Kamis, 19 Oktober 2006

Susahnya memegang AMANAH

Hari Jum'at minggu lalu, usai shalat maghrib dan berbuka puasa, kami pergi ke komplek sekolah Islam A-A menjemput anak gadis kami yang sedang menghadiri acara buka puasa bersama sekaligus menandai penutupan acara Pesantren Kilat dan akhir masa belajar, menjelang hari Raya Idul Fitri. Tengah memanggil anak gadis kami, yang sedang berjalan beriringan dengan teman kelasnya, datang pak Sonny ... mantan Ketua Komite Sekolah periode sebelumnya, menghadang mobil kami, "memaksa" suami untuk turun dan ngobrol sejenak. Suami akhirnya turun dan ngobrol dengan beberapa orang bapak-bapak. Saya sendiri akhirnya turun juga, masuk ke aula mesjid menemui beberapa guru yang sedang asyik menyantap hidangan dan menyapa beberapa orang tua murid yang kebetulan saya kenal.

Sejak adanya perubahan kebijakan pendidikan seiring dengan masuknya kepala sekolah baru kira-kira 2 tahun yang lalu, saya memang mengurangi keterlibatan dengan sekolah. Entahlah... pada pertemuan pertama dengan kepala sekolah baru tersebut, saya memperoleh kesan yang tidak menyenangkan. Jadi ceritanya, saya agak mutung setelah "berdebat keras" berdua dengannya, sebelum peserta rapat anggota komite sekolah saat itu berkumpul. Bukan karena kesal argumentasi saya dipatahkan, entahlah... ada perasaan tidak percaya terhadap sosok kepala sekolah tersebut.Maklum pada "kesan pribadi" yang buruk itu, tidak perlu ditularkan kepada orang lain, maka kemudian saya mengundurkan diri dari kepengurusan Komite Sekolah. 

Setelah anak kami bosan dan lelah dengan acara sekolahnya, kamipun pamit. Di tengah perjalanan pulang suami saya tiba-tiba bicara :
"Ada berita buruk dari sekolah..."
"Ada apalagi?"
"Yayasan dan Komite Sekolah berseteru .... ada penggelapan uang sebesar +/- 400 juta oleh sekolah yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, termasuk dana bos. Komite Sekolah sendiri sudah dikebiri oleh sekolah sehingga tidak dianggap lagi"
"Apa iya  SDI itu mendapat BOS? Kalaupun ya... apa jumlahnya sebesar itu? BOS dan disalurkan sesuai dengan jumlah murid... rasanya terlalu berlebihan deh..."
"Nyatanya ... menurut pak Sonny, Guru-gurupun turut menjadi korban ulah Yayasan. Waktu libur kemarin (bulan Juli), mereka tidak mendapat gaji penuh ... Kan kasihan... masa begitu cara memperlakukan guru?. Itu sebabnya Komite kemudian menunjuk pengacara untuk menyelesaikan masalah ini karena perseteruan ini sudah menjurus hal yang destruktif. Jangan sampai nanti Yayasan main keras dengan membekukan kegiatan sekolah."

Aduh .... kepalaku mendadak pusing ... terbayang bagaimana nasib anak-anak sekolah itu. Mungkin ini resiko memasukkan anak kesekolah yang baru didirikan (SD ini memang baru 6 tahun berdiri, setelah sebelumnya hanya membuka pendidikan tingkat playgroup dan TK). Memindahkan anak ke sekolah lain, bukanlah hal yang mudah. Selain biaya, anak kami sudah begitu sangat menyukai lingkungan sekolah, teman-teman dan bahkan guru-gurunya. Pasti dia akan banyak bertanya sebab musabab kami memindahkannya ke sekolah lain dan penjelasan kami akan menyebar di sekolah ... Hal ini tentu akan memperkeruh suasana sekolah. Apalagi kabar yang kami terima masih kabar angin sepihak, yaitu dari para orang tua yang masih terlibat dalam komite sekolah. Belum ada penjelasan versi sekolah/yayasan itu sendiri.

