Selasa, 26 Oktober 2010

Frustasi Jakarta

Bulan2 lalu, ada wacana untuk memindahkan fungsi ibukota Negara dari Jakarta ke tempat lain. Ramai – ramai ditolak dengan alasan karena pemindahan ibukota tidak akan mengurangi kemacetan dan banjir.

Alasan ini memang masuk akal dan betul sekali pemindahan fungsi ibukota Negara tidak akan menyelesaikan problematika Jakarta yang sudah carut marut. Masalah mendasarnya adalah pertumbuhan Jakarta sudah melewati daya dukung wilayahnya dilihat dari berbagai segi.

Lihat saja dari jumlah penduduk, kalau saja semua orang yang bekerja di Jakarta harus bertempat tinggal juga di Jakarta, maka kepadatan kota menjadi sangat tinggi. Jumlah rumah yang dibutuhkan pasti tidak akan bisa ditampung dalam wilayah Jakarta yang cuma secuil. Itu sebabnya perumahan melebar ke pinggiran/wilayah Jabodetabek. Sudah begitupun, fasilitas kota (air – listrik – sanitasi kota, pembuangan sampah), transportasi dll untuk mendapatkan kualitas hidup yang layak tetap belum bisa terpenuhi dan menurut saya tidak akan pernah terpenuhi dalam 1 – 2 dekade lagi.

Kalau memang fungsi Jakarta sebagai ibu kota Negara, secara politis untuk kepentingan warga/pemerintah daerah dll yang mengecap berbagai privilege sebagai bagian dari “orang pusat” enggan ditanggalkan, kenapa tidak memindahkan saja fungsi Jakarta sebagai Pelabuhan utama (Tg Priok) ke wilayah lain. Sebut saja misalnya Batam atau Makasar. Dengan demikian minimal arus lalu lintas dan segala keribetan kegiatan pelabuhan tidak menumpuk di Jakarta dan Jakarta hanya ditujukan sebagai kota pelayanan jasa (keuangan – IT – perdagangan dll). Kan banyak contohnya seperti Perancis dengan kota pelabuhan Marseille, Belanda dengan Rotterdam, Jerman dengan Hamburg – nya.

Kita berharap karenanya, pelayaran domestik akan berkembang dan hidup (kan katanya nenek moyangku orang pelaut…), ada gairah untuk kemajuan di wilayah lain dan industri yang «memberatkan» pulau Jawa akan pindah mendekati «pusat» ekonomi baru.

Ya… sekedar unek2 dari orang yang frustasi karena kemarin sore saya harus menempuh 3 jam untuk jarak 8 km saja….
salam

3 komentar:

  1. emang sepertinya wacana alternatif yang bisa mengurangi kusutnya Jakarta harus diangkat... stressssss kalo pas dapet tugas mesti rapat dipusat kota Jakarta, gak pake banjir aja udah bikin mumet.
    Alhamdulillah ngantor dipinggiran Jakarta, rumah juga masuk Jakarta coret, jadi gak begitu kena efek macetnya Jakarta...
    BTW, sekarang saya sekantor lho sama ponakan Bu Lina, Reggie...
    Tadinya kupikir anaknya Bu Lina, soalnya dibelakang namanya menyandang nama Koestoer... ternyata putra dari another Koestoer...:)

    BalasHapus
  2. dunia sempit ya...? memang Reggie kerja dimana (lokasi n bidangnya)

    BalasHapus
  3. Iya... dunia emang terasa sempit.... :)
    di Areva T&D (dan segera akan berubah menjadi Alstom Grid), kontraktor Electrical mechanical, kantornya di Kawasan Industri Pulogadung..

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...