digunakan untuk parkir dan sepertinya gratis pula. Sayangnya, pengemudi mobil di Iran seringkali berbalik arah seenaknya .... Ngeri juga .... takut terjadi tabrakan.   

TOILETS
Toilet, rest room atau peturasan menjadi sangat penting dalam perjalanan terutama buah wanita. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, apalagi muslim, penggunaan air untuk membersihkan diri setelah beraktivitas di toilet, tentu sangat penting. 


Dalam perjalanan di negara-negara Barat, yang terbiasa dengan toilet kering, hal ini cukup merepotkan. Kita terpaksa membawa botol air minum ke toilet room untuk membersihkan diri. Mungkin begitu juga kalau sedang bepergian ke Jepang atau Korea.  

bangunan tak berpenghuni 
Di Indonesia kita terbiasa dengan jet shower baik berupa hand shower maupun yang merupakan bagian terintegrasi dengan kloset untuk membersihkan diri. Dan ..... di Iran, kita tidak perlu khawatir untuk membersihkan diri di toilet. Selalu akan tersedia hand shower di toilet room. Yang merepotkan buat saya justru karena sebagian besar toilet room, menggunakan kloset  jongkok. Dari misalnya 4 sampai 6 kabin toilet, hanya akan ada 1 unit kabin yang menggunakan kloset duduk. Selebihnya menggunakan kloset jongkok yang agak merepotkan bagi wanita yang sudah berusia lanjut. Namun di hotel, umumnya menggunakan kloset duduk atau, di dalam kabin, kalau Hanya tersedia 1 kabin, akan tersedia ke dua jenis kloset tersebut. Hanya saja .... biasakan membawa kertas pembersih. Berbeda dengan toilet lelaki, kertes pembersih di toilet perempuan selalu habis. Mungkin perempuan menghabiskan lebih banyak kertas pembersih dibanding lelaki.


Jumat, 10 Januari 2020

SERI PERJALANAN ke IRAN - 3. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Iran

Mengunjungi suatu negara sebaiknya kita juga mempersiapkan diri sebaik dan sebanyak mungkin dengan pengetahuan tentang negeri yang akan dikunjungi.

Iran pada masa kekuasaan Shah Muhammad Reza Pahlevi yang didampingi oleh Ratu Farah Diba dikenal dengan kehidupan yang sangat gemerlap yang juga tercermin dalam citra negaranya. Kegemerlapan tersebut langsung "hilang" menyusul kepergian Shah dan keluarganya, pada tanggal 16 Januari 1979, mengungsi untuk menyelamatkan diri dari revolusi. Dialah raja terakhir di Persia yang sekaligus menandai akhir riwayat monarki di tanah Persia.
keluarga kerajaan Iran - Shah Reza Pahlevi dan Ratu Farah Diba

Iran menjadi Republik Islam dan sejak itu pula kehidupan di Iran menjadi "sangat misterius", minimal bagi saya, walaupun pada bulan Mei 2006, presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengunjungi Indonesia dan disambut masyarakat dengan gegap gempita dan bahkan sempat berkunjung ke universitas dimana suami saya bekerja. 
Berita yang kita dengar tentang Iran biasanya hanya diperoleh melalui media Barat, jadi unsur cover both side nya tidak mungkin terpenuhi.


Ok ..... apa yang perlu diketahui sebelum mengunjungi Iran? Minimal dari kacamata saya😁😁😁, ada beberapa hal, yaitu :
  1. Mata uang yang bisa dibawa ke Iran untuk ditukar dengan mata uang lokal dan berapa kurs terhadap mata uang tersebut.
  2. Komunikasi dan media komunikasi
  3. Makanan apa yang bisa dimakan.
  4. Transports antar kota dan di dalam kota.
  5. Cara berpakaian, terutama bagi wanita.
  6. Apa yang menarik untuk dikunjungi dan diketahui di Iran.
  7. Harga Tiket masuk tempat wisata; Istana, masjid, taman, museum, tempat ziarah dan lainnya.
    MATA UANG ASING YANG BISA DIBAWA KE IRAN dan MATA UANG LOKAL.
    lembar 100rb Rials
    Berdasarkan informasi yang bisa diperoleh dan juga informasi yang diperoleh dari Tahereh Shirdel sang travel consultant, mata uang asing yang bisa dibawa masuk ke Iran untuk ditukar di Money Changer adalah USD dan Euro dan untuk transaksi selama di Iran dianjurkan untuk menggunakan travel card (semacam e-money ?!) yang digunakan untuk menarik yang di pos dan atm. 

