Setelah prosedur pelaporan di bagian lost & found selesai, kami bertiga keluar dari Vienna international airport untuk mencari taxi menuju hotel yang sudah dipesan melalui Agoda. Sebetulnya, ada transportasi yang lebih murah menuju tengah kota, yaitu dengan menggunakan kereta, dari sana baru ke hotel dengan metro (subway) atau bus. Namun stress karena "kehilangan" 2 buah koper, membuat kami kehilangan rasa humor. Ingin segera tiba di hotel, beristirahat sambil menenangkan diri. Apalagi di hotel sudah menunggu anak lelaki saya yang sudah tiba di Vienna 5 hari sebelumnya. Jadi kami memanggil taxi, tanpa peduli lagi bahwa kalau hitung nilai tukarnya, maka ongkos taxi yang kami bayar hampir 6x ongkos taxi di Jakarta, dari Cengkareng ke Jagakarsa. Apa boleh buat... Memang satu-satunya kiat untuk menikmati perjalanan keluar negeri adalah "jangan berhitung atau menghitung nilai tukar mata uang yang berlaku di negara terkait kepada rupiah.
Perjalanan dengan taxi memakan waktu yang cukup lama, rupanya lokasi hotel cukup jauh dari bandara. Supir taxi yang berasal dari Turki berusaha mengajak ngobrol dalam bahasa Inggris yang ter-patah2 apalagi melihat penampilan saya dan anak yang memakai jilbab.
Tiba di hotel Lucia, dimana anak lelaki saya sudah menunggu. Rupanya semua formalitas check in sudah dilakukannya, karena dia juga memiliki konfirmasi pemesanan hotel, apalagi di dalam passportnya tercantum nama akhir yang sama. Tentu tidak ada alasan bagi resepsionis untuk menolaknya. Tinggal menambahkan biaya makan pagi saya senilai 12 Euro/pax. Mahal juga ya.... kalau dikurs, sekitar 175 ribu per pax untuk makan pagi yang sangat biasa. Oups ..... melanggar "peraturan" bahwa kalau sudah berani jalan ke negeri orang, dilarang berhitung pengeluaran dalam rupiah.
Kami langsung istirahat. Ngantuk juga, jetlag dan stress juga mengingat ada koper yang "hilang". Sore itu atau setara dengan tengah malam menjelang pagi waktu Indonesia, karena perbedaan waktu 6 jam, kami keluar lagi untuk mencari makan malam yang ringan, di kantong dan juga yang relatif mudah diperoleh, mengingat kami tiba pada hari Natal, 25 Desember 2016, hari libur dimana hanya sebagian kecil saja restoran yang buka. Beruntung anak saya tiba beberapa hari sebelumnya, sehingga dia sudah melakukan "advance survey" lingkungan tempat kami menginap. Dimana lokasi resto Mac D, stasiun metro alias subway terdekat serta rute trem/bus kota. Jadilah kami makan di Mac D yang letaknya hanya sekitar 300m dari hotel.
Pernah dengar istilah mestakung alias semesta mendukung? Istilah ini mungkin untuk merujuk pada sugesti. Jadi .... kalau kita merasakan/menginginkan sesuatu, maka sugestikan hal tersebut, terutama yang sifatnya postif, agar semesta turut mendukung agar apa yang kita inginkan dapat terjadi. Repotnya adalah kalau perasaan tersebut sifatnya negatif dan kita tidak dapat lepas dari pikiran negatif tersebut .... maka repot kalau semesta mendukung hal negatif tersebut.
Dengan pikiran yang masih terbebani dengan "raibnya" koper, keesokan harinya kami kluyuran ke pusat kota ... Stephenplatz. Sebetulnya .... karena ini adalah kunjungan ke 2 kalinya ke Vienna, seharusnya kami mencari lokasi lain untuk dikunjungi. Kondisi yang kurang menyenangkan ini mempengaruhi perasaan sehingga ada keengganan untuk kluyuran, apalagi sisa jetlag masih menggelayuti. Jadi.... setelah putar2 sekeliling dan makan siang, kami memutuskan untuk kembali ke hotel, menuntaskan kantuk ..... untuk kemudian keluar lagi, mencari restaurant untuk makan malam. Tentu saja ... berharap agar koper sudah menunggu kami di hotel. ...