Rabu, 01 Februari 2006

BACANG pertamaku …..


“Bu …  bacangnya berantakan….”
Suara Dedeh mengalun keras, membangunkan syaraf otak kesadaranku yang sudah nyaris hilang ditelan lelah dan kantuk. Waduh …, gimana nih? Ini kecelakaan yang maha dahsyat ! Hari Jum’at kemarin, aku sudah sesumbar di kantor. Week end aku akan membuat bacang sendiri di rumah dan hasilnya akan kubawa ke kantor pada hari Senin untuk dimakan oleh seisi kantor.

“Berapa banyak yang rusak?”
“Belum dihitung …., tapi yang utuh masih lumayan banyak kok …. Masih ada sekitar 50an”.
Wah … lumayan juga . Masih bisa dibawa ke kantor, hari Senin, termasuk untuk dibagi-bagi dengan orang-orang di rumah dan sebagian lagi untuk keponakan-keponakanku.
*****

Keinginan untuk membuat bacang, penganan khas cina, mirip lontong isi berbentuk segi 4 terpuntir yang dibungkus daun bamboo, itu muncul secara tiba-tiba saja. Minggu lalu, saat melintas di pelataran parkir kantor, entah mengapa, terpandang daun-daun bamboo kuning yang menjurai. Cukup besar dan lebar untuk dijadikan pembungkus bacang. Padahal …. sungguh mati, pokok bamboo kuning itu sudah hampir 10 tahun tegak berdiri di halaman kantor, tanpa terpikir sedikitpun untuk dimanfaatkan sebagai pembungkus bacang. Mungkin situasinya memang sedang mendukung. 

Hari Minggu kemarin adalah tahun baru Cina … Imlek. Jadi selain tulisan gong xi fat cay terpampang di mana-mana, mungkin aura Imlek meruah kemana-mana dan mempengaruhi suasana hatiku. Apalagi ditambah dengan kondisi keuangan yang sedang moncer … maklum, baru terima gaji. Ditambah lagi, memang sudah ada rencana untuk belanja rutin bulanan ke Makro. Jadi dengan enteng, rencana dibuat …. Bikin bacang ayam … Nggak tanggung-tanggung … dua jenis sekaligus.. Bacang beras dan bacang ketan …. Lagaknya seperti yang sudah mahir membuat bacang.

Beberapa bulan sebelumnya, Jetty, teman kursus di CCF Wijaya, pernah cerita tentang kebiasaannya membuat bacang yang kini sudah mulai meluntur karena sulitnya menemukan daun bamboo yang besar di daerah tempat tinggalnya di Bintaro Jaya. Sejak saat itu, memang sudah terbersit keinginan untuk mencoba membuat bacang sendiri. Tapi keinginan itu tidak terlalu serius, karena bacang memang bukan salah satu makanan favoritku. Tapi begitulah, mungkin karena dalam suasana menjelang Imlek, maka tiba-tiba muncul keinginan yang tak tertahankan untuk membuat bacang.

Hari Kamis pagi, begitu tiba di kantor, kusampaikan order kepada pak Utjen … untuk mengambil daun bamboo yang besar sebanyak 150 lembar … Kira-kira cukup untuk sekitar 50 - 60 buah bacang. Begitu rencanaku. Jum’at sore hari, sambil menenteng tas kresek berisi daun bamboo, otakku sudah berputar membayangkan bagaimana cara membungkus bacang. Aku juga sama sekali tidak memiliki bayangan bagaimana cara menghilangkan bulu halus di sekujur daun bamboo yang bisa menimbulkan rasa gatal. Ah … tanya Jetty saja besok sabtu di ccf. Beres!!

Usai belanja di Makro pada hari minggu dan shalat dhuhur, aku mulai mencuci beras dan ketan. Menumis daging ayam giling campur jamur untuk isinya. Dandang besar untuk memasak sudah disiapkan, diisi air dan ditaruh di atas kompor. Bagaimana sebetulnya membuat bacang yang baik dan benar …..??? Sungguh mati … aku nggak tahu. Belum pernah baca resepnya. Cuma bermodal logika saja …. Bacang adalah sejenis arem-arem (lontong isi – jawa). Cuma pembungkus dan adonan isinya saja yang agak berbeda. Tentu cara membuatnya tidak jauh berbeda. Jadi membuat bacang ini, betul-betul modal nekat, termasuk di dalamnya mengingat-ingat lilitan daun bamboo kala membuka bacang yang sering kubeli di Carrefour lebak bulus.

Ternyata …… membentuk bacang yang mulus dengan daun bamboo sepanjang rata-rata 25 cm itu bukan hal yang mudah. Berkali-kali acara bungkus membungkus diulang untuk mendapatkan bentuk bacang yang bagus. Wadaw….. kalo tahu susah begini, lebih baik beli yang sudah jadi di Carrefour. Nggak keluar tenaga dan “effort” yang besar … Bentuknya bagus dan ditanggung (belum tentu) enak…. Ini untuk menghibur diri. Tapi, bagaimana dengan beras dan ketan yang sudah di “aron” dan tumisan daging ayam yang sudah menunggu untuk dikerjakan dan dirapikan.

Duh …., terpaksalah berjibaku dengan dibantu Dedeh dan ibuku, mereka-reka bentuk bacang agar mirip dengan yang biasa di jual orang … Walhasil, target untuk makan malam dengan bacang terpaksa diubah … Bacangnya belum matang ……

Begitulah akhirnya, bacang-bacang eksperimen pertamaku …. Bentuknya tidak terlalu mulus. Hanya ada beberapa saja yang bagus bentuknya. Konon, kata suami, bacang eksperimen itu sudah agak “mirip” dengan yang biasa disantapnya. Dia , yang biasa rewel soal “rasa”, sudah menikmatinya dengan tenang tanpa komentar “pedas” yang biasa tercetus kalau menemukan rasa yang kurang pas …. Nggak tanggung-tanggung … 3 buah bacang ludes disantap tengah malam itu sepulang dari latihan bersama the Professor’s band. Sekalian sahur katanya, Kalau nggak makan dengan benar, nanti puasa hari seninnya bermasalah …. Pusing dan masuk angin.

Teman-teman kantor, kelihatannya cukup puas menikmati sarapan pagi bacang-bacang yang kubawa. Entah memang karena rasanya cukup enak… atau mereka sungkan untuk berkomentar akan bentuk bacang tidak semulus seperti yang dibayangkan. Ada guyonan di kantor … yang gratis “pasti” enak. Tapi biar saja….. Kalau tidak membuatnya sendiri, kita tidak akan pernah tahu bahwa membungkus bacang itu ternyata SULIT … bo’ ……!!!!

4 komentar:

  1. salute mbak lina tuk bacangnya.
    terbayang sulitnya ngebungkus si bacang jadi setitiga penuh.
    salam

    BalasHapus

  2. Duh, mba Lina...hebat niih bisa bikin bacang sendiri. Pasti susyaaah ya bikinnya....mau dong mba tips buat bacangnya. Liat fotonya jadi ngiler ^_^. Makasih sebelumnya.

    BalasHapus
  3. Walah .. walah ... gak tahu gimana ngasih tipsnya .....
    Resep isinya aja kira2 ....
    Cara membungkusnya masih asal jadi.
    Teman kantor yang originally Chinese, bilang ... cara bungkusnya salah ... hehe ...
    Malu deh saya......
    btw thanks ya komentarnya

    BalasHapus
  4. Iya Syl .....
    Aslinya nggak seindah foto lho ....
    Mungkin di Myanmar ada juga sejenis bacang ...
    Belajar dong Syl , terus bagi2 pengalamannya di MP

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...