    Sayang, saya tidak sempat membeli travel card karena bermasalah dengan  migrasi yang saya lakukan di indosat menjelang berangkat sehingga tidak bisa melakukan transaksi keuangan melalui internet banking. Dengan demikian, saya tidak bisa mengetahui bagaimana menggunakan dan kegunaan travel card tersebut. Namun demikian terasa sekali bahwa penduduk Iran itu betul-betul cashless. Segala macam dibayar dengan kartu, termasuk berbelanja di warung-warung/toko kecil di Bazaar. Begitu juga untuk masuk ke tempat-tempat wisata. Mungkin hanya kami berdua saja yang selalu menggunakan uang tunai yang kadang menjadi hambatan karena penjaga loket ticket wisata tidak siap untuk melayani pembayaran tunai.

    Karena saya hanya membawa yang tunai dalam mata uang Euro, maka hanya dapat menceritakan nilai tukar Euro ke Iranian Rials. Tapi sebelumnya perlu diceritakan bahwa di Iran, dalam kehidupan sehari-hari nilai uang terdiri dari 2, yaitu Toman (bahasa lisan) ... dan Rials sebagai mata uang resmi yang tercetak dalam uang kertas. Nilainya pun berbeda. 1 Toman = 10 Rials; sebagai orang asing, kalau berbelanja dan mendapat jawab tentang harga barang yang kita inginkan, biasakan bertanya ... in Toman or Rials? Namun demikian, ... masih sering terjadi kesalahpahaman .... Sepertinya, orang Iran memiliki "kesulitan" dalam berhitung. 

    Pernah suatu kali kami membeli suatu barang dan penjual menulis dalam kalkulator "2400"
    "Toman...", katanya
    OK lah .... jadi, kami keluarkan ung sebesar 30.000 Rials dengan pikiran akan mendapat kembali sebanyak 6.000 Rials.
    "No ....." sahutnya lagi ....
    Wah .... salah deh ...... akhirnya dikeluarkanlah 3 lembar uang 100.000 Rials alias 300.000 Rials dan dengan wajah gembira, diambilnya uang tersebut lalu dikembalikannya 60.000 rials.
    Oalah ....... Jadi bukan berarti rumusan 1 Toman = 10 Rials itu salah ... cuma, sepertinya ada hambatan berhitung, rupanya.

    Nah .... berapa nilai tukar Euro ke Rials?
    Jangan kaget ya ...... 1 Euro = 140.000 rials di Tehran
    Di Yazd ... kami mendapatkan nulai tukar 1 Euro = 142.100 Rials. Dengan demikian ... seumur hidup dan selama berkelana ke beberapa negara, baru kali ini merasa betapa  mata uang Rupiah, ada harganya. Rp.1,- = + 9 Iranian Rials.

    Ada cerita sedikit lucu, miris dan agak "menyebalkan" sekitar urusan tukar menukar Euro di Tehran. Pada hari pertama itu, kami diajak Supir untuk mengunjungi Golestan Palace. Saat itu kami berpikir bisa membayar dengan Euro. Ternyata Penjual ticket menolak dan menyuruh kami ke Grand Bazaar yang kebetulan terletak tidak jauh dari Golestan Palace untuk menukar uang. Dengan langkah tertatih karena pergelangan kaki yang terkilir masih terasa sakit, mengantuk karena relatif tidak tidur setelah menempuh perjalanan Jakarta - Muscat - Tehran dan dengan sedikit kedinginan di tengah temperatur sekitar 4C, kami pergi juga ke tempat yang ditunjuk.
    "500 Euro please", setelah melihat rate yang terpampang.
    Sang petugas memeriksa ketersediaan uang
    "No .... only 400 Euro"