"Coba tanya ibunya Filza atau Zaid ... mungkin kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan sebenarnya. Cerita pak Sonny itu sepotong-sepotong, loncat sana- loncat ini. Sukar digabungkan.. apalagi saya masuk ddi tengah obrolan mereka", begitu suami saya mengusulkan.
"Aduh ... nggak ah, kalo tanya sama ibu-ibu, malah makin nggak keruan... banyak imaginasi ibu-ibu yang berbau gosip.  Nanti malah memperkeruh suasana. Atau tanya pak Saichul".
"Dia juga sudah berhenti! ssttt ... nous arretons de parler ceci. ta fille nous entends attentivement. Elle va apprendre des mauvais images sur son ecole alors qu'on ne sais pas exactement ce qui s'est passe"

Duh ... kok kelihatannya gawat sih kondisinya... semua orang berhenti.
"OK .... gini deh, besok malam, kita shalat di masjid. Temuin pak SM usai tarawih dan tanyakan ke dia apa yang terjadi. Saya akan telpon bu Mei besok dari kantor. Daripada kita penasaran dan menanyakan pada orang yang kurang tepat".  
“OK deh … semoga tidak separah yang kita duga… Semoga ada yang bias kita Bantu untuk menyelesaikan masalah ini. Memang tidak mudah mengelola sekolah.”

Begitulah ... pagi ini saya sempatkan untuk menelpon sekolah. Ternyata guru-guru sudah mulai libur. Lalu saya mengirim sms dulu ke ibu MLT menanyakan keberadaannya. Semoga dia belum pulang kampung. Tidak berapa lama, ada missed call di layar hp yang langsung saya call back … suara ibu MLT terdengar di seberang …

“Assalamualaikum bu, … maaf mengganggu. Langsung aja nih … hari jum’at lalu, saat buka puasa, kami mendengar kabar kurang menyenagkan tentang sekolah. Apakah ibu berkenan menceritakan kepada saya…?”
“Tentang apa, misalnya...?”
”Maaf bu ... saya hanya berusaha memperoleh kabar dari pihak yang berwenang (sekolah) agar mendapat gambaran yang lebih jelas tentang pengunduran diri kepala sekolah, tentang penyalahgunaan dana dan perseteruan antara Komite Sekolah dengan Yayasan yang terjadi akhir-akhir ini di sekolah”
”Hm ... ya, saya berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Kepala Sekolah diberhentikan oleh Yayasan karena kasus penyalahgunaan keuangan sekolah, antara lain uang sekolah dan kegiatan anak, uang tabungan murid, dana BOS. Sekarang sudah dilaporkan dan diproses polisi”.
”Lho ... kenapa bisa terjadi ....? Bukankah selama ini uang sekolah langsung dibayarkan ke tata usaha Yayasan?”
”Ya .... tapi kemudian petugas tata usaha dipaksa menyerahkan seluruh uang-uang yang diterima melalui tata usaha kepada kepala sekolah dengan dalih, dia yang akan menyetorkan ke rekening yayasan di bank”.

”Masya Allah ......., lalu bagaimana dengan perseteruan dengan Komite Sekolah...?”
”Komite Sekolah meminta rapat dengan kepala sekolah untuk berbicara mengenai masalah keuangan, karena banyak kegiatan sekolah yang sebtulnya sudah ditarik dananya dari murid, tapi pelaksanaannya Komite masih dimintakan bantuan dana. Jadi Komite menduga pengurus Yayasan menyalahgunakan dana. Keadaan yang sebenarnya adalah, dana sudah diserahkan penuh oleh Yayasan kepada kepala sekolah, namun yang digunakan hanya sebagian. Sebagian lagi digunakan untuk kepentingan pribadi”
”Wah ... miscommunication dong jadinya antara Yayasan dengan Komite...!”

”Ya..., Kepala sekolah memang sudah menciptakan suasana dan sistem yang membuat komunikasi antara guru-komite-yayasan menjadi terputus. Bahkan untuk urusan mengangkat telpon pun, dia yang menanganinya.
”Pantas... setiap kali saya menelpon sekolah, selalu saja pak SA yang mengangkat...”
”Ya, begitulah .... tapi Alhamdulillah sudah terselesaikan ... Komite dan Yayasan sudah bertemu hari Senin yang lalu. Semua persoalan sudah dibeberkan dengan sejelas-jelasnya. Yayasan berjanji untuk menutupi segala kerugian keuangan sekolah akibat penyalahgunaan kepala sekolah tersebut”.

