Sabtu, 31 Desember 2011

Bali.... after 2nd Bomb Blast


Akhir minggu lalu, kami bertiga, berkesempatan ke Bali. Tidak lama, berangkat hari jum'at sore 18 nopember dan kembali lagi ke Jakarta hari minggu sore. Sementara itu suami masih melanjutkan tinggal di Bali sampai hari Selasa, karena dia masih harus presentasi di Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin yang diselenggarakan oleh Univ, Udayana di Hotel Patra Jasa. Memang dalam rangka itulah kami ke Bali ... dan karena saya maupun Lulu tidak mau bolos kerja/sekolah, Jadi terpaksa pulang lebih dulu.

Keberangkatan kami ke Bali, hanya terpaut sekitar 7 minggu dari pengeboman di Jimbaran dan Kuta Square, dan hanya 10 hari setelah tewasnya Dr Azahari, si peracik bom yang mematikan itu. Namun demikian, mendapatkan tiket penerbangan ke Bali di akhir minggu (terutama tiket pulang ke Jakarta pada hari minggu) tidak juga terlalu mudah. Ini terbukti bahwa penerbangan Garuda yang kami tumpangi saat pulang penuh sekali.

Berangkat dari Jakarta, Jum'at sore jam 17.10, terlambat 20 menit dari jadwal seharusnya. Di Airport Ngurah Rai, kami dijemput oleh Henny Puspita, gadis asal Banyuwangi yang bekerja di Karang Bali Asri Tour. Cantik ... seperti gadis Bali asli. Sungguh, saya terkesima dengan pakaian kerja berupa blouse berlogo nama perusahaan dan sarung bali, dan Henny mampu bergerak lincah. Pakaian kerja seperti ini tentu menarik dilihat terutama dalam melayani turis mancanegara.

Setelah melakukan reconfirm tiket kembali di counter Garuda di kawasan airport, kami diantar menuju hotel Santika yang sudah dipesan melalui Vayatour - Jakarta (thanks to Pep). Hotel ini bergaya resort terbuka yang sangat nyaman. Saya suka dengan taman tropis gaya bali, koridor termasuk dengan Lobby - lounge dan restaurant yang keseluruhannya terbuka. Dilengkapi dengan kolam-kolam, sehingga gemericik air dan suara binatang malam menyuguhkan nyanyian alam yang tidak dapat ditemui di belantara beton Jakarta. Jalan-jalan di Bali sekarang jauh lebih bersih dan teratur ... terasa betul perbedaannya dengan keruwetan Jakarta

Usai menata koper di kamar, di kamar yang terletak di lantai 2, kami segera keluar lagi berjalan menuju arah Kuta (kira-kira) dan duduk-duduk di pelataran Discovery Shopping Mall. Hari menjelang pukul 22.00, jauh dari bayangan semula, yaitu Kuta yang semrawut dan ramai. Malam itu, kami mendapati Kuta yang tenang ... tidak terlalu banyak orang lalu lalang. Mungkin karena masih hari kerja .... dan kami berharap esok hari, kami mendapatkan keramaian khas di wilayah tujuan wisata mancanegara.

Hari Sabtu, tepat jam 07.00, kami turun menuju restaurant untuk sarapan pagi. Jam 08.30 akan dijemput oleh Henny untuk memulai fullday tour ke Bedugul - Tanah Lot. Seharusnya Tour dimulai pada jam 9.30, tapi karena kami sudah menyetujui untuk melihat Barong & Kris Dance (extra program), maka penjemputan diajukan. Pertunjukan akan dimulai pada jam 09.30.

Restaurant Kunyit Bali, namanya, menyuguhkan makanan utama Indonesia (rasanya, lebih ke arah chinese food), sarapan gaya eropa/amerika, yaitu roti2an termasuk aneka omelet/scramble egg, corn flake, yoghurt dan beberapa jenis kue tradisional Bali yang dibuat dari ketan.


