Dalam kehidupan, kita cenderung memberi nama pada apapun juga. Kepada manusia, binatang, tanaman, peralatan rumah tangga, kampung, kota, negara. Kita memberi nama kepada seluruh isi alam semesta ini. Mengapa ...... dan apa maksud dan tujuannya. Satu yang pasti adalah untuk membedakan yang satu dengan yang lainnya. Nama manusia menjadi lebih rinci lagi. Manusia satu dengan lainnya dibedakan dari namanya, walau seringkali ditemukan nama yang sama. Untuk binatang dan tanaman, diberi nama sesuai dengan spesiesnya. Tetapi binatang peliharaan (domestik) seringkali diberi nama laiknya kita memberi nama pada manusia. Berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peralatan rumah tangga semisal mesin cuci akan dikenal dengan merek dagang dan typenya untuk membedakan satu dengan yang lain. Nama kampung dan kota, sekarang dapat dibedakan lokasinya dari kode pos untuk mempermudah kita mengenali secara lebih teliti. Kalau pemberian nama kepada binatang, tanaman, peralatan rumah tangga dan isi alam semesta lainnya sudah sedemikian "rumit", apalagi untuk memberi nama kepada mahluk hidup berlabel manusia.
Memberi nama anak mendapat perhatian yang sangat besar. Selain karena nama merupakan identitas diri, konon karena nama sejatinya adalah doa dari si pemberi nama kepada yang diberi nama, penghias, tumpuan yang dengannya ia dipangggil ketika di dunia dengan kepala tegak. Itu sebabnya, nama sebaiknya dan pada umumnya memiliki arti yang baik dan indah. Bahkan lebih jauh dari itu, Rasulullah saw sering mengganti nama seseorang yang baru masuk Islam, jika sebelumnya nama orang tersebut diketahui memiliki arti dan maksud yang tidak baik dalam pandangan Islam.
Nama adalah sesuatu yang pertama didapat oleh seorang bayi yang terlahir, merupakan ciri spesifik yang membedakan dia dengan orang lain dan seharusnya diberikan oleh seorang ayah terhadap bayi sebagai tanda pewaris dan penerus generasi. Meskipun hanya sesuatu yang bersifat maknawi tetapi nama memiliki nilai yang amat tinggi melebihi materi. Sehingga orang akan lebih menjaga nama daripada hartanya, jangan sampai dilecehkan.
Nama juga menunjukkan asal-muasal orang terkait. Suku bangsa/etnis, daerah, bangsa dan juga budaya dan juga kepercayaannya. Ada suku bangsa/etnis yang menamakan anaknya berdasarkan kondisi alam yang terjadi pada saat si anak lahir. Itu sebab ada orang yang dinamakan Bayu, Taufan, Guntur, Halilintar .... walau saya belum pernah menemukan ada seseorang yang bernama Angin atau hujan. Ada juga orangtua yang memberi nama anak dengan melihat kondisi kehidupannya saat itu. Yang paling umum digunakan adalah kata Prihatin.... Cuma anehnya kata prihatin lebih banyak dicantumkan pada nama anak perempuan. Pernah juga saya membaca nama Kasihani. Namun belum dijumpai nama Bahagia atau gembira. Oh .... ada......!!! Suatu saat saya pernah menemukan nama Gugum Gumbira ....orang Sunda, ditilik dari namanya. Ada pengulangan kata...
Ada juga orangtua menamakan anak berdasarkan nama negara atau kota dimana anaknya dilahirkan. Mungkin ingin menunjukkan bahwa anaknya dilahirkan di luar negeri lho .... Selain sebagai kenangan atas kelahiran si anak, tetapi ada suatu kebanggaan melahirkan anak, umumnya di luar negeri. Itu sebab saya pernah melihat nama seperti Belgiawan .... yang mengacu pada negeri kelahiran di Belgia. Malaysiawan untuk anak yang dilahirkan di Malaysia atau Zelandia yang dilahirkan di New Zealand.
Nenek saya menamakan 3 anaknya yang terakhir berdasarkan kejadian pada tahun si anak lahir. Anak yang lahir di tahun 1949, dinamakan Ris alias Republik Indonesia Serikat. Anak lainnya yang lahir pada masa pemerintahan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara tentu dinamakannya Syafruddin dan yang paling unik adalah anak yang lahir pada tahun dibukanya terusan Suez ..... Maka jadilah si anak dinamakan Suez Canal.