”Syukurlah ... Ibu, selamat juga bahwa ibu ditunjuk sebagai kepala sekolah pengganti. Semoga ibu mampu memegang amanah ini untuk kebaikan sekolah, guru-guru dan anak-anak didik. Selamat Mudik ya... semoga selamat diperjalanan, Minal Aidin wal Faidzin”
”Terima kasih ... mohon doanya ya...”

Duh ... lega rasanya, persoalan itu bisa terselesaikan dengan baik. Cuma.... lagi-lagi keperihan menyelinap di dalam hati ....Saya teringat sekelumit isi surat yang saya layangkan kepada kepala sekolah tersebut saat memprotes AC ruang kelas yang tidak juga diperbaiki selama 2 bulan ....
”Kegiatan pengajaran/pendidikan dan administrasi yang dikelola oleh Yayasan/Sekolah sekaligus merupakan ajang pembelajaran bagi anak murid untuk menghargai waktu, komitmen dan integritas dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.”

Bayangkanlah ... Sekolah Dasar Islam ... yang mengajarkan nilai dan norma agama kepada anak muridnya, ternyata disusupi oleh orang-orang yang berniat busuk untuk memperkaya diri sendiri.... Apa yang sudah terjadi dengan moralitas sebagian dari para pendidik di Indonesia?

Catatan :A-A bukan perguruan Al Azhar, hanya kebetulan ada kesamaan inisial

10 komentar:

  1. kalau udah berurusan dengan duit.....maka iman tebal bisa tipis. he...he.

    BalasHapus
  2. Duh Bun,
    Aku yakin masalah ini hanya sedikit dibandingkan dengan ke dzaliman yang udah banyak dilakukan oleh orang yang berkuasa.. Semoga kita dikuatkan iman yah.. Amin.. Salam kenal

    BalasHapus
  3. iya... ya ...!
    Apalagi buat yang tinggal di Jakarta

    BalasHapus
  4. Betul sih In ... Tapi bayangkan dong ... Ini kan sekolah ... tempat anak-anak kita dididik. Anak2 kan selalu mencontoh perbuatan orang dewasa di sekelilingnya. Apalagi sekolah Islam ... Terbayang nggak bagaimana jadinya anak-anak kita nanti kalau mereka dididik oleh orang2 yang munafik ...? Kan kita juga (orangtua) yang akan diminta pertanggungjawaban ola Allah SWT..
    Ngomong2, nama kamu kok sama dengan temen kantor saya ya...

    BalasHapus
  5. Mudah-mudahan Kepala Sekolah baru lebih amanah.

    BalasHapus
  6. duuuh, penyalahgunaan uang DOS?
    kasihan banget yg harusnya nerima DOS
    guru, harusnya jadi sosok yang digugu dan ditiru

    BalasHapus
  7. Eh mbak, gue juga dateng tuh diacara bukber hari jumat.sayang gak ketemu ya, soale gue pulang cepet, males makan disana.
    oOO jadi ternyata masalah ini ya, pantesan bulan ini bayar uang sekolah biasanya di TU sekolah skrg kudu ke yayasan langsung. Pak KepSek itu yg mana sih?

    BalasHapus
  8. Udah diniatin, kali... Bukan dana BOS saja yang ditilep. Tapi juga uang pangkal anak2.
    Untungnya Yayasan bertanggung jawab. Mereka akan mengganti semuanya. Tapi untuk itu si kepsek sudah dilaporkan ke polisi. Konon sekarang sudah ada dibalik jeruji.

    BalasHapus
  9. Iya... bener bu, ternyata itu sebabnya uang sekolah harus langsung dibayark ke kantor Yayasan.
    Kep Sek nya konon sedang berada di RS Polri Kramat Jati. Kena serangan jantung saat ditangkap polisi atas laporan Yayasan. Tapi jangan cerita ke ibu2 yang lain di sekolah ya...

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...