    Hitung punga hitung ... OK lah .... 400 Euro cukup untuk makan, bayar etiket masuk wisata dan sedikit souvenir. Kami menunggu cukup lama, dan ...... Masya Allah ..... Di hadapan kami teronggok 5 bundel pecahan uang 100.000 rials dan beberapa lembar pecahan 500.000 rials yang merupakan pecahan terbesar dalam mata yang Iran. Terbayang, kan .... bagaimana "mengamankan" 5 gepok uang yang harus ditenteng sepanjang hari sambil mengunjungi tempat wisata? Antara ingin tertawa ... dan sebal karena bahu harus menyandang tas penuh uang....
    NO CREDIT CARD 
    Walau penduduk Iran umumnya sudah cashless minded, namun credit card apapun jenisnya sama sekali tidak berlaku. Mungkin karena credit card diterbitkan oleh provider dari Amerika. Kemandirian yang dipaksa oleh keadaan untuk mempertahankan martabat bangsa yang tidak mau tunduk terhadap dominasi Amerika Serikat. Angkat topi untuk hal ini...

    APAKAH BISA BERBELANJA DAN MEMBAYARNYA DENGAN MATA UANG ASING?
    Bisa saja ..... di beberapa Souvenir Shop yang berada di tempat wisata, atau toko-toko di bazaar yang ditujukan untuk orang assig  bisa dilakukan asal dari awal kita nyatakan bahwa sisa pengembaliannya dibayarkan dalam mata uang lokal untuk menjaga penolakan, karena tidak mungkin bila mereka harus mengembalikan dalam mata yang yang sama. 

    Namun demikian, kita harus "agak teliti" dan melakukan cross check perhitungannya. Bukan disebabkan oleh kecurangan penjual, namun hal ini lebih sering karena pedagang kurang memahami perhitunganl konversi mata uang, yang bisa jadi disebabkan akibat "kelemahan" cara berhitung. Apapun juga .... kejujuran masyarakat Iran sangat tinggi. Beberapa kali saya salah hitung dan membayar lebih tinggi dan mereka dengan senang hati memberikan selisihnya. 

    KOMUNIKASI DAN MEDIA KOMUNIKASI
    Pada tanggal 23 Desember saya pergi ke provider di Indonesia untuk menanyakan apakah ada paket telpon/internet untuk digunakan untuk berkomunikasi baik melalui telpon/whatapps ataupun sosial media selama melakukan perjalanan di Iran.
    "Tidak ada bu ... paket layanan internet/telpon hanya ada untuk negara-negara yang banyak dikunjungi orang Indonesia, seperti Jepang, Korea, negara-negara Asia/Asean, Eropa, Amerika dan tentu saja Arab Saudi untuk melaksanakan Umroh dan Haji."
    "Jadi ..., kalau saya mau pergi ke Iran, Bagaimana?"
    "Akan dikenakan tarif roaming biasa dan tentu akan sangat mahal. Sepengetahuan saya, provider Indonesia tidak ada yang bekerja sama dengan telkomnya Iran"
    "Ada solusi lain...?"
    "Ibu bisa beli local sim card"

     Saya mecnceritakan hal ini kepada Tahereh dan dia dengan seria merta menyatakan:
    "We will provide you by local SIM card as gift from Hellopersia"
    Wow ......

    Benar saja, begitu tiba di Imam Khomeini International Airport, sebelum kami menuju mobil, Mohammad, supir yang ditugaskan untuk menemani kami selama di Tehran, mengajak untuk membeli local sim card di kios yang tersedia di airport. Namun baru keesokan hari, SIM card bisa digunakan dengan bantuan sang supir karena tentu saja petunjuk untuk mengaktifkan SIM card tersebut dilakukan dalam bahasa Farsi. Mobile phone suami sudah terisi SIM card dan tent bisa digunakan, Sementara mobile phone saya tidak bisa diganti SIM card nya karena saya lupa membawa alat untuk mengeluarkan SIM card Indonesia. Resiko perjalanan yang terburu-buru...😆😆😆

    TELEViSI DAN MEDIA SOSIAL
    Selama tinggal 10 hari berkeliling Iran dan masuk dari satu hotel ke hotel lainnya, saya tidak dapat mengakses televisi "barat" semua siaran lokal. Kalaupun ada siaran luar yang bisa diterima, hanya dari wilayah Asia antara lain India, Korea, Jepang dan itupun sudah di dubbing dengan Bahasa Farsi.

