Bandung - Parijs van Java... ceunah...!!!
Itu dulu kali ya....
Perkenalan saya dengan Bandung pertama kali, konon pada tahun 1957, masih bayi... Jadi nggak inget apa2. Kunjungan ke dua di tahun 1965. Saat itu, bapakku ditugaskan untuk membuka cabang pembantu suatu bank di Garut yang berada + 60 km di tenggara kota Bandung. Perjalanan Jakarta - Bandung ditempuh dalam waktu 4 jam melalui puncak yang masih berkabut dan lembah jembatan Rajamandala. Asyik ..... nggak ada kemacetan. Walaupun belum ada aspal hotmix yang licin, jalan raya yang dibalut dengan aspal goreng itu lumayan mulus. Jadi empat jam dalam Toyota canvass - jeep pun ditempuh dengan nyaman.
Bandung, sejak jaman dulu memang menjadi kota tujuan wiasata akhir pekan. Di tahun 60an itu, Bandung sangat nyaman dan masih layak menyandang nama Paris van Java. Rumah-rumah jarang yang berpagar besi. Biasanya antar tetangga hanya dibatasi dengan pagar kawat ayam yang ditutupi tanaman berbunga. Bunga dahlia dan gerberas/herbras menjadi pilihan utama penghias halaman rumah. Udara di Bandung pun masih sejuk. JAngan harap kita sanggup mandi di pagi hari tanpa air panas... Ditanggung, badan akan menggigil kedinginan ..
Konon .. jaman pembangunan yang hebat dan meriah sejak tahun 1970 an hingga sekarang ini mampu menyulap Bandung menjadi kota modern yang lagi-lagi masih menjadi kota tujuan wisata akhir pekan. Namun, yang menjadi pertanyaan ..., masih layakkah Bandung di sebut Parijs van Java?
Bandung di tahun 2005 sudah berubah total ... Maklum, sudah 40 tahun berlalu sejak perkenalan pertama saya dengannya. Dahlia dan gerbera sudah jarang ditemui di halaman rumah. Pagar tanaman berbunga telah berganti dengan jeruji besi yang tinggi. Kabut yang mampu membuat kita meninggikan keras jaket tebal di malam hari telah menyingkir digantikan oleh penyejuk ruangan. Bukit Dago yang rindang telah berganti dengan hutan beton. Bahkan kerimbunan pohon di jalanan kawasan pasteur - dago - cihampelas - cipaganti dan sekitarnya yang menjadi kawasan elite Bandung telah coreng moreng dengan maraknya factory outlet, distro, cafe dan berbagai label gaya hidup instant masa kini.
Dengan berfungsinya jalan bebas hambatan CIPULARANG, Bandung, kini dapat ditempuh dalam waktu "katanya" hanya 2 jam dari Jakarta. Sejak beroperasinya Cipularang, sudah 3 kali saya mengunjungi Bandung. 2 kali kunjungan di hari kerja karena tugas kantor, memang mebuktikan"bualan" Jakarta-Bandung 2 jam. Maka pada "long week end" baru-baru ini, saya mengajak suami dan anak menghabiskan liburan di Bandung. Maklum, sejak issue batuknya gunung Tangkuban Parahu, anak gadis saya merasa enggan untuk pergi ke Bandung. Takut meletus, katanya.
Nah ... rencana berangkat ke Bandung pada hari Kamis malam 1 september, terpaksa diundur karena suami harus latihan dengan the Professor-nya. Jadi, kami memutuskan berangkat jam 8 pagi hari Jum'at dan memperkirakan akan tiba di perumahan Gading Regency yang terletak di depan Makro - Sukarno Hatta pada jam 11 siang. Jadi, suami punya cukup waktu untuk bersiap melaksanakan shalat Jum'at.
Demikianlah ... tepat pada waktu yang ditentukan, kami berangkat dari rumah di kawasan lebak bulus - Jakarta Selatan, menuju jalan tol Cawang - Cipularang tepat jam 8.00 pagi. BAru lepas dari Cawang Interchange ... kemacetan sudah membayang. Jadilah, mobil beringsut tanpa tahu apa yang terjadi dan ini berlangsung hingga lepas dari exit Cibitung. Rupanya tersendatnya arus mobil disebabkan oleh menyempitnya jalur dari 4 lajur menjadi 2 lajur setelah Cibitung (bottle neck) ... Waduh ..... walhasil, jam 11.00 kami baru mencapai kawasan Bukit Indah - Cikampek.
Timbul keraguan, apakah akan keluar di Sadang - Purwakarta untuk makan siang sekaligus shalat jum'at dulu atau langsung ke Bandung. Hitung punya hitung, akhirnya kami memutuskan untuk langsung ke Bandung saja. Beruntung, kami memonitor arus kendaraan melalui El Shinta dan membatalkan kunjungan ke rumah adik di kawasan Setra Duta (exit Pasteur) yang sudah macet sejauh 5 km menjelang toll gate dan langsung menuju exit Buah Batu.
Alhamdulillah ... tepat saat adzan Dhuhur, mobil berada di mesjid perumahan Gading Regency. Jadi suami masih sempat ikut shalat Jum'at. Keesokan harinya (sabtu), saat berwisata ke gn Tangkuban Parahu, kami harus bermacet ria sejak di exit Pasteur hingga Lembang pulang - pergi. Masuk kota Bandung dan menyusuri Dago - Cihampelas dan sekitarnya....??? Wah, nggak lah yaw.....Kami sudah bukan remaja lagi yang bisa menikmati kemacetan luar biasa kota Bandung saat week end.
Masih mau menghabiskan long week end ke Bandung????
Mungkin ya.... Untuk beli batagor bungsu, bolen apel di Prima Rasa/Kartika Sari atau Brownies kukusnya Amanda .. yoghurt Cisangkuy. Tapi.. pesan dulu sebelumnya ya, biar nggak kehabisan. Maklum... orang Jakarta hobbi ngabisin duit ke Bandung sih....!!!
Yang paling layak dicintai adalah cinta itu sendiri dan.. Yang paling layak dimusuhi adalah permusuhan itu sendiri #BadiuzzamanSaidNursi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺
Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa Mensholatkan kita... Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...
-
3/5 Berusaha dan terus berusaha. Hari itu, adalah hari ke 14 menstruasi ... Masih sederas hari pertama dan tidak ada tanda-tanda mereda...
-
Sebelum tulisan ini dilanjutkan, saya perlu meminta maaf terlebih dulu pada mereka yang berprofesi sebagai supir pribadi. Sungguh, tidak ...
-
Hari ini, Sabtu 18 Agustus 2007, majelis rumpi dibuka kembali. Mestinya classe conversation dimulai Sabtu tanggal 11. tapi karena hari sa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar