Selasa, 09 Agustus 2005

Bu Menteri Tak Rela Kursinya Diduduki

Ini kisah nyata istri pejabat yang merasa harus lebih dihormati dari pejabatnya itu sendiri. Tadinya saya berpikir bahwa cerita-cerita ini hanya rumor dari orang-orang yang irihati saja. Eh ternyata betul-betul ada. Aduh.... hari gini, masih ada aja perempuan yang gak malu-malunya sok kuasa di atas posisi suaminya... Nggak ngaca dia kali ya....???? Kondisi ini benar-benar melecehkan martabat perempuan. Tulisan di bawah diambil dari Kompas Minggu 7 Agustus 2005
salam
---------------------------

Walaupun nama menterinya tidak disebut, tetapi ini kejadian nyata, bukan cerita dunia lain yang ada penampakannya.

Cerita berawal ketika dua wartawati gigih berupaya mewawancarai seorang menteri. ”Besok pagi banget kita nyegat Pak Menteri. Katanya dia mau buka acara pekan olahraga 17 Agustus,” kata Inah, seorang wartawati, kepada rekannya sesama wartawati, Surti.

Sejak embun pagi masih turun, keduanya sudah menunggu di Kantor Bapak Menteri. Saat itu Pak Menteri sudah berapi-api berpidato tentang pentingnya berolahraga walaupun negeri lagi werit (susah). Ibu Menteri, eh istri sang menteri maksudnya, yang berpakaian training berdiri di sebelah Pak Menteri. Manggut-manggut.

Sepuluh menit berlalu, Bapak Menteri pun turun dari podium. Pak Menteri yang pagi itu berkacamata berlensa kuning pun duduk di kursi yang ada di depan meja bundar.

Kedua wartawati dan beberapa wartawan lainnya langsung mengerubuti Bapak Menteri. Mereka menanyakan isu terhangat saat itu. Inah dan Surti sengaja duduk di kursi sebelah Pak Menteri yang memang kosong. Saat itulah kehebohan terjadi. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kerumunan wartawan. Telunjuknya mengacung. ”Ayo, bangun, bangun, Mbak! Ibu Menteri marah, dia mau duduk,” kata seorang bapak yang ternyata ajudan Pak Menteri.

Kedua wartawati pun berdiri. Si Ibu Menteri pun mendekat. Wajahnya masam, mungkin lebih masam dari jeruk yang ada di meja Pak Menteri.

”Lain kali bilangin ya, jangan ada yang duduki kursi saya. Ajarin sopan santun tuh wartawan. Saya ndak mau kursi saya didudukin orang,” katanya bersungut-sungut. Suaranya lumayan keras di antara wawancara wartawan dengan Pak Menteri. Dada Inah dan Surti sesak juga antara marah dan merasa ganjil melihat adat Bu Menteri.

Eh, seusai wawancara dengan Pak Menteri, sang ajudan mendekat. Dia meminta kedua wartawati itu menyalami Ibu Menteri. Mungkin maksudnya sebagai ice breaker, menetralkan perasaan Ibu Menteri.

”Ini Ibu Menteri, Mbak. Ini Ibu Sesmen...,” kata ajudan itu mengenalkan. Namun, rupanya si Ibu Menteri masih marah melihat wartawati yang tadi menduduki kursinya. Dengan ketus dia menegur, ”Lain kali kursi saya jangan diduduki ya! Saya tidak suka! Mengerti!”

Seorang pegawai kantor Bapak Menteri itu mengaku terkejut dengan polah Bu Menteri. ”Saya baru tahu tabiat Bu Menteri sekarang. Kok kayak begitu ya marahnya, cuma gara-gara kursi saja,” kata sang pegawai mengeluh. Kursi menteri lain, Mas, enak dan empuk.... (VIN/ANA)
--------------------
Silahkan anda cek berita ini langsung ke Kompas.com
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/08/sosok/1954048.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...