Ini sekedar berbagi pengalaman, semoga bermanfaat bagi ibu2 muda yang sedang hamil dan akan melahirkan. Semoga bermanfaat.
Tahun 1983 yang lalu, saat saya hamil pertama di suatu negara Eropa, tetangga saya, orang Indonesia juga, hamil anak yang ke 3 dan kami selalu berdiskusi tentang kehamilan.
Teman saya itu selalu menggerutu, bahwa dokter di Eropa sama sekali tidak memberi perhatian yang baik atas kehamilannya. Alasannya karena dokter tidak memberikan vitamin untuk menambah kesehatan ibu dan jabang bayinya. Sementara di Indonesia, setiap pulang dari pemeriksaan kehamilan, dia akan membawa sekantung besar vitamin yang harus dikonsumsi setiap hari. Kala pemeriksaan berikutnya, saya menanyakan hal yang sama pada dokter (perempuan), dengan bijak dia mengatakan... bahwa vitamin banyak terdapat pada apa yang kita makan... Jadi jangan membuang uang untuk suatu hal yang tidak pada tempatnya.
Sayur, buah2an, daging, ikan dan lain2. Kalau kita bisa memperoleh yang alamiah, mengapa harus yang buatan. Kita harus percaya, yang alamiah, bila dikonsumsi cukup dan dengan cara pengolahan yang benar, akan jauh lebih baik dari bahan-bahan sintetis/kimiawi. Lalu beliau menjelaskan tips/tricks mengatur menu dan cara pengolahan makanan yang baik.
Tiba saat melahirkan, dengan sabar para perawat melayani kebutuhan saya dan menanyakan apakah saya ingin memberikan ASI exclussive atau memerlukan susu formula untuk bayi. Pagi hari setelah melahirkan (saya melahirkan jam 23.45), perawat yang bertugas memberikan satu butir tablet khusus untuk memperlancar ASI, dan sejak saat itu saya dimintakan untuk menyusui anak (kamar bayi selalu terletak di antara 2 kamar rawat yang dibatasi kaca, sehingga ibu bisa langsung melihat dan merawat bayinya) setiap bayi membutuhkan. Perawat sama sekali tidak memberikan susu formula kepada bayi saya. Seperti biasanya ibu baru melahirkan (secara normal), saya mengalami kesulitan untuk menyusui bayi, apalagi selama 2 hari buah dada membengkak (karena produksi ASI berlebih, tapi tidak keluar dengan sempurna). Dengan penuh kesabaran, perawat mengkompres, memijat dan banyak hal lain untuk membantu agar bayi dapat menyusui langsung dari ibunya. Kadang perawat memijat buah dada saat saya menyusui. Begitu telatennya mereka.
Ini berbeda sekali saat saya melahirkan anak ke dua di Indonesia.
Begitu saya melahirkan (caesar), saya sudah wanti2 bilang sama perawat dan dokter anak, bahwa saya ingin menyusui bayi secara eksklusif. Dengan harapan, tentunya, mereka akan memberikan catatan permintaan tersebut pada kartu ibu/anak. Yang terjadi adalah, bayi saya menolak disusui, karena sudah kenyang oleh susu formula. Saat saya protes, perawat dan dokter hanya menyatakan bahwa saya perlu banyak istrirahat dan bayi saya perlu tambahan susu formula karena produksi ASI saya belum keluar secara maksimal.
Alih-alih membantu agar produksi ASI meningkat, mereka malah berupaya keras agar bayi saya mengkonsumsi susu formula. Akhirnya, setelah berdebat keras, dokter anak dengan muka masam mengijinkan saya membawa bayi ke kamar selama masa rawat di RS. Dan setelah kejadian tersebut dokter anak tidak lagi menjenguk bayi saya.
Saya sungguh tidak perduli, bahwa dokter anak tersebut tidak lagi menengok anak. Hanya saja, saya tidak habis pikir, bagaimana etika sebagai dokter. Seharusnya dia tahu bahwa ASI adalah hak bayi dan dia bertugas untuk membantu sekuat tenaga agar bayi mendapat yang terbaik (ASI) terutama di awal kehidupannya. Alih2 melakukan hal tersebut, dokter anak malah bertindak (maaf) seolah-olah sebagai supplier makanan (dalam hal ini susu formula) bayi. Tindakan ini sungguh membodohi masyarakat dan menurut saya sangat merugikan kita semua. terutama merugikan hak anak2 (bayi) Indonesia.
Rupanya, para ibu harus bersikap kritis dan tahu apa yang menjadi hak-hak baik bagi si ibu maupun bayi yang baru dilahirknannya. Kalau tidak, secara tidak disadari kita akan masuk kepada jeratan industri makanan bayi.
Semoga pengalaman ini, bisa menjadi masukan bagi ibu-ibu muda yang berniat memberikan ASI exclussive bagi bayinya nanti.
salam.
Dibaca dan diresapi mbak. Buat bekal di masa datang. Merci...
BalasHapusBukannya dokter anak bertindak begitu sudah menjadi rahasia umum di Indonesia mbak ^_^
BalasHapusTapi kayaknya sekarang program/kampanye ASIX udah makin gencar di sana ya...semoga begitu adanya.....biar bayi2 tidak hilang haknya......
Coba lakukan survey Mme, skrg dokter selalu menyarankan ibu untuk melahirkan sebelum waktunya, HIS dipaksa dgn infus, pdhal bayi dan tubuh punya alarm alamiah kpn saat yg tepat untuk melahirkan.
BalasHapusButuh atau tidak, hampir semua bayi dgn berbagai alasan katanya perlu dimasukkan ke incubator, atau disinari UV.
Pokoknya memaksimalkan fasilitas RS.
Percaya atau tidak, perut saya cuma masuk angin disuruh opname 2 hari, untung saya menolak, meluk botol air hangat 2 jam aja sembuh kog..
Bnyk deh..
Boleh tuh angkat 1 topik khusus untuk bicarakan etika para dokter kita sekarang.
Asyik.... nunggu undangan ya Lit....!!!
BalasHapusJadi pasien di Indonesia memang kudu kritis....
Kelihatannya begitu dengan motor DR Utami Rusli. Yang jadi masalah juga, ada banyak ibu-ibu muda yang karena kurang pengalaman, nggak berani nanya/diskusi sama dokter yang merawatnya. Maklum aja, di Indonesia dokter kan seperta manusia setengah dewa... hehehe
BalasHapuswaduh...., kamu ada-ada aja deh.... Salah alamat lagi, nyruh saya survey. Mungkin LSM/YKAI yang harus lakukan survey seperti ini
BalasHapuswhat a great background you created.
BalasHapusThe lighthouse is great, and the nature!!!!wow!!!!!!!!!!! luxurious!
Ha ha.. Habis Mme yg care & peduli.. ^_^
BalasHapusunfortunately, it is'nt mine. Its from multiply-themes-modify community where people can upload themes and use it under certain condition
BalasHapusbaru saja 2 teman 'dimarahi' dokter krn dianggap 'rewel'. Alhamdulillah krn 'kerewelan'nya 2 anak mereka selamat, walau sempat masuk ICU seminggu di RS lain. sedih ya mba..
BalasHapusAlhamdulillah.... Menghadapi dokter jaman sekarang, ortu memang harus lebih kritis. Gak boleh pasrah bongkokan, karena nggak banyak lagi dokter yang masih idealis. Umumnya sudah sangat komersial
BalasHapus