Senin, 12 November 2007

Mendadak donor darah

Kalau ada suatu perbuatan yang tidak pernah terbayangkan akan dikerjakan pada saat usia sudah menjelang maghrib, maka itu adalah menjadi donor darah. Padahal, karya tulis yang saya buat saat duduk di bangku kelas 3 SMA yang menjadi prasyarat ujian akhir, juga berkaitan dengan darah à judulnya Peredaran Darah Manusia. Karya tulis yang kemudian menjadi salah satu karya tulis terbaik dari kelas IPA.

Sejak awal saya memang tidak suka melihat darah. Warnanya mencekam, apalagi baunya sangat tidak sedap. Amis...!!! Betul-betul sangat tidak menyenangkan. Apalagi kemudian, ada trauma yang berhubungan dengan darah selama bertahun-tahun akibat perdarahan yang saya alami selama hampir 7 tahun. Padahal, sebagai perempuan, darah menjadi bagian keseharian. Minimal, dia hadir satu minggu dalam setiap bulan kecuali saat hamil atau sudah memasuki periode menopause. Tetapi begitulah yang terjadi, seolah tanpa sadar, malam itu,saat mendengar berita bahwa adik saya membutuhkan darah menjelang operasi tumor, saya spontan mengajukan diri menjadi donor darah. Tanpa rencana, tanpa persiapan.

Saat itu, sabtu sore 6 oktober 2007 adik ipar saya menelpon menceritakan kondisi adik yang kurang baik dan memberitahu kebutuhan darah untuk ditransfusi pada hari minggu sebagai persiapan operasi. Spontan saja, saya jawab bahwa saya bersedia untuk menjadi donor. Sama sekali tidak terbayangkan, bahwa untuk memperoleh 1.500cc darah, ternyata membutuhkan minimal 6 orang donor. Entah darimana harus mengumpulkan orang sebanyak itu.

Usai berbuka puasa, saya berangkat ke PMI Kramat via RSCM menjemput adik ipar. Sendiri, karena suami sedang itikaf di At Tin – Taman Mini. Jalan di akhir pekan itu ternyata cukup macet. Butuh waktu 90 menit dari lebak bulus ke RSCM. Pakai salah, lagi. Saya membayangkan PMI masih berlokasi tidak jauh dari jalan Paseban. Ternyata, PMI sudah pindah ke sebrang apotik Titi Murni walaupun masih sama-sama di jalan Kramat Raya.

PMI, seperti biasa sangat ramai dengan calon donor. Sumpek dan kacau balau. Orang yang baru pertama kali berurusan dengan darah, pasti bingung kemana harus mencari informasi bagaimana prosedur permintaan darah atau untuk menjadi donor. Kami hanya melihat ada satu counter di sebelah kiri pintu masuk yang dilayani oleh dua orang perempuan yang dipenuhi manusia. Entah apa yang dikerubungi oleh manusia-manusia tersebut.

Saya masuk ke ruang tunggu, yang belakangan saya tahu ruang tersebut diperuntukkan untuk calon donor yang sudah lolos screening dan hanya menunggu panggilan untuk diambil darahnya saja. Adik ipar saya menyodorkan formulir donor yang sudah diisinya dan tinggal ditandatangani saja.  Sekitar jam 21.00 keluarganya berdatangan untuk mendonorkan darahnya. Kami, akhirnya berenam yang bermaksud mendonorkan sedikit darah, sabar menunggu. Ipar saya harus “menjaga” tumpukan formulir yang sudah dimasukkan ke counter depan, karena kalau tidak, aka nada banyak orang yang menyelipkan uang kepada petugas agar lebih cepat dilayani. Counter itu sendiri merupakan saringan pertama untuk memperoleh data golongan darah dan kadar Hb dari calon donor.

