Minggu lalu, saya dapat email lagi dari Tiu, teman kuliah seangkatan, di arsitektur dulu. Untuk yang kedua kali, dia meminta saya untuk jadi Reviewer tugas mahasiswa dalam mata kuliah Real Estate, khususnya untuk study kelayakan proyek. Bidang ini memang pekerjaan saya selama lebih dari 15 tahun.
Kembali ke kampus dan berbagi pengetahuan dengan mahasiswa, rasanya sangat menyenangkan. Teringat masa 20 tahun yang lalu saat membimbing mahasiswa jurusan Interior Trisakti melaksanakan kerja praktek di kantor saya yang pertama. Melibatkan mereka menyiapkan dokumen tender yang mencakup design, anggaran biaya, time schedule serta membimbing penyusunan laporan kerja praktek. Yang sangat mengharukan adalah saat mereka berkunjung lagi ke kantor dan mengucapkan terima kasih. Nilai kerja praktek mereka mendapat nilai A. Dan itu yang pertama kali terjadi di jurusan tersebut, karena apa yang tersaji dalam laporan tentang pengalaman selama kerja praktek serta dokumen pelengkapnya memang sesuai dengan maksud dan tujuan yang ditetapkan jurusan. Ada rasa haru, karena pengalaman yang mereka dapatkan selama kerja praktek itu bisa menjadi referensi kerja praktek bagi generasi selanjutnya.
Saya beruntung, bisa meluangkan waktu, keluar dari kantor sepanjang pagi tanpa ada keberatan dari pemilik perusahaan. Toh hanya 1x per semester .. Jadi, tidak mengganggu jadwal kerja. Apakah ini jalan bagi saya untuk beralih profesi ...? Entahlah ... masih jauh dari bayangan.
Kelihatannya, dunia kampus memang menyenangkan ... terlihat santai, egaliter dan lebih fleksibel dalam mengatur waktu. Yang lainnya .... ?? Namanya bekerja, pasti akan selalu ada intrik, pengelompokan minat dan persaingan ...
Repotnya ..., masa iya sih bapak-ibu dan anak, semuanya jadi guru/dosen? Sepertinya ... sempit sekali dunia kerja/profesi yang bisa dimasuki? Cukup suami dan anak sajalah yang masuk ke dunia pendidikan.....
lingkungan campus menyenagkan koq mbak, so...why not???
BalasHapusJujur saja ... saya nggak "pede" ngajar mahasiswa. Di lingkungan akademik, jenjang pendidikan/keilmuan itu diperhatikan sekali. Sementara saya cuma karena pengalaman di lapangan saja, gak ada teory2 an.
BalasHapusMau sekolah lagi, (S2) kelihatannya juga nggak terlalu mendukung kalau niatnya cari ilmu, karena pengajarnya jelas bukan orang lapangan - kebanyakan teory (ini juga komentar suami saya - dosen), kecuali kalo niatnya hanya untuk gelar saja, supaya bisa ngajar .... Gak tahu deh .. masih pikir2, maklum sudah uzur, jadi lebih banyak malasnya. BTW, thanks komentarnya
dikasih dong alamat dan nomor telepon tempat belajar reiki? terima kasih. Salam, Lisa
BalasHapus