Jumat, 06 Juni 2008

The Kite Runner


Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Khaled Hossaini
The Kite Runner is a novel by American author Khaled Hosseini. Published in 2003, it is Hosseini's first novel,[1] and was adapted into a film of the same name in 2007.

Buku ini berkisah tentang persahabatan yang berbalut pengkhianatan dan ketidaksetiaan antara dua dua orang lelaki dengan latar belakang masa pemerintahan kerajaan Afghanistan.

Amir, putra seorang pengusaha yang tumbuh sebagai lelaki yang lembut, penakut, senang membaca dan bercita-cita sebagai penulis, menuruni bakat ibunya. Mereka berasal dari kalangan Islam Sunni, yang merupakan mayoritas kepercayaan penduduk Afghanistan. Sedangkan Hassan adalah anak lelaki dari Ali, pelayan rumah tangga mereka yang berasal dari kaum Hazara dan umumnya dari kalangan Islam Syiah. Dalam kehidupan monarki Afghan saat itu, kaum Hazara dianggap sebagai kaum terpinggirkan.

Ibu Amir meninggal saat melahirkannya dan ayahnya, tanpa alasan yang diketahuinya terasa sangat "jauh" dari jangkauan sehingga Amir tumbuh tanpa kasih sayang. Satu-satunya orang dewasa yang dianggapnya mampu mengerti kebutuhannya akan kasih sayang adalah Rahim Khan, sahabat ayahnya dalam berbisnis.

Di luar kehidupan yang sepi dan menyendiri, Amir "bersahabat" dengan Hassan. Mungkin kata bersahabat sangat berlebihan mengingat perbedaan status mereka yang sangat dalam. Kesetiaan Hassan dalam setiap segi kehidupan sehari-hari dengan Amir lebih bersifat sebagai pelayanan seorang hamba yang tulus dan ikhlas walaupun mungkin dalam hati dia berharap demikianlah juga perasaan Amir kepadanya. Sementara Amir itu yang hidup serba ada, hidup dalam api "kecemburuannya" kepada Hassan. Dalam diri Hassan, Amir merasakan ada banyak kualitas yang diharapkan ayahnya kepadanya, yang tidak mampu diberikannya. Amir tidak suka permainan dan kegiatan maskulin seperti bermain sepakbola. Baba, demikian panggilan ayah Amir, seringkali melihat betapa Hassan selalu membela dan melindungi Amir.

Ada banyak petunjuk yang memperlihatkan betapa ayah Amir secara diam-diam memberikan perhatian yang berlebih kepada Hassan. Berlebihan bila dilihat dari statusnya sebagai hazara.Kecemburuan Amir atas keistimewaan yang diberikan ayahnya kepada Hassan seringkali dilampiaskannya dalam beberapa kebohongan dan pengkhianatan pada kesetiaan Hassan.

Pada jaman monarki Afghan, salah satu kegiatan yang banyak digemari orang adalah mengadu layang-layang. Setiap tahun selalu digelar turnamen yang selalu dipenuhi penonton. Suatu kali Amir bertekad untuk mempersembahkan kebanggaan kepada ayahnya dalam bentuk kemenangan Turnamen layang-layang; yaitu menjadi pemenang turnamen sekaligus memperoleh utuh layang-layang yang telah dikalahkannya.

Amir, dengan bantuan Hassan akhirnya memenangkan turnamen dan sambil menggulung benang layang-layang usai pertandingan, dia meminta Hassan mengejar layang-layang yang dikalahkannya. Hingga sore, Amir mencemaskan Hassan yang tidak muncul kembali dan dia memutuskan untuk mencari Hassan.

Akhirnya, Amir menemukan Hassan. di suatu pojok pasar berdebu. Amir melihat Hassan tengah berjuang melepaskan diri dari Assef dan kelompoknya yang memang selalu mencari kesempatan untuk mencederainya setelah suatu saat mereka dipermalukan Hassan, saat Hassan bermaksud melindungi Amir. Di depan matanya, Amir melihat Hassan diperlakukan tidak senonoh. Namun dia diam membeku, tidak berani membela Hassan sebagaimana yang selalu dilakukan Hassan kepadanya.

Dalam diam, mereka akhirnya pulang dan sejak saat itu Hassan menjauhinya sementara Amir terperangkap dalam perasaan bersalah. Perasaan bahwa dia telah mengkhianati Hassan.

Tak tahan dengan rasa bersalah, Amir mencari jalan agar Hassan dan Ali pergi dari rumahnya. Namun dia sangat terkejut, tatkala saatnya tiba dia mendapati ayahnya mengiba sambil menangis, meminta Ali dan Hassan tetap tinggal bersama mereka, apapun yang terjadi.

Kondisi politik di Afghan kemudian berubah dengan runtuhnya kerajaan. Pemerintahan kerajaan yang cenderung sekuler berganti dengan pemerintahan Taliban yang puritan. Amir dan baba berhasil keluar dari Kabul dan menetap di Amerika. Namun perasaan bersalah atas pengkhianatannya kepada Hassan tetap membuntutinya hingga bertahun-tahun kemudian. Sampai stau saat, usai kematian baba, atas permintaan Rahim Khan, Amir terbang ke Peshawar untuk "melakukan hal yang terbaik". Menguakkan mozaik hidupnya yang masih terpendam rahasia.

11 komentar:

  1. oh noooo....baru dibeliin buku ini bulan lalu, belum sempat baca. hehehe, 5 stars ya. pastinya maknyus.

    BalasHapus
  2. Makanya cepet2 dibaca dong.... Nanti kasih komentar lagi ya..

    BalasHapus
  3. love this story......, very touching.....,

    BalasHapus
  4. thank my fav.. sampe ga boleh dipinjemin hehehe..

    BalasHapus
  5. Buku bagus seringkali mengecewakan saat dibikin film. Seperti the Da Vinci Code. Jadi saya gak mau lihat filmnya walau sudah beli DVD nya

    BalasHapus
  6. wah.... kalo gitu, gimana kita bisa tuker pinjem Tin?
    Tapi emang bener sih, kadang orang yg minjem suka nggak balikin buku. Atau kalo balik bukunya udah ancur... Kan nyebelin banget

    BalasHapus
  7. hahaha kalu gitu pasrah sajalah.. emang koleksi? kalu ku sih abis baca ya bagi2 saja.. sayang jadi sarang tikus.. ku pernah koleksi buku sampe 10 lemari loh, akhirnya bagi2 juga biar dibaca orang lain, kebanyak kirim ke bus pustaka keliling..
    kalu mute yang pinjem pasti lecek.. kalu ku yang pinjem dijamin mulus kembalinya.. tanya mute deh..

    BalasHapus
  8. Nggak koleksi. Kebanyakan ya gitu dipinjem teman, gak pake balik...
    Tapi Tin... kalo buku yang dibaca sama, jangan2 semua buku saya juga kamu punya deh.. Kan seleranya sama

    BalasHapus
  9. lihat review ku deh mbak.. ada yang belum dibaca disitu? ku kasih pinjem deh..

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...