Usai, sarapan pagi, Henny sudah menunggu di lobby sehingga kami segera berangkat menuju Kesiman untuk menonton Barong (lihat serial photo). Usai membeli tiket, kami disambut gadis penjaga pintu yang lalu menyematkan bunga kemboja di telinga pengunjung (anak saya kemudian sangat suka dan selama di Bali selalu menyematkan bunga di telinganya), diambil photo ..... Ini khas acara komersial turistik .... yang nantinya dicetak di atas piring souvenir yang harus dibayar oleh turis seharga Rp.70.000,- (usd 7 - aud 10). Baguslah ..., segala potensi yang dapat membuat turis mengeluarkan uang lebih banyak memang perlu dilakukan asal dengan cara yang baik, tetap menerapkan good services dan tidak menipu/memaksa.

Usai menonton Barong, kami melanjutkan perjalanan ke pura Taman Ayun di Mengwi. Saat itu rupanya akan dilaksanakan acara napak tilas I Gusti Ngurah Rai sehingga banyak umbul-umbul terpasang di area pura. Rasanya sayang sekali, melihat keanggunan pura yang tertutupi dengan umbul-umbul warna warni. Mengapa tidak menggunakan penjor/janur saja sebagai hiasan. Tentu akan lebih serasi dan khas Bali......

Dari Mengwi, kami menuju Pacung untuk makan siang, lalu shalat di mesjid dekat Danau Beratan - Bedugul. (anak saya bertaruh dengan bapaknya bahwa gambar yang tercetak di lembar uang Rp.50 ribu baru adalah gambar danau Beratan, sementara bapaknya tidak percaya hal itu). Sayang cuaca hujan sehingga kami tidak berlama-lama di sini, lalu segera berangkat ke Alas Kedaton - mengunjungi Monkey Forest, setelah Sangeh ditutup karena monyetnya sudah agak liar (dirasuki Rangda, kali ya...?. Setelah itu acara terakhir menuju Tanah Lot ... (nanti saya upload photonya...). Dalam perjalanan ke hotel, kami sempat menelpon dan meminta gadis keponakan suami - Ika -untuk datang dan makan malam di cafe Tahu di daerah jalan Oberoi (dimana persisnya... gak tahu, ....)

Tiba di kamar hotel, mandi lalu berangkat ke Cafe Tahu, menyusuri Kuta - Legian - Seminyak dan saat pulang melewati ground zero (Sari's Club dan Padi's club). Suasana Kuta-Legian-Seminyak yang biasanya ramai, padat, riuh memang sama sekali tidak terlihat. Toko-toko kebanyakan sudah tutup lebih awal. Hanya toko souvenir yang masih tetap bertahan buka hingga larut malam (jam 22.00), itupun sepi pengunjung. Begitu pula saat hari Minggu kami pergi makan siang di Le Monde (restoran pasta) di kawasan Kuta Square.

Bom yang mengguncang Bali, memang bergaung jauh di seluruh penjuru dunia. Bali yang biasanya ramai menjadi sepi pengunjung. Memang masih terlihat turis mancanegara (kulit putih dan kunig) yang datang, namun konon... itu sangat jauh berkurang. Staff hotel Santika menyatakan bahwa biasanya week end, hotel mereka terisi penuh, namun saat kami datang, hotel hanya terisi 35% saja. Pasti itu sebabnya, tadi pagi saya baca di koran bahwa Air Paradise (maskapai penerbangan Bali) akan menghentikan operasinya untuk sementara.

Menantu saya bilang, bahwa di Australia, banyak email bertebaran yang memberitakan adanya skenario untuk membantai orang asing (kulit putih) yang berjalan di pedestrian Jakarta, lengkap dengan perkiraan tempat para snipers bersembunyi. Naif memang ... tapi bagi mereka yang tidak mengenal Indonesia ... berita seperti itu tentu mencekam dan mengakibatkan mereka mengurungkan niat mengunjungi Indonesia, khususnya Bali.

Upaya Garuda Indonesia untuk mendongkrak kedatangan turis domestik untuk mengunjungi Bali dengan mengadakan undian berhadiah tiket (round ticket) bagi penduduk Indonesia dan orang asing pemegang KITAS, perlu diacungi jempol. ... hehe.... apalagi karena saya merupakan salah satu pemenangnya ...... Jadi ... saya "dipaksa" oleh Garuda untuk mengunjungi Bali sekali lagi dan wajib melakukannya sebelum bulan Mei 2006. Gak apa-apa deh ..... demi pariwisata Indonesia, kumpulin duit buat modal bayar hotel dan pendamping (anak+suami)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...