    Akan halnya media sosial, dari 2 media sosial yang biasa saya gunakan, Instagram dan Facebook, hanya instagram yang bisa diakses. Facebook harus diakses melalui VPN. Link berita dari media asing tidak bisa diakses sama sekali. Entah karena embargo yang dilakukan oleh media asing atau malah pemerintah Iran memang ménûtup diri dan melarang penduduknya mengakses  media luar.

    itu sebabnya, berita pengeboman yang mengakibatkan tewasnya Jendral Qasem Suleimani, saya terima dari anak saya yang memberikan screenshoot berita setelah link-link yang dia kirim tidak dapat dibuka.

    Bersambung lagi ya .....

    Kamis, 09 Januari 2020

    SERI PERJALANAN ke IRAN - 2. Memperoleh Visa dan mengatur Perjalanan

    Selama melakukan browsing untuk menjajaki perjalanan ke Iran, saya mendapat email dari seseorang bernama Hafseh, yang kemudian saya ketahui sebagai CEO Hellopersia.com. Bukan main ... begitu gencarnya mereka bekerja mempromosikan Iran. Hafseh menanyakan beberapa hal berkenaan dengan rencana perjalanan dan beberapa usulan serta menyatakan akan meminta salah satu staffnya bernama Tahereh untuk membantu saya.  

    Tahereh Shirdel, travel consultant yang jelita
    Usai melakukan pengajuan entry visa, saya mendapat kontak dari staff Hellopersia.com bernama Tahereh Shirdel, menanyakan rencana perjalanan saya ke Iran. Saya menyatakan bahwa ada 3 kota yang ingin saya kunjungi yatu Tehran, Qom dan Esfahan. Hanya 3 kota tersebut yang saya tahu. Tehran tentu karena itulah ibukota Iran, Qom karena kota tersebut adalah  kota asal Imam Besar Iran, Ayatullah Rohullah Khomeini dan Esfahan atau Isfahan mengingatkan saya pada salah satu seri parfum dari merek yang dulu saya gunakan selama tinggal di Perancis. 

    Saya juga menyampaikan bahwa saya memiliki budget perjalanan yang sangat terbatas apalagi rencana perjalanan awal jadwal "peak season" ... yaitu tanggal 24 Desember hingga tanggal 3 atau paling lambat 4 Januari agar pada hari Senin tanggal 6, saya sudah bisa masuk kantor lagi. Tentu semua tempat-tempat wisata dan fasilitas pendukungnya akan sangat padat dan harga-harga akan melambung. 

    Berbekal dari percakapan tersebut, Tahereh lalu mengirimkan itinerari kota-kota yang diusulkannya untuk dikunjungi, dimulai dari Tehran - Qom - Isfahan - Yazd - Shiraz untuk kemudian kembali ke Indonesia melalui kota Shiraz di Selatan Iran. Saya sih nurut aja deh .... Walau baru berkomunikasi, saya percaya bahwa mereka akan memberikan yang terbaik bagi kliennya. Tahereh meminta persetujuan saya atas jadwal yang diajukannya tersebut, namun saya sampaikan bahwa saya belum menerima visa, dan karenanya masih ragu untuk melakukan pemesanan tiket pesawat. Apalagi saya belum mendapat ijin tambahan cuti akhir tahun.

