Selasa, 10 Januari 2012

Penantian Panjang....


Tidak banyak teman dekat yang kumiliki.
Ada banyak alasan kenapa hal itu terjadi. Salah satu yang terpenting dan pasti dapat dimaklumi semua orang, adalah karena tugas bapakku yang sering berpindah kota.

Aku lahir di Jakarta dan hingga usia 9 tahun tinggal di wilayah perkampungan di belahan Jakarta Timur. Lebih tepatnya di belakang gereja St. Josep jalam Matraman Raya atau lebih banyak dikenal sebagai komplek sekolah Yayasan Marsudirini.

Sekolah TK hingga kelas 2 SD di sekolah Ibu SU, jalan Slamet Riyadi, yang dahulu kala berada di belakang pos pemadam kebakaran. Juga di Jalan Matraman Raya. Kelas 3, aku pindah ke SD Muhammadiyah di jalan KHA Dahlan, yang jalannya berada tepat di sebelah komplek Marsudirini tersebut. Aku hanya sempat bersekolah di SD Muhammadiyah tersebut, selama 1,5 tahun saja, karena 3 bulan setelah pecah peristiwa G 30 S/PKI, kami sekeluarga pindah ke Garut, mengikuti tugas bapakku.

Di SD Muhammadiyah inilah aku bertemu, berteman baik dan bahkan duduk semeja dengan Siti Nurbaya. Siti Nurbaya yang mungil berkulit hitam manis, dengan rambut panjang dikepang dan sangat pintar. Bersamanya kami banyak menghabiskan waktu bersama setelah usai sekolah. Saling berkunjung ke rumah masing-masing, namun yang paling berkesan adalah ... kami saling memberi contekan kalau sedang ulangan yang saat itu lebih dikenal dengan cara mencongak untuk mata pelajaran berhitung atau mendikte untuk pelajaran lainnya.

Kepindahanku ke Garut menyebabkan kami tidak lagi berkomunikasi. Sangat bisa dimaklumi karena transportasi pada jaman itu memang sangat minim. Bepergian jauh tentu belum menjadi kebiasaan orang banyak. Waktu tempuh Jakarta - Garut saat itu adalah 6 jam melewati jalan raya Bogor lama, lalu menyusuri area pegunungan yang sekarang kita kenal dengan Puncak ... lalu ke Cianjur, melintasi jembatan Rajamandala yang terletak jauh di lembah gunung hingga menyusuri pegunungan kapur Padalarang, masuk ke Bandung lalu melewati Cicalengka, Kadungora, Leles, Tarogong dan akhirnya tiba di Garut. Prkatis, selama 2,5 tahun tinggal di Garut, kami tidak pernah "pulang" ke Jakarta.

Tahun 1968, bapakku dipindah tugaskan ke Karawang, saat itu aku melewati masa triwulan terakhir di kelas 6 SD hingga triwulan 1 di SMP. Jakarta sudah lebih dekat untuk dikunjungi. Namun kedekatan itu menyebabkan kami tidak pernah singgah ke rumah nenekku yang ditempati oleh keluarga adik nenekku itu. Kunjungan ke Jakarta selalu dilakukan pergi-pulang hanya untuk menyelesaikan apa yang dianggap perlu diselesaikan di Jakarta.

Saat aku duduk dikelas 3 SMP, bapakku kembali dipindahtugaskan. Kali ini ke Jambi ... propinsi yang saat iu agak "tertutup". Satu-satunya transportasi yang menghubungkan Jambi dengan Jakarta hanyalah dengan pesawat F28. Lalu lintas ke kota lain di Sumatera seperti ke Palembang - Padang atau kota-kota lainnya terlalu sukar ditempuh melalui darat. Bisa berhari-hari karena begitu jeleknya kondisi jalan raya.

Tahun 1974, kami kembali ke Jakarta. Saya bersekolah di SMA Fons Vitae, di komplek gereja dekat tempat tinggal masa kecilku. Ada banyak kesempatan untuk kembali bertemu dengan teman-teman masa kecilku. Namun rupanya tidak demikian mudahnya untuk kembali bertemu dengan mereka. Jejak langkah teman masa kecilku sudah semakin tak terdeteksi. Ada signal sedikit tentang teman masa kecilku Siti Nurbaya. Konon kabarnya, dia bersekolah di SMA 8 Bukit Duri. Hanya itu dan akses untuk berhubungan dengannya belum terbuka.

1975, saat kuliah di Arsitektur - FTUI, salah satu teman satu jurusan berasal dari SMA 8. Darinya, samar-samar diperoleh kabar Siti Nurbaya.

Baya (nama panggilannya) yang selalu kukenang dengan kulit hitam manis dan rambut dijalin kepang, adalah juara kelas dan jago basket di SMA 8, saat itu kuliah di IPB. Entah karena melalui jalur PMDK atau mengikuti test langsung, tentu aku tak terlalu peduli. Satu yang pasti .... IPB merupakan salah satu perguruan tinggi yang tergabung dalam SKALU. Ini nama sistem penjaringan (test) mahasiswa baru saat itu, yang kalau tidak salah diikuti oleh UI - IPB - ITB - Gajah Mada - Airlangga.