Sebagian lagi orangtua menamakan anaknya dengan nama depan yang sama. Mereka ini umumnya berasal dari etnis Jawa. Maka jangan heran bila ada keluarga yang seluruh anak-anaknya, bila lelaki, memiliki nama depan Bambang .... Bambang A, Bambang B, Bambang C dst atau Joko ....., Kalau perempuan diberi nama depan Endang, Sri dan seterusnya atau yang unisex diberi nama depan Koes, Sri dan sebagainya. Atau ada juga yang memberi nama belakang anak-anaknya gabungan dari penggalan nama kedua orangtuanya.
Sebagaimana sebuah peribahasa ... Apalah artinya nama.... Tapi kemudian kita sadari nama tidak sesederhana itu. Di dalamnya terkandung banyak hal... Doa, kenangan, kebanggaan, harapan dan banyak lagi. Beberapa dekade yang lalu, nama juga menyiratkan etnis .... Maka untuk orang yang lahir di ranah Minang, nama seperti Najamuddin, Nasruddin, Syamsuddin dan seterusnya seringkali ditemukan dan menjadi nama yang umum didengar dan dikenal. Di Jawa tengah, di kalangan kebanyakan, ada nama-nama seperti Tukiyem, Tugirah, Tugiman, Tukimin, Wagimin, Wakijo ( hihi .... ingat nama-nama guru saya di Xaverius jambi dulu), sedangkan di Jawa Barat, pada nama anak seringkali terjadi pengulangan, seperti Ajat Sudrajat ...., atau Engkos Kosasih atau yang seringkali jadi bahan becanda di kalangan keponakan saya adalah nama perempuan Ice Juice .... Ayo..... gimana bacanya....?
Memberi nama anak mendapat perhatian yang sangat besar. Selain karena nama merupakan identitas diri, konon karena nama sejatinya adalah doa dari si pemberi nama kepada yang diberi nama, penghias, tumpuan yang dengannya ia dipangggil ketika di dunia dengan kepala tegak. Itu sebabnya, nama sebaiknya dan pada umumnya memiliki arti yang baik dan indah. Bahkan lebih jauh dari itu, Rasulullah saw sering mengganti nama seseorang yang baru masuk Islam, jika sebelumnya nama orang tersebut diketahui memiliki arti dan maksud yang tidak baik dalam pandangan Islam.
Nama adalah sesuatu yang pertama didapat oleh seorang bayi yang terlahir, merupakan ciri spesifik yang membedakan dia dengan orang lain dan seharusnya diberikan oleh seorang ayah terhadap bayi sebagai tanda pewaris dan penerus generasi. Meskipun hanya sesuatu yang bersifat maknawi tetapi nama memiliki nilai yang amat tinggi melebihi materi. Sehingga orang akan lebih menjaga nama daripada hartanya, jangan sampai dilecehkan.
Nama juga menunjukkan asal-muasal orang terkait. Suku bangsa/etnis, daerah, bangsa dan juga budaya dan juga kepercayaannya. Ada suku bangsa/etnis yang menamakan anaknya berdasarkan kondisi alam yang terjadi pada saat si anak lahir. Itu sebab ada orang yang dinamakan Bayu, Taufan, Guntur, Halilintar .... walau saya belum pernah menemukan ada seseorang yang bernama Angin atau hujan. Ada juga orangtua yang memberi nama anak dengan melihat kondisi kehidupannya saat itu. Yang paling umum digunakan adalah kata Prihatin.... Cuma anehnya kata prihatin lebih banyak dicantumkan pada nama anak perempuan. Pernah juga saya membaca nama Kasihani. Namun belum dijumpai nama Bahagia atau gembira. Oh .... ada......!!! Suatu saat saya pernah menemukan nama Gugum Gumbira ....orang Sunda, ditilik dari namanya. Ada pengulangan kata...
Ada juga orangtua menamakan anak berdasarkan nama negara atau kota dimana anaknya dilahirkan. Mungkin ingin menunjukkan bahwa anaknya dilahirkan di luar negeri lho .... Selain sebagai kenangan atas kelahiran si anak, tetapi ada suatu kebanggaan melahirkan anak, umumnya di luar negeri. Itu sebab saya pernah melihat nama seperti Belgiawan .... yang mengacu pada negeri kelahiran di Belgia. Malaysiawan untuk anak yang dilahirkan di Malaysia atau Zelandia yang dilahirkan di New Zealand.
