Jumat, 10 Februari 2012

SUKARNYA MERAIH PAHALA


Sosok bungkuknya tertatih-tatih saat berjalan di pagi hari. Bukan saja dikarenakan beratnya beban yang disandang. Yaitu beban berat dari sekitar 10 lembar keset anyaman perca kain. Tetapi usianya memang terlihat sudah tidak muda lagi walaupun sukar untuk menerka usia sebenarnya. Kesulitan dan penderitaan dalam mempertahankan hidup di tengah keganasan ibukota, bisa membuat orang terlihat jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Tetapi, melihat postur tubuhnya yang sudah membungkuk, bisa diduga bahwa usianya sudah lebih dari 60 tahun. Entah seberapa tinggi badannya saat muda dulu. Yang pasti, kini tingginya tidak lebih dari batas pinggang saya..... Tidak lebih dari satu meter saja.

Kakek tua itu, entah siapa namanya, biasa ditemui pada pagi hari sekitar jam 07.00 – 08.00. Biasa berjalan terbungkuk-bungkuk, menyusuri sepanjang jalan lebak bulus I, jalan H. Nasihin, jalan lebak bulus 2 atau jalan lebak bulus 4. Di bagian salah satu dari ke empat jalan itulah kami biasa berpapasan dengannya saat mengantar anak sekolah. Kalau tidak salah dia tinggal di kawasan Cilandak Barat. Begitu jawabnya saat kami menanyakan tempat tinggalnya. Cukup jauh perjalanan dan ruang edarnya saat menjajakan dagangan. Sayangnya kami selalu luput dan merasa tergesa-gesa untuk sekedar menanyakan secara detil, lokasi tempat tinggalnya itu. Atau jujurnya... tidak mau meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk seorang tua biasa ...

Tanpa terasa, ternyata sudah beberapa tahun ini kami tidak melihatnya lagi. Entah apakah dia sehat atau sedang dalam keadaan sakit. Badannya yang ringkih. Pekerjaannya yang berat tanpa asupan makanan yang baik, tentu akan dengan mudah terserang penyakit. Kemungkinan yang terburuk adalah ... kakek tua itu sudah dipanggil Yang Maha Kuasa?. Ah ...... Semoga dia masih sehat dan absennya menjajakan keset hanya dikarenakan hujan lebat yang akhir-akhir ini melanda Jakarta. Ingin sekali kami membantu meringankan bebannya. Apa saja yang mampu kami lakukan untuk itu,

Ternyata mewujudkan keinginan tersebut tidaklah mudah. Kesempatan bertemu dengannya bagaikan menunggu undian keberuntungan yang entah kapan bisa mendatangi kami. Sangat sukar diduga. Pada kenyataannya, seringkali kami berpapasan dengannya saat sedang tergesa-gesa mengantar anak yang kesiangan bangun sehingga tidak memiliki waktu cukup untuk menyapanya. Beberapa kali kami berpapasan dalam kepadatan jalan, sehingga kami merasa sukar berhenti untuk sekedar menyapanya. Atau mungkin, ada rasa enggan, yang malu untuk kami akui, untuk sekedar menyapa orang kecil. Ah .... kami memang berusaha menepis rasa enggan itu.

Di lain waktu, pertemuan itu terjadi saat kami sedang dalam posisi yang tidak memungkinkan untuk menghentikan kendaraan. Bahkan yang paling sial adalah saat kami sama sekali tidak membawa dompet, sementara di kotak penyimpan koin/uang di mobilpun tidak tersisa sedikit uang yang bisa diberikan padanya. Jadi hilanglah kesempatan meraih pahala.....

Di lain kesempatan, saat kami keluar rumah pada jam-jam biasa dengan penuh niat untuk memberikan dan sudah menyiapkan segala sesuatu untuknya, maka dia lenyap bagai ditelan bumi, walau kami sudah berusaha menyusuri jalur yang biasa dilaluinya Tidak terlihat sosok bungkuknya yang tertatih-tatih dengan beban keset perca kain. Dan itu berlangsung hingga berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Seperti saat ini.... beberapa tahun kemudian, saat kusadari bahwa kakek tua itu lenyap tanpa bekas..

Itu sebabnya, ketika bersiap mengantar anak berangkat ke sekolah, saya dan suami saling mengingatkan untuk membawa dompet sambil bergurau .... ”Ayo..... siap-siap untuk menggapai pahala...”

Lebak bulus 6 februari 2007 jam 22.30 - reedit 10 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...