Sabtu, 07 Januari 2012

Kok Bisa ya....?


Cerita ini ditulis bukan dengan maksud untuk membeberkan kekurangan orang, tetapi untuk kenangan selama hidup berdampingan. Cerita lucu-lucuan yang bisa menjadi obat kangen kala sedang berjauhan.

Suami saya itu orangnya careless banget. Dia sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap barang-barang berharga yang dimilikinya. Apalagi, kebetulan sekali sebagian besar barang-barang tersebut diperolehnya sebagai hadiah dari mahasiswa yang dibimbingnya dalam tugas akhir/thesis. Mungkin itu sebabnya tidak ada "value" pada barang tersebut, kecuali flute yang dibeli dengan uangnya sendiri dan selalu digunakannya untuk "ngamen" dengan The Professor's band.

Minggu lalu, saat sedang dalam perjalanan menuju kantor, adik saya yang bermaksud meminjam mobilnya, menelpon.

"Mas ... stnk panther, ada dimana?"

"Di laci tempat abu rokok"

"Gak ada .... sudah dicari kemana-mana...!"

"Ya sudah ... sedia aja uang 50 ribu, pasti beres..."

Gila ... enteng banget penyelesaiannya. Padahal saya tahu persis, jarang orang yang berani mengendarai mobil tanpa stnk. Tapi jangan tanya suami saya. Tahun lalu stnk motornya terlambat diperpanjang. Nggak tanggung-tanggung ... hampir 1 tahun. Gara-garanya, adik saya yang selalu mengingatkannya juga lupa. Begitu juga dengan jadwal servis mobil, memperpanjang stnk, bayar tagihan credit card dan lainnya. Mesti ada orang lain yang mengingatkan.

Sorenya, ibu saya menanyakan kembali stnk tersebut. Apakah perlu diurus surat hilang untuk mendapatkan stnk baru. Dia cuma menjawab... tunggu satu minggu deh. Saya diam saja. Yakin itu semua karena dia lupa menyimpan. Sebabnya, pasti suatu saat dia melanggar (lagi) rambu lalu lintas sehingga stnk keluar dari tempatnya dan lupa dikembalikan. Saya juga sudah membantu mencarinya. di kantung celana dan jacket yang tergantung, di laci-laci kamar dan di atas lemari. Nihil .....

Kemarin, dia tampak senyum2 simpul ... Rupanya, dia baru saja mengirim sms ke adik saya mengabarkan bahwa ...stnknya sudah ditemukan .... di kantung jacket The Professor's Band nya. Entah dimana jacket itu berada, karena jacket yang saya periksa adalah jacketnya DTM yang tergantung di kamar.

Masih cerita kekonyolan suami ....

Suatu saat, kala ingin jalan-jalan bertiga, dia repot mencari sepatu sandalnya yang biasa di letakkan di dekat pintu keluar rumah. Kolong jok mobil diperiksa, balik lagi ke rak sepatu dekat kamar ... Jangankan sang sepatu, bayangannya aja nggak kelihatan. Maka, sambil masuk ke dalam mobil, dia misuh-misuh ....

"Tanyain ke mang Ja'i .... jangan-jangan dia yang pake sepatuku. Maklum udah rada jelek" (kasihan deh mang Ja'i jadi kambing hitam).

Aku diam saja. Ragu akan dugaannya, saya sama sekali nggak berminat menanyakannya. Maklum kejadian seperti ini bukan satu-dua kali terjadi. Sudah jadi rutinitas. Jadi, biar aja... suatu saat si sepatu pasti akan ketemu lagi.

Hari berlalu, suami sudah melupakan sepatunya yang lenyap. Mungkin agak merasa bersalah juga sudah menyangka yang jelek ke mang Ja'i, Apalagi saya juga ngotot;

"Nggak mungkin mang Ja'i berani ngambil sepatu. Sepatu butut lagi!!"

Sampai suatu saat, kejadiannya di kantor saya. Saya punya kebiasaan bekerja dengan melepas sepatu. Jadi sepatu selalu berada dibawah meja komputer. Saat beranjak pulang, sambil mematikan komputer, kaki saya terjulur mencari-cari sepatu di bawah meja....

Lho ... lho ... kok ada yang aneh....?! Langsung mata melirik ke kolong meja.... Masya Allah .... Sepatu butut itu, yang sudah "menelan korban - Mang Ja'i jadi kambing hitam" ada di kolong meja di kantorku. Kok bisa ya........????

Rupanya ada suatu waktu di hari Sabtu. Seperti biasa kami sering mampir ke kantor untuk shalat dhuhur. Jadi usai shalat, masih memakai sandal jepitku, suami membuka internet. Hingga tiba saatnya pulang, begitu saja dia keluar dari ruang kerja saya dan melupakan sepatunya.

Pantas aja, beberapa hari itu, saya juga bingung, kok sandal jepit yang biasa dipakai untuk berwudhu lenyap dari kolong meja.....? Rupanya ditukar suami dengan sepatu nya... o'alah ..... Belum jadi professor aja, sudah pelupa dan careless. Rupanya, nggak salah anekdot tentang professor yang super pikun itu ya....

Sekarang, sang suami sudah jadi professor... Belum pikun betul, tapi tanda-tanda ke arah situ sudah semakin sering terlihat.

Suatu sore, week end, saya mencari-cari handphone. Biasanya pulang dari kantor, handphone saya taruh begitu saja di atas meja ruang keluarga atau di kamar tidur. Jadi di kedua tempat itulah saya mencari handphone tersebut. Bolak-balik ke kedua tempat itu, sambil menyibak-nyibak koran dan berbagai benda di atas meja yang diperkirakan menutupi handphone. Ternyata... handphone raib begitu saja. Hampir putus asa mencari handphone tersebut. Untung hanya satu handphone yang "lenyap". Jadi untung mendeteksi keberadaan handphone, kugunakan blackberry untuk menelpon handset Nokia yang "lenyap" itu.

Beruntung handphone selalu di set vibrate+ringtone, maka.... sayup-sayup terdengar lagu.. :someone like you dari Adele yang di set sebagai ringtone. Arahnya dari karpet di ruangan tempat shalat. Di situ memang tergeletak beberapa tas yang biasa dibawanya ke kantor berikut dengan tas tangannya. Bolak balik kusibakkan benda-benda yang berada di atas karpet, tapi ringtone sudah berhenti. Berulang kali telpon dihubungi, sampai saat kusibakkan tas tangannya, terasa getaran handphon dan suara Adele yang lagi mellow itu.... dengan ijinnya kubuka dan kurogoh isi tas tangannya... Ternyata... Nokia E90 yang catnya sudah terkelupas itu ada di dalam tasnya.... Pemilik tas bingung... entah kapan dan bagaimana bisa E90 yang tergeletak di atas meja bisa masuk ke dalam tas tangannya. Bisa jadi saat dia pergi ke Citos untuk menemui temannya usai makan malam, tentu dia mengambil Nokianya, Sayang, yang diraihnya adalah E90ku. Maklum... kami memang memakai Nokia dengan seri dan warna yang sama. Ciri pembedanya hanya terletak pada penggantung. E90 milik suami digantung pada penggantung yang cukup panjang sementara E90 ku, polos tanpa asesori tambahan...

Bukan itu saja.... tanda-tanda kepikunan juga sering dilakukan dengan meninggalkan E90nya di atas meja kerjanya, terutama saat week end. Alasannya tentu macam-macam...

Hadeuh.... pak Prof... kok nggak mau mengubah paradigma kalau professor itu tidak identik dengan sifat pelupa ya...?

reedit 7 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...