Waktu begitu cepat berlalu ... kesempatan bertemu dengan teman-teman masa kecil baik di Jakarta, Garut, Karawang maupun Jambi relatif tak pernah terjadi. Ada keinginan untuk mencari mereka..., tapi, kemana?

Aku memang tak banyak memiliki teman dekat, Kepindahan demi kepindahan dari satu kota ke kota lain apalagi bertepatan dengan masa-masa menjelang ujian akhir sekolah, baik di SD, SMP maupun SMA menyebabkan tak banyak waktu yang dapat kugunakan untuk bermain.

Tahun pertama di kota-kota baru itu lebih banyak disibukkan dengan penyesuaian diri. Penyesuaian dengan budaya dan makanan setempat, Penyesuaian dengan bahasa dan lingkungan baik di rumah maupun di sekolah yang tidak selalu berjalan lancar. Mungkin itu pula yang menjadi sebab semakin hari, aku menjadi semakin tertutup, trauma terhadap berbagai hambatan saat penyesuaian diri sebagai anak pendatang.

Kehadiran Facebook sebagai social media networking, membuka kesempatan untuk menelusuri kembali keberadaan teman-teman lama. Itupun tidak selamanya mudah dilakukan karena generasi kami yang sekarang berumur lebih dari 1/2 abad bukanlah generasi yang melek teknologi. Sekedar menggunakan telpon genggam, jadilah....Tetapi menggunakan perangkat komputer yang tersambung dengan internet, belum tentu dilakukan oleh semua orangtua semacam kami.

Ada berbagai alasan tentunya. Salah satunya adalah akses internet yang masih sangat terbatas. Mereka yang menggunakan gadget Blackberry, masih terbantu untuk tersambungkan dengan Facebook.

1 tahun yang lalu, atas bantuan salah satu temanku dari arsitektur yang juga lulusan SMA 8 itu, aku mulai terhubungkan dengan SIti Nurbaya.

Gadis mungil, berambut panjang yang hitam manis itu rupanya sudah meniti karir begitu panjang dan begitu tingginya sebagai birokrat negeri ini. Kesulitan untuk menghubunginya pada awal "penemuan kembali" itu sempat membuatku bertanya-tanya ... akankah dia masih seperti Siti Nurbaya teman semejaku dulu saat di SD. Pengalaman panjang dan traumatis dalam menjalin kembali pertemanan dengan mereka yang sudah menjadi pejabat tinggi atau kaya raya membuatku agak kikuk dan merasa rendah diri. Namun.... kita tentu tak perlu berburuk sangka dulu, bukan....?

Itu sebab, saat kukirim pesan melalui Facebook yang menyatakan betapa keinginanku untuk bertemu dengannya bersambut dengan ajakannya makan malam, tentu kusambut dengan gegap gempita. Bukan karena ajakan itu datang dari seorang SIti Nurbaya yang saat ini menjabat sebagai Sekjen DPD, tetapi ... dia adalah teman semejaku saat di SD dulu ... Teman yang sama dan selalu berbagi contekan dan memanjat pohon jambu di halaman rumahku dulu...

Senin 9 Januari 2012, rasanya patut kujadikan salah satu hari yang bersejarah dalam hidupku... Saat kulangkahkan kaki dan menerabas kemacetan menuju plaza Senayan, tempat yang kami pilih untuk bertemu, rasanya seperti "ujian" yang mampu membuatku gemetar. Aku yang selalu ingin datang tepat waktu merasa sangat malu menyebabkan temanku harus menunggu.

Jam 19.15, tiba di depan restoran yang dipilihnya ... agak kaget, karena kedatanganku dsambut oleg seorang lelaki berpakaian dinas... oupf ..... baru aku sadar lagi, bahwa yang kutemui ini memang salah satu pejabat tinggi negara. Tentu sang ajudan wajib mengiringi dan menyiapkan apa-apa yang diperlukan....

Sambil melangkah masuk, deg-degan .... mungkin seperti orang yang baru pertama kali berkencan ...aku disambut seorang perempuan yang wajahnya sudah kuketahui melalui facebook. Memang, beruntung ada facebook, sehingga kita bisa mengenali wajah teman lama yang rata-rata sudah banyak berubah...

Malam terasa begitu cepat .... obrolan mengalir berona nostalgia ... Sesekali kupandangi wajah polosnya ... tidak se glamour perempuan sukses lainnya yang penuh topeng make up. Dia masih sederhana seperti SIti Nurbaya yang kukenal walau jabatannya sudah melambungkannya ke dalam jajaran elite birokrat negeri ini.

Bangga dan senang sekali bisa bertemu lagi denganmu ... semoga Baya yang kukenal tetap mampu menahan godaan jabatan dan tetap tegak di tengah badai yang melanda negeri ini. Good luck

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...