Sekitar jam 23.00, saya baru mendapat giliran untuk di screen kadar Hb dan golongan darah. Alhamdulillah, baik hasilnya. Kadar Hb saya 14,6, cukup tinggi dibandingkan dengan syarat minimum kadar Hb yang dipersyaratkan untuk menjadi donor, yaitu 12,5.

Usai saringan pertama, lalu menunggu kembali untuk diperiksa tekanan darah. Sayang, malam itu hanya 2 orang saja yang bisa lolos saringan. 3 perempuan tidak lolos screening. Dua di antaranya karena sedang menstruasi sedangkan satu lagi karena kadar Hb nya tidak memenuhi syarat. Sedangkan satu orang lelaki gagal menjadi donor walaupun prasyarat Hb memenuhi. Konon, dia masih mengkonsumsi antibiotic untuk menyembuhkan influenza, sehingga tidak diijinkan untuk menjadi donor .

Pada jam 23.45, kami masuk ruang donor untuk diambil darahnya. Cukup singkat, hanya 10 menit saja. Jujur saja, saya tidak berani melihat saat jarum ditusukkan pada lengan kiri saya, maupun aliran darah yang mengalir masuk ke dalam kantung. Warnanya yang merah pekat itu membuat saya mual. Untung saja semua berjalan dengan baik, Dari keduanya diambil masing – masing 350cc. Konon katanya, darah tersebut kemudian akan diproses lagi selama 12 jam sehingga hanya 500cc darah saja yang akan bisa diperoleh.

Usai mencuci tangan, saya langsung menuju tempat parkir mobil. Meminum teh hangat bermadu yang sudah disiapkan dari rumah dan sepotong roti. Malam itu, saya pulang sendiri dan tiba di rumah sekitar jam 00.45. Beruntung sekali, walau baru sekali itu mendonorkan darah, semua berjalan baik-baik.

Kebutuhan darah memang belum tercukupi pada malam itu. Untunglah, hari minggu 7 Oktober 2007, diperoleh bantuan lagi sehingga kebutuhan darah sebanyak 1500cc pun tercukupi. Alhamdulillah.
*****

Entah bagaimana kebijakan penyediaan darah serta manajemen donor darah yang dilakukan oleh PMI maupun rumah sakit. Yang jelas, seperti di banyak kesempatan di tempat-tempat umum,, budaya antri, menghormati hak-hak orang lain dalam pelayanan public sama sekali terabaikan. Bisik-bisik untuk memberikan “sekedar uang lelah” bagi petugas penerima agar lebih cepat dilayani dengan menempatkan formulir di “jalur cepat”, mewarnai rangkaian proses menjadi donor darah.

Petugas melayani dengan sikap yang jauh dari keramahan. Ditambah lagi dengan gerombolan calon donor yang memenuhi meja kerjanya. Lengkaplah sudah alasan untuk membenarkan terjadinya kesemrawutan pelayanan public. Entah sampai kapan kita mampu membenahi pelayanan public.

Reedit 14 Oktober 2007, lebak bulus jam 10.20

5 komentar:

  1. aku bisa ikut ngrasain mba.... pernah ikut heboh disana cari darah tuk om yg kena cirosis... memang memprihatinkan. smoga cepet brubah.

    BalasHapus
  2. Sampai 7 tahun pendarahan? Sekarang sudah gpp Mme? Gak ada efeknya?
    Donor darah saat puasa... hebat!

    BalasHapus
  3. YA.. semoga pelayanannya cepat berubah. karena yang datang adalah orang2 yg butuh, bukan obyek untuk memperkaya diri. salam

    BalasHapus
  4. sekarang sudah baik, efeknya apa? saya juga nggak tahu. Yang pasti, sepertinya saya mengalami menopause dini, tapi satu tahun yang lalu ob-gyn bilang secara klinis saya masih menstruasi. Ah nggak tahu deh... yang penting saya merasa sehat. itu lebih penting

    BalasHapus
  5. Bener, memang sehat kog! Seger slalu penampilannya ^_^

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...