    Tanggal 16 Desember 2019, saya mendapat email dari Hellopersia.com untuk melakukan konfirmasi kebenaran email address yang saya gunakan, karena seluruh komunikasi akan dilakukan melalui email. Saya berusaha untuk melakukan konfirmasi melalui link yang diberikan .... zuuuttttttt ....... website tidak bisa ditemukan .... Berulang kali saya lakukan konfirmasi melalui link tersebut, tetap tidak berhasil. Pikiran buruk sempat berkecamuk ..... namun saya akhirnya melakukan konfirmasi dengan membalas email kepada si pengirim dan menyatakan kebenaran email address saya sambil menyampaikan hambatan menggunakan link yang dikirimkannya. Yang bersangkutan langsung meminta maaf atas ketidak-nyamanan tersebut dan menyatakan bahwa email saya akan dianggap sebagai konfirmasi kebenaran alamat yang saya gunakan.
    ***

    Ini benar-benar urusan perjalanan wisata paling konyol yang pernah saya lakukan. 2 minggu sebelum rencana keberangkatan, visa, tiket pesawat, hotel dan transports sama sekali belum selesai diurus dan sebagian bahkan sama sekali belum dipesan😁😁😁. Saya masih ingin menunggu konfirmand visa dulu, baru memesan yang lainnya dengan segala macam resiko. Sempat saya sampaikan kepada Tahereh bahwa apabila saya tidak mendapat ticket, perjalanan akan ditunda sampai pertengahan January 2020. Tetapi ..... ternyata suami protes. Jadwal kegiatannya di bulan Januari, sudah penuh. JAdi apapun yang terjadi .... perjalanan harus dilakukan pada ahir Desember, atau ... kalau ditunda, saya harus berangkat sendiri 😆😆😆

    18 Desember 2019 .... saya mendapat email berisi notifikasi persetujuan pemberian visa dari Kementrian luar negeri Iran. Saya masuk ke website nya untuk mengecek status notifikasi tersebut dan Alhamdulillah, visa benar telah diperoleh. Tinggal pesan tiket pesawat dan melakukan konfirmasi selanjutnya kepada Hellopersia.com untuk land arrangement. Kebayang kan ...... niat berangkat tanggal 24 Desember, baru tanggal 18 Desember pesan ticket pesawat ..... Hello ....... Masih waras ...???? Ini peak season lho .....

    Saya meminta bantuan rekan kantor untuk mendapat akses pemesanan tiket pesawat dari kantor agar pembayaran bisa dilakukan setelah kembali dari perjalanan. Rekan tersebut cerita bahwa staff ticketing langganannya bingung...., baru kali itu dia menerima pesanan tiket ke Iran, dengan waktu yang mepet dan maunya yang murah pula😀😀😀.

    Utak-atik jadwal pesawat, akhirnya .... dapat juga tiket yang paling "murah" yaitu dengan Oman Air pada tanggal 25 Desember sore untuk tiba di Tehran 26 Desember sekitar jam 02.35 dini hari. Sementara tiket pulang ke Jakarta dari Tehran minggu 5 Januari juga jam 03.15 dini hari dengan transit di Oman selama 18 jam untuk tiba di Jakarta Senin siang jam 13.35 dengan disertai embel-embel pesan "ticket kembali ke Jakarta hanya tinggal 2 seats". Apa boleh buat .... walau jadwal pulang agak kurang menyenangkan, tidak ada pilihan lain.

    Rute perjalanan terpaksa diubah .... tidak bisa langsung pulang dari Shiraz.

    Saya lalu menyampaikan jadwal pesawat tersebut kepada Tahereh agar dia bisa menyesuaikan jadwal perjalanan kembali. Tahereh sempat bermaksud menghubungi saya via wa-call namun karena HP saya sedang di charged, maka dia lalu mengirim rekaman suaranya untuk menyampaikan perubahan rute perjalanan, karena tiket perjalanan yang saya miliki adalah Jakarta - Tehran - Jakarta. 

    Jujur ..... awalnya saya tidak bisa menduga jenis kelamin Tahereh sang travel consultant tersebut, hanya dari namanya saja. Baru setelah mendengar suaranya yang merdu dalam Bahasa Inggris yang fasih , saya mengetahui bahwa dia yang selalu berkomunikasi dengan saya melalui whatapps adalah seorang wanita.

