Rabu malam, tepat pada hari dimana Indonesia merayakan hari Kartini, memperingati hari lahirnya perempuan Jawa yang dianggap pelopor "persamaan hak antara lelaki dan perempuan Indonesia, sekitar jam 20.15 saya pergi ke citos alias Cilandak Town Square untuk beli roti. Belakangan ini, anakku lagi doyan roti dari salah satu bakery yang ada di Citos itu. Biasanya kalau ke Citos jam segitu, kecuali jum'at malam, parkir sudah agak kosong. Namun malam itu, pelataran parkir masih sangat penuh.
Naik ke lantai dasar, saya agak kaget karena hampir tidak ada area kosong di sepanjang pedestrian utama. Semua penuh dengan stand yang bertuliskan lady's day. Oh... baru ingat bahwa setiap hari Rabu, Citos menyelenggarakan Lady's day dan saya baru menyadari bahwa hampir 99.9% isi both berkaitan dengan "PIRANTI" perempuan. Yang terbanyak sudah pasti.... BAJU.... lalu assesoris baik berupa kalung, gelang yang etnis maupun logam dengan desain modern.
Hari ini ...., sehari setelah perayaan Hari Kartini, menjelang pulang kantor, seorang rekan dari Manado datang dengan sepupunya. Rekan dari Manado itu memang selalu mampir ke kantor, sebagian besar untuk mengantarkan makanan khas Manado baik berupa ikan bakar, sayur mayurnya bahkan klappertaart dan dodol Manado yang harum lembut dan menjadi kesukaan saya.
Sang sepupu, rupanya pedagang berlian yang baru saja selesai menjajakan dagangannya di suatu pertemuan "ibu2 jetset dan sosialita" Jakarta. Di kamar kerja rekan saya, dia membuka "barang dagangan"nya dan memamerkannya pada rekan saya yang kemudian mencoba beberapa barang di antaranya.
Sambil menjelaskan barang-barang dagangan bertatahkan berlian berharga puluhan bahkan hingga ratusan juta untuk berlian soliter berukuran 2,5 cts, dia dengan bangganya menceritakan bahwa dalam satu kesempatan .... seorang pejabat dan istrinya memborong 10 unit barang dagangannya. Bayangkan .... andai rata-rata harga perhiasan yang diambilnya itu senilai 75 juta per unit, maka dia telah menghabiskan dana sebesar 750 juta, 3x bayar katanya alias 3 @ 250juta.
Lalu mengalirlah cerita mengenai klien-klien alias para pelanggannya yang rata-rata seringkali membeli berlian berharga ratusan juta rupiah. Tidak itu saja.... dia juga mengatakan bahwa di dalam mobilnya masih ada tas perempuan merek Hermes crocos asli seharga 750 juta atau tas Hermes seperti yang dipakainya seharga 90 juta rupiah.
Bosan mendengar celotehan yang menurut saya "nggak mutu" karena memang bukan "level" hidup saya, pelan-pelan saya mengundurkan diri dan kembali ke ruang kerja saya. Nggak mutu dan bukan level saya, bukan berarti merendahkan mereka yang memiliki selera seperti itu, tetapi lebih dikarenakan saya memang tidak atau belum masuk kategori perempuan-perempuan yang mampu membeli barang2 mahal tersebut. Memang mutu dan level saya masih sangat rendah...
Lamat-lamat masih terdengar "undangan" rekan kerja saya agar dia datang ke beberapa arisan yang diikutinya dimana banyak ibu-ibu sosialita dan istri pejabat baik level daerah maupun level nasional menjadi anggotanya. Disana..., katanya dagangan berlian seharga ratusan juta biasa diperebutkan seperti membeli pisang goreng.
Entah apa yang ada dalam pikiran ibu Kartini bila mengetahui bahwa perempuan Indonesia yang diperjuangkan pendidikan dan hak-haknya sebagai manusia masih belum beranjak dari "baju dan perhiasan"...
Naik ke lantai dasar, saya agak kaget karena hampir tidak ada area kosong di sepanjang pedestrian utama. Semua penuh dengan stand yang bertuliskan lady's day. Oh... baru ingat bahwa setiap hari Rabu, Citos menyelenggarakan Lady's day dan saya baru menyadari bahwa hampir 99.9% isi both berkaitan dengan "PIRANTI" perempuan. Yang terbanyak sudah pasti.... BAJU.... lalu assesoris baik berupa kalung, gelang yang etnis maupun logam dengan desain modern.
Hari ini ...., sehari setelah perayaan Hari Kartini, menjelang pulang kantor, seorang rekan dari Manado datang dengan sepupunya. Rekan dari Manado itu memang selalu mampir ke kantor, sebagian besar untuk mengantarkan makanan khas Manado baik berupa ikan bakar, sayur mayurnya bahkan klappertaart dan dodol Manado yang harum lembut dan menjadi kesukaan saya.
Sang sepupu, rupanya pedagang berlian yang baru saja selesai menjajakan dagangannya di suatu pertemuan "ibu2 jetset dan sosialita" Jakarta. Di kamar kerja rekan saya, dia membuka "barang dagangan"nya dan memamerkannya pada rekan saya yang kemudian mencoba beberapa barang di antaranya.
Sambil menjelaskan barang-barang dagangan bertatahkan berlian berharga puluhan bahkan hingga ratusan juta untuk berlian soliter berukuran 2,5 cts, dia dengan bangganya menceritakan bahwa dalam satu kesempatan .... seorang pejabat dan istrinya memborong 10 unit barang dagangannya. Bayangkan .... andai rata-rata harga perhiasan yang diambilnya itu senilai 75 juta per unit, maka dia telah menghabiskan dana sebesar 750 juta, 3x bayar katanya alias 3 @ 250juta.
Lalu mengalirlah cerita mengenai klien-klien alias para pelanggannya yang rata-rata seringkali membeli berlian berharga ratusan juta rupiah. Tidak itu saja.... dia juga mengatakan bahwa di dalam mobilnya masih ada tas perempuan merek Hermes crocos asli seharga 750 juta atau tas Hermes seperti yang dipakainya seharga 90 juta rupiah.
Bosan mendengar celotehan yang menurut saya "nggak mutu" karena memang bukan "level" hidup saya, pelan-pelan saya mengundurkan diri dan kembali ke ruang kerja saya. Nggak mutu dan bukan level saya, bukan berarti merendahkan mereka yang memiliki selera seperti itu, tetapi lebih dikarenakan saya memang tidak atau belum masuk kategori perempuan-perempuan yang mampu membeli barang2 mahal tersebut. Memang mutu dan level saya masih sangat rendah...
Lamat-lamat masih terdengar "undangan" rekan kerja saya agar dia datang ke beberapa arisan yang diikutinya dimana banyak ibu-ibu sosialita dan istri pejabat baik level daerah maupun level nasional menjadi anggotanya. Disana..., katanya dagangan berlian seharga ratusan juta biasa diperebutkan seperti membeli pisang goreng.
Entah apa yang ada dalam pikiran ibu Kartini bila mengetahui bahwa perempuan Indonesia yang diperjuangkan pendidikan dan hak-haknya sebagai manusia masih belum beranjak dari "baju dan perhiasan"...