Selasa, 06 Juli 2010

Mencari Endek yang hilang

Tenun Ikat Bali - Endek
Sejak terbetik berita DTM bermaksud mengadakan perjalanan liburan bersama ke Bali, saya berniat untuk mencari endek di ranah kelahirannya. Terakhir saya menjumpai dan memperolehnya, juga di ranah kelahirannya adalah 21 tahun yang lalu pada kesempatan yang sama pula, yaitu perjalanan bersama keluarga DTM. Bedanya, tentu saat itu anak pertama saya masih berumur 6 tahun dan sekarang, kami pergi bersama anak kedua yang berumur 12 tahun. Bahkan salah satu peserta perjalanan 21 tahun yang lalu sudah meninggal dunia beberapa hari sebelum DTM melakukan perjalanan liburan bersama pada awal bulan Juli 2010 yang baru lalu.

Beberapa hari sebelum keberangkatan kami, saya menghubungi keponakan suami yang tinggal dan bekerja di Denpasar untuk mencari endek, tentu dengan menyertakan ciri - cirinya. Sayang, sang keponakan sama sekali tidak bisa menemukannya. Ternyata bukan saja karena dia tidak mengetahui jenis kain yang dimaksud. Maklum saat endek sedang merajai dunia fashion di tanah air, dia masih kanak-kanak.

Merasa akan mengunjungi ranah kelahiran Endek, saya berpikir akan mencarinya sendiri. Tentu akan lebih menyenangkan karena akan dapat memilah dan memilih endek sesuai dengan kehendak hati.

Maka .... hari kedua, di Bali ... tanah kelahirannya, saya sempat menanyakan keberadaan endek kepada Komang, supir sekaligus pemilik APV yang membawa kami melakukan perjalanan liburan. Memang .... perjalanan yang konon diberi judul DTM Gathering .... ternyata malah "memandirikan" pesertanya. Seluruh acara selama 4 hari 3 malam di Bali, diisi dengan acara bebas.

Nah kembali pada si Endek, tahukah anda siapa dia? Kepada Komang, saya tanyakan keberadaan tenun ikat Bali yang pada tahun 80 an begitu menguasai ranah fashion di Indonesia. Bahkan mengalahkan dominasi batik. Dimana - mana tenun ikat Bali digunakan baik sebagai gaun maupun kemeja. Bahan, warna dan motifnya begitu beragam.

Di tanah kelahirannya, tenun Ikat Bali ternyata lebih dikenal sebagai Endek. Dialah yang saya cari, di tengah membanjirnya beragam motif batik dari Sabang hingga Merauke. Ternyata .... Endek memang sudah sukar ditemukan dijajakan orang baik sebagai bahan untuk dibuat kemeja/gaun, kain pantai atau sarung. Dari puluhan kios penjual kain pantai, hanya beberapa saja yang menjual kain pantai endek. Itupun dari jenis yang bermutu rendah .... kain tipis dengan tenunan benang jarang.

Sempat juga mencari di berbagai toko yang mengkhususkan diri menjual souvenir khas Bali, mereka hanya menjual endek berbentuk sarung pantai yang dari motifnya kurang cocok dibuat blouse atau kemeja.


motif Rang-rang Tenun Ikat Troso - Jepara
Hari terakhir di Bali, keponakan suami berkesempatan menemani kami dan mengajak ke mencari endek di jalan Sulawesi Denpasar, yang merupakan pusat penjualan kain, Kesanalaah kami berburu endek. Dalam belasan toko yang kami masuki, hanya ada 4 toko yang menjual endek meteran yang dapat digunakan untuk blus atau kemeja. Sementara batik Jawa, mulai dari batik motif Megamendung gaya Cirebonan, Jawa Tengah (motif Solo, Jogja, Pekalongan dll) maupun Jawa Timuran seperti Batik Tubanan dan Madura, sekedar menyebut motif yang saya kenal menguasai pusat penjualan kain. Memang ada kain motif Bali seperti yang sering digunakan para penari, namun tetap saja terlihat dengan sangat kasat mata bahwa Batik Jawa sudah "menjajah" ranah kelahiran Endek.

Ironi sekali .... saya merasa kehilangan endek sang TENUN IKAT justru di tanah kelahirannya. Tenun ikat Bali justru kehilangan pamor dan tempat kelahirannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...