    Perubahan rute  pesawat, berdampak pada perubahan jadwal perjalanan, sehingga di Tehran saya hanya tinggal sekitar 25 jam saja dan langsung terbang ke Shiraz keesokan harinya dengan penerbangan sangat pagi pada tanggal 27 Desember. Mereka mungkin tidak mendapat ticket terbang dari Shiraz pada tanggal 3 atau 4 Januari. Biaya perjalanan tentu saja bertambah untuk pembelian tiket pesawat.

    Layanan apa yang akhirnya saya minta?  
    Mengingat usia kami sudah cukup lanjut dan tentunya "tidak sanggup" kalau harus menarik-narik koper yang setiap hari akan bertambah berat dengan tambahan souvenir yang biasanya dibeli, maka biaya perjalanan kami (land arrangement only) berisi:
    • Akomodasi hotel 3* dan 4* - incl. breakfast
    • Transfer airport - hotel - airport
    • tiket pesawat (ekonomi) Tehran - Shiraz
    • transportasi dengan mobil ber AC (individual car & driver) selama perjalanan wisata 10 hari
    • asuransi perjalanan (wajib).
    Senin 23 Desember 2019, saya ke Indosat untuk menanyakan apakah ada Paket Layanan di Iran, seperti yang biasa ditawarkan setiap musim libur untuk kunjungan wisata dan umroh. Ternyata .... mereka tidak memiliki kerjasama dengan provider telpon Iran, sehingga untuk penggunaan telpon dan mobil data selama di Iran akan dikenakan tariff roaming international yang cukup mahal. Saat hal ini saya ceritakan kepala Tahereh, dia menyampaikan bahwa sebagai bonus dari Hellopersia.com, kami diberikan local sim-card up to 5GB.

    Namun .... kedatangan saya ke Indosat membawa masalah baru, atau munchkin blessing sehingga akibatnya saya tidak bisa menerima password untuk melakukan transaksi keuangan via internet banking.

    Lanjut nanti ya ..... ceritanya makin seru lho......





    SERI PERJALANAN ke IRAN - 1. Persiapan

    Keinginan saya untuk berkunjung ke Iran sudah sangat lama. Paling tidak .... jauh sebelum perjalanan libur akhir tahun 2018 yang lalu, keinginan pribadi untuk mengunjungi Iran ... negara yang dijuluki "negara para mullah" yang memiliki sejarah panjang sejak ribuan tahun sebelum Masehi, semakin menguat, namun tak kunjung terlaksana karena saya tidak atau belum menemukan satupun biro perjalanan wisata dari Indonesia yang menawarkan  perjalanan wisata akhir tahun ke negara tersebut.

    Dan.... ternyata, merealisasikan mimpi itupun tidak mudah ... Anak-anak saya sudah bisa dipastikan tidak mau lagi melakukan perjalanan dengan menggunakan travel agent dengan paket-paket tour yang sudah ditentukan. Melelahkan dan tidak bisa menikmati obyek wisata sesuai keinginan mereka baik obyek wisatanya maupun waktu kunjung yang tersedia. Itu alasan mereka. Ibaratnya ... mengunjungi suatu tempat wisata dilakukan seperti hanya numpang "pipis". Sambil lewat saja. Jadi kami tentu harus membuat jadwal perjalanan individual dan persiapan untuk perjalanan individual akan lebih merepotkan, berdasarkan pengalaman sebelumnya saat melakukan perjalanan ke Eropa Timur (Austria - Slovakia - Hungary). Kerepotan yang terutama adalah saat mengurus visa dengan segala macam persyaratan yang harus dilengkapi baik administrasi maupun flight - accommodation's booking. Belum lagi harus memikirkan obyek wisata yang akan dikunjungi di setiap kota. Ditambah lagi, kalau ada jadwal wawancara oleh kedutaan negara tujuan, yang harus dipenuhi berkenaan dengan pengajuan visa. Di lain sisi ... anak sulung sudah terbang lebih dulu dan si bungsu sedang magang dan kantornya tidak libur pada saat akhir tahun sehingga karenanya mereka tidak akan ikut serta. Artinya ... perjalanan akhir tahun, akan dilaksanakan berdua saja.