Nenek saya menamakan 3 anaknya yang terakhir berdasarkan kejadian pada tahun si anak lahir. Anak yang lahir di tahun 1949, dinamakan Ris alias Republik Indonesia Serikat. Anak lainnya yang lahir pada masa pemerintahan perdana menteri Syafruddin Prawiranegara tentu dinamakannya Syafruddin dan yang paling unik adalah anak yang lahir pada tahun dibukanya terusan Suez ..... Maka jadilah si anak dinamakan Suez Canal.
Sebagian lagi orangtua menamakan anaknya dengan nama depan yang sama. Mereka ini umumnya berasal dari etnis Jawa. Maka jangan heran bila ada keluarga yang seluruh anak-anaknya, bila lelaki, memiliki nama depan Bambang .... Bambang A, Bambang B, Bambang C dst atau Joko ....., Kalau perempuan diberi nama depan Endang, Sri dan seterusnya atau yang unisex diberi nama depan Koes, Sri dan sebagainya. Atau ada juga yang memberi nama belakang anak-anaknya gabungan dari penggalan nama kedua orangtuanya.
Sebagaimana sebuah peribahasa ... Apalah artinya nama.... Tapi kemudian kita sadari nama tidak sesederhana itu. Di dalamnya terkandung banyak hal... Doa, kenangan, kebanggaan, harapan dan banyak lagi. Beberapa dekade yang lalu, nama juga menyiratkan etnis .... Maka untuk orang yang lahir di ranah Minang, nama seperti Najamuddin, Nasruddin, Syamsuddin dan seterusnya seringkali ditemukan dan menjadi nama yang umum didengar dan dikenal. Di Jawa tengah, di kalangan kebanyakan, ada nama-nama seperti Tukiyem, Tugirah, Tugiman, Tukimin, Wagimin, Wakijo ( hihi .... ingat nama-nama guru saya di Xaverius jambi dulu), sedangkan di Jawa Barat, pada nama anak seringkali terjadi pengulangan, seperti Ajat Sudrajat ...., atau Engkos Kosasih atau yang seringkali jadi bahan becanda di kalangan keponakan saya adalah nama perempuan Ice Juice .... Ayo..... gimana bacanya....?
Kini .... nama anak Indonesia tidak lagi spesifik. Pengaruh Arab, Eropa atau sansekerta mempengaruhi penggunaan dan pemberian nama anak. Maka anak-anak abad ke 21 untuk kalangan beragama Islam, banyak yang bernuansa Arab, sehingga sulit diperkirakan, darimana dia berasal. Asli Indonesia atau keturunan Arab. Nama-nama Eropa biasanya banyak digunakan di kalangan etnis Cina atau entah nuansa apa lagi yang diinginkan kedua orangtua manakala mereka memberi nama anaknya. Yang pasti... panjangnya, rek .........!!! Ampun deh ..... dan juga sangat sulit dieja dan tentunya akan sulit ditulis kalau bukan si pemilik nama dan/atau orangtuanya menuliskannya terlebih dulu untuk kemudian disalin dengan penuh kehati-hatian.
Apapun juga, kita memang dianjurkan untuk memberi nama anak dengan nama yang baik, karena nama bisa memiliki pengaruh baik ataupun buruk kepada pemiliknya. Nama juga merupakan cermin pemikiran orang tua, apakah dia seorang optimistis, pesimistis, pendendam dan bahkan seorang yang memiliki pemikiran - pemikiran yang menyimpang. Namun, apakah karenanya.... kemudian, melalui pemberian nama kepada anak, kita akan kehilangan identitas budaya ...?
Apapun juga, kita memang dianjurkan untuk memberi nama anak dengan nama yang baik, karena nama bisa memiliki pengaruh baik ataupun buruk kepada pemiliknya. Nama juga merupakan cermin pemikiran orang tua, apakah dia seorang optimistis, pesimistis, pendendam dan bahkan seorang yang memiliki pemikiran - pemikiran yang menyimpang. Namun, apakah karenanya.... kemudian, melalui pemberian nama kepada anak, kita akan kehilangan identitas budaya ...?