Rabu, 24 Agustus 2016

SNOBISME dalam KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Belakangan ini, kita sering kali mendengar kata SNOB diucapkan kala melihat perilaku sebagian masyarakat atau bahkan kalangan dekat kita sekalipun yang dianggap berperilaku berlebihan. Berlebihan baik dalam penampilan, tutur kata, perilaku dan sikap, mungkin agar dianggap, dilihat, dihormati dan karenanya diperlakukan sebagai orang atau golongan dengan strata sosial tertentu yang pada umumnya dilihat dari sudut pandang kekayaan, keterkenalan (selebritas) maupun intelektualitas. Walaupun belum ada survei, namun secara pandangan sosial, orang Indonesia yang memiliki sikap snob cukup banyak. Perilaku snob bisa melekat dan menjangkiti siapa saja. Bahkan bukan tidak mungkin, tanpa disadari, kita sendiri merepresentasikan perilaku snob tersebut.

Konon, maksud dan dari kata snob bisa digolongan dari 2 jenis perilaku. Yang pertama adalah perilaku orang yang senang meniru gaya hidup atau selera orang lain yang dianggap lebih daripadanya tanpa perasaan malu; dan yang kedua adalah perilaku orang yang suka menghina dan meremehkan orang lain yang dianggap lebih rendah pengetahuannya daripadanya; atau orang yang merasa dirinya lebih pintar daripada orang lain di sekeliling atau lingkung pergaulannya.

Singkatnya “snob” adalah orang yang sok. Sok tahu, sok mengerti, sok kaya, sok pintar, sok kuasa, sok suci dan sok-sok lainnya. Padahal, tanpa disadarinya, orang disekitarnya tahu bahwa sikap "sok" adalah sikap yang berlawanan dengan kenyataan yang ada pada dirinya.
Misalnya saja ... Sok kaya, padahal yang bersangkutan tidak kaya. Sok tahu ilmu filsafat, padahal membaca buku - buku filsafat saja, tidak pernah atau bahkan apa maksud filsafatpun, dia tak mengerti. Ada orang yang sok pintar dan karenanya banyak omong supaya dianggap pintar, padahal lulus S-1 butuh waktu 10 tahun .... seperti saya hehe ..... .

Tapi, yang ini, saya nggak setuju .... karena masa kuliah, terutama buat generasi yang tahun angkatan kuliah sebelum tahun 1980 an, kuliah itu jarang bisa diselesaikan tepat waktu. Banyak masalah yang dihadapi, misalnya karena jadwal dan sistem perkuliahan tidak jelas sehingga yang bersangkutan sibuk bekerja sampai akhirnya lupa menyelesaikan kuliahnya.

Baru mulai angkatan 1980an lah jadwal perkuliahan dengan sistem SKS/semester berjalan ketat sehingga mahasiswa harus dan wajib menyelesaikan masa kuliah S1 paling lama, kalau tidak salah, 1,5 x jumlah total semester atau 1,5 x 8 semester alias 12 semester atau 6 tahun. Akibatnya.... anak jaman sekarang memang lebih banyak menekuni jadwal kuliahnya. Istilah umumnya kupu-kupu alias kuliah - pulang, kuliah - pulang. Mahasiswa sekarang umumnya berlomba-lomba lulus dengan predikat cum laude dalam waktu sesingkat-singkatnya, yaitu 3,5 tahun atau 7 semester saja. Ini sangat dimungkinkan dengan adanya semester pendek di akhir tahun ajaran.