    3 bulan menjelang akhir tabun,. pada saat ngobrol di ruang makan kantor atau di antara teman yang saling bertanya dan berbagi rencana acara libur akhir tahun, mereka kaget saat saya menyampaikan ingin berkunjung ke Iran. Beberapa teman, biasanya akan memilih perjalanan liburan klasik, ke USA, Eropa Barat atau Eropa Timur, atau ke Asia Tenggara, Jepang dan Korea. Ah ... terlalu "main stream" ya ....😀😀😀. 

    Sejak lama saya ingin mengunjungi negara seperti Nepal, Uzbekistan, Israel, Yunani atau Timur Tengah, yaitu negara yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan dan peradaban hidup manusia serta sejarah keagamaan. Khusus untuk kunjungan ke Iran, ada  saran yang saling bertentangan. Beberapa teman mengisyaratkan "bahaya" kunjungan ke Iran, yaitu kalau di dalam passport kita ada stiker visa masuk Iran, maka dapat "dipastikan" kita akan mengalami kesulitan saat mengajukan visa masuk ke USA. Di lain pihak ada juga yang menyatakan bahwa teman atau keluarganya pernah mengunjungi negara tersebut dan tidak mengalami masalah dengan visa masuk ke USA. Mereka malah memuji, betapa masyarakat Iran begitu baik hati kepada para "tamunya". Entah mana yang benar.

    Dua informasi yang saling bertentangan tersebuh tidak menyurutkan niat kami. Berbekal informasi tersebut dan saya ingat, suami pernah bercerita bahwa dia pernah mengajar satu mata kuliah dimana salah satu mahasiswanya adalah putra duta besar Iran untuk Indonesia, maka pada pertengahan bulan November, saya memintanya untuk menghubungi mahasiswa asal Iran tersebut dan menanyakan bagaimana prosedur dan dokumen yang perlu dipersiapkan untuk pengajuan visa kunjungan wisata ke Iran. 

    Lama tak berkabar, akhirnya pada minggu pertama bulan Desember 2019, barulah dia menjawab bahwa dia sudah berada di luar Indonesia (belakangan staff Kedutaan Besar Iran di Jakarta, memberitahu bahwa masa tugas bapaknya di Jakarta telah selesai). Namun jawaban yang diberikannya tetap belum memberikan informasi yang dibutuhkan. Akhirnya saya mencari informasi langsung dengan menelpon ke kedutaan Iran. Ternyata ..... sangat sederhana, tidak seperti pengajuan visa ke negara lain, untuk memperoleh visa kunjungan ke Iran hanya membutuhkan pasfoto, copy passport. Begitu informasi yang saya peroleh melalui telpon.

    Untuk melengkapi persyaratan visa tersebut, saat pulang kantor pada hari Jum'at minggu ke dua Desember 2019, saya baru berkesempatan membuat pasfoto, setelah sebelumnya berkomunikasi dengan staff kedutaan Iran di Jakarta yang sangat ramah dan membantu.

    Sabtu malam, saya mencoba masuk ke link yang diberikan oleh staff kedutaan untuk mengisi aplikasi permohonan visa. Persyaratannya relatif mudah, hanya berbekal upload pasfoto dan passport, tanpa perlu dokumen tambahan apapun juga, seperti misalnya referensi kantor/bank dan sebagainya, seperti halnya kalau kita mengajukan visa ke negara lain. Hanya ... ternyata kita tetap harus mengisi alamat tempat tinggal di Iran lengkap dengan nomor telponnya. 

    Wah ..... saya belum pesan apapun untuk perjalanan ke Iran ini .... no flight tickets, no hotels. Jadi .... dengan berat hati, pada hari Sabtu malam tersebut saya mengirim pesan lagi ke staff kedutaan menanyakan pendapatnya. Saya sadar, tidak mungkin mendapatkan visa tanpa mengisi tempat tinggal/nomor telpon di Iran. Otoritas negara tersebut tentu ingin memperoleh jaminan bahwa pengunjung negaranya bukanlah pengungsi atau peminta suaka. Saya berpikir, harus ada mekanisme lain untuk mendapatkan visa, tanpa harus memesan tiket pesawat terlebih dulu. Jadi kalaupun ada resiko tidak memperoleh visa, maka resiko keuangannya tidak terlalu besar.