Contoh lainnya adalah orang yang sudah menunaikan ibadah haji, walaupun tidak semua, seringkali merasa dirinya lebih suci daripada yang belum berhaji. Tetapi... seringkali juga masyarakat sekitarnya yang memperlakukan para haji dan hajjah itu secara berlebihan. Dianggap lebih mumpuni dalam hal agama, padahal belum tentu. Jadi memang ada yang "merasa lebih suci/alim". Nah ini yang disebut snob .... tapi apapun juga, menurut saya, berhaji/menunaikan ibadah haji adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang muslim. Lepas dari apakah seseornag memang lebih "tahu" mengenai agamanya tetapi minimal peristiwa menunaikan ibadah haji diharapkan menjadi tonggak untuk kemudian yang bersangkutan menjadi orang dan pribadi yang lebih baik dalam segala hal. Jangan sampai berhaji dan berumrah berulangkali tapi bermaksiat, terutama korupsi jalan terus.
Perilaku snob lainnya yang banyak terlihat dalam masyarakat adalah yang berkenaan dengan gelar akademis. Banyak orang mengejar dan kemudian menyematkan gelar S1,S2,S3 baik di depan maupun di belakang namanya. Bahkan kalau perlu gelar professorpun harus pula disandangnya. Mengajar di berbagai universitas menjadi kebanggaan yang harus dan sangat layak disisipkan di dalam riwayat hidup, supaya dianggap pandai, hebat dan intelek. Tidak lagi peduli apakah gelar-gelar tersebut digunakan sudah sesuai dengan ilmu pengetahuan yang sudah diserapnya atau tidak.
Konon, ada beberapa macam snob dilihat dari cara dan perilaku orang tersebut berperilaku, antara lain:
  1. The Name Snob: adalah orang yang selalu menyebut benda dengan cara menyebut merek terutama bila merek yang disebutnya dikenal sebagai merek dagang "kelas premium". Misalnya Si A naik angkot, tapi ketika ditanya temannya dia naik apa, dia mengatakan naik Mercy.
  2. Kennedy-it is Snob: Kebiasaan manusia untuk menutup-nutupi asal usul yang sebenarnya. Misalnya orang yang berasal berasal dari keluarga sangat sederhana, tetapi selalu memakai pakaian bagus dan bermerek supaya dikira berasal dari keluarga berada.
  3. Auto-Phobia Snob: perilaku manusia, biasa disematkan pada perempuan dengan sebutan cewek materialis. Ketika cowok barunya mengajak jalan-jalan naik motor, maka tiba-tiba dia bilang sedang masuk anginlah, capek lah, dll. Hal ini disebabkan karena perempuan tersebut memang berasal dari keluarga berada yang tidak pernah naik motor. Selalu naik mobil, sehingga ada rasa takut bila berkendaraan motor.
  4. Shopping Secrets Snob: Ini adalah perilaku orang yang kemampuannya atau selalu berkeinginan berbelanja di toko yang menjual barang-barang murahan tetapi malu kalau sampai ketahuan teman. Maka, dia menyuruh orang lain untuk membeli barang diinginkannya.
  5. Bling Bias Snob: Perilaku masyarakat atau orang yang menilai kesuksesan orang lain hanya dari segi kekayaannya saja. Tidak kepada kepribadiannya, kepandaiannya, dll. Atau bahkan dia tidak peduli apakah kekayaan tersebut diperoleh dari dan dengan cara-cara yang halal atau cara yang haram.
  6. Food Fears. Seringkali, kita bertemu rekan atau keluarga yang sok gengsi. Tidak mau makan di warteg dengan alasan kesehatannya kurang terjamin dan alasan lain-lainnya. Yang bersangkutan juga seringkali menonjolkan diri seolah-olah dia terbiasa makan di restoran mahal. Padahal sebetulnya, dia belum pernah makan di restoran berkelas.
  7. Label Mania Snob; Nah ..... yang satu ini, rasanya sangat umum di Indonesia. Gila merk. Sepatu, baju, arlojo, dan lain-lain yang digunakannya harus dari merk terkenal. Tidak peduli atau mungkin jugatidak tahu kalau barang yang dibelinya barang imitasi. Atau.... kalaupun barang asli, maka saat memakainya, selalu diupayakan agar orang disekitarnya melihat, tahu dan sadar bahwa yang bersangkutan memakai barang bermerek.
  8. Gift Gripes Snob: Perilaku ini juga sangat menyebalkan, yaitu orang yang melihat dan menilai pemberian dari orang lain dari harga barang yang diterimanya. Semakin mahal harga barang pemberian tersebut, maka dia menganggap pemberinya adalah teman baiknya.
  9. Supermarket Snobbing Snob; Ini adalah perilaku orang yang meremehkan orang lain dari apa yang dibelinya saat berbelanja. Misalnya saja, kala dia melihat ada orang membeli kangkung, si pembeli kangkung itu dianggapnya sebagai orang kampung atau miskin.
  10. Pet Peeves Snob; Memelihara binatang piaraan yang mahal-mahal, memang seringkali identik dengan kebiasaan orang berada. MAka orang yang memiliki binatang peliharaan yang membutuhkan biaya tinggi dan diluar kemampuannya, sehingga harus berhutang, juga merupakan salah satu perilaku snob jenis ini.
  11. Knowing All Snob. Ini yang paling banyak di Indonesia. Yaitu sikap yang sok tahu dan sok mengerti segala-galanya, padahal latar belakang pendidikannya, pengalaman kerjanya atau pengalaman hidupnya tak mendukung. Memang belum tentu benar. Bisa saja dia menguasai bidang pengetahuan diluar pekerjaan atau latar belakang pendidikannya karena yang bersangkutan gemar membaca. Tetapi .... lama kelamaan, tentu akan terlihat apakah orang tersebut termasuk jenis snob atau bukan.
Kira-kira.... begitulah dan begitu banyak jenis snob atau sok yang ada dan tumbuh dalam masyarakat. Initinya, snob adalah pendapat atau sikap/perilaku yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang snob.
Bukankah lebih baik mengamalkan ilmu padi? Semakin berisi, semakin merunduk ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...