    Memang agak ngelunjak menerima kebaikan orang lain ya...? Malam minggu, mengirim pesan ke orang yang kita sendiri baru kenal via whatapps dan tentu saja saya harus maklum kalau si bapak staff kedutaan itu agak lambat membalas pesan saya.

    Sebetulnya, saya sempat browsing mencari informasi perjalanan ke Iran dan sudah menemukan hellopersia.com dan mulai membaca-baca layanan apa saja yang diberikannya. Namun tergoda dengan informasi tentano kemudahan memperoleh visa, maka saya berusaha untuk memperoleh visa langsung (via online) dan hanya akan menggunakan layanan dari Hellopersia.com untuk land arrangement saja. Namun ... mendapat hambatan untuk mengisi informasi temuta tinggal di Iran, membuat saya "terpaksa" memutuskan untuk menggunakan jasa Hellopersia.com juga untuk pengurusan visa. 

    Minggu 15 Desember, bersamaan dengan rencana suami menghadiri pernikahan anak dari kenalannya, saya meminta ijin untuk tidak ikut hadir dan memilih ke kantor saja untuk menggunakan wifi. Week end itu, sambungan indihome di rumah memang sedang kacau, sama sekali tidak mendapatkan koneksi internet, telpon maupun televisi. 

    bendera Republik Islam Iran
    OK ...... mulai dengan melakukan sesuatu yang resikonya paling minim, yaitu meminta layanan aplikasi entry visa. Link yang diberikan Hellopersia.com, persis sama dengan yang diberikan oleh kedutaan. Hanya ada sedikit perbedaan yaitu; yang pertama .... Tidak perlu mengisi tempat tinggal dan nomor kontak di Iran. Yang kedua ... Visa hanya akan diterbitkan di international airport of Tehran. Sementara kalau aplikasi dilakukan melalui link yang saya peroleh dari kedutaan, ada pilihan untuk menerima visa di kedutaan besar Iran di Jakarta atau di international airport of Iran. Untuk mendapatkan layanan pengurusan entry visa dari Hellopersia.com, kita dikenakan biaya layanan visa sebesar 35 Eur/pax yang harus segera lunas dibayar melalui link yang diberikan.

    Pembayaran langsung saya lakukan ..... walau agak kaget karena ternyata link pembayaran dilaksanakan melalui rekening bank yang berada di Istanbul. Tak ada waktu untuk bertanya tentang hal tersebut kepada travel consultant yang selalu menghubungi saya untuk "membantu" pengurusan perjalanan.... Ya sudahlah .... andaipun terjadi sesuatu, resiko kehilangan 2x35Eur adalah resiko minimal yang sudah harus masuk dalam hitungan. 

    Dalam keterangan, baik dari staff kedutaan maupun Hellopersia,com notifikasi persetujuan pemberian visa akan terbit dalam waktu 3 sampai dengan 4 hari saja. Bahkan staff kedutaan menyampaikan bahwa persetujuan visa bisa terbit dalam waktu 1 hari kerja saja dengan membubuhi keterangan URGENT pada saat mengajukan permohonan.

    Pulang dari kantor, minggu malam itu juga, saya mendapat balasan dari staff kedutaan dan beliau memberikan nama dan nomor kontak terpercaya untuk bisa saya hubungi dan gunakan sebagai tempat tinggal saat mengajukan visa. Saya sampaikan permohonan maaf padanya seraya menyampaikan bahwa saya sudah mengajukan aplikasi visa melalui suatu agen perjalanan .....

    "Ibu ..... hari-hati untuk melakukan transaksi apapun dengan agen perjalanan. Jangan sampai ibu tertipu" sahutnya.

    Duh ..... bukannya lega sudah mengajukan permohonan visa, malah tambah deg-degan. Bismillah sajalah ...... resiko terberat adalah kehilangan 70Eur ..... dan itu sudah sejak awal diperhitungkan. Que sera... sera... Apa yang akan terjadi, ..... Terjadilah ......

    Bersambung ya ......

    BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

     Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...