Pagi ini ... saya membaca status seorang teman tentang meninggalnya kawan baik adik saya saat mereka masih di FKUI sekitar hampir 40 tahun yang lalu. Dokter spesialis penyakit Kulit dan Kelamin itu harus menyerah kalah pada ganasnya serangan sel kanker. Saya lupa, kanker apa yang menyerangnya ....
Kemarin sore .... saat tiba di kantor sepulang dari perjalanan dinas ke Purwakarta, saya mendapat berita dari rekan yang masih berada di kantor bahwa salah satu direktur kantor kami terpaksa meninggalkan kantor lebih cepat, usai menerima telpon dari suaminya. Sang suami memintanya mendampingi di rumah sakit karena si suami disarankan masuk Intensive Care Unit alias ICU usai menjalankan sesi pertama dari serangkaian sesi kemoterapi. Kalau tidak salah ada 7 sesi. 1 tahun yang lalu dia didiagnosis menderita kanker limfoma. Padahal ... saat itu dia masuk rumah sakit hanya untuk operasi kecil prostat. Memang, kalau dipikir-pikir... agak aneh juga, mengapa pelaksana operasi prostat itu adalah seorang ahli bedah kanker (oncologist?).
Ini adalah seri kemoterapi ke 2 yang dijalaninya, karena usai lately pet scan yang dijalaninya sekitar 2 minggu yang lalu, didapati ada noktah mencurigakan di limfa dan pinggang kiri-kanannya. Dan ..... serial kemo ke 1 dari 7 sesi yang harus dijalaninya ini, dan kalau nggak salah nama obatnya R-ICE ini sangat berat dampaknya, dibandingkan dengan serial kemo yang pernah dilaksanakan hampir 1 tahun yang lalu
Jadi .... usai menjalankan 1 sesi pertama kemoterapi R-ICE, kondisinya secara drastis, memburuk .... konon trombositnya hanya ada 0,.... (baca nol koma ...). Entahlah ... saya nggak ngerti apa artinya dan ya sudahlah ... begitu kenyataan yang sudah terjadi .... Operasi sudah dilaksanakan dan kemudian dilanjutkan dengan serangkaian kemoterapi, pet-scan dan serangkaian observasi lainnya sesuai dengan prosedur standar perawatan kanker. Di Indonesia dan di berbagai sudut lainnya di dunia ini.
Beberapa hari sebelumnya, saat ingin menghubungi salah satu direksi anak perusahaan, sang sekretaris memberitahu bahwa rekan kami yang sudah berbulan-bulan dirawat di RS Dharmais akhirnya kembali ke rumah. Semoga dia memang betul-betul sembuh 100%, bersih dari sel-sel kanker. Bukan karena sel kankernya belum bisa terdeteksi oleh alat-alat canggih supermodern itu.
***
Sudah beberapa dekade ini, kanker memang betul-betul menjadi momok bagi kesehatan umat manusia. Bukan saja momok bagi penderitanya ... yang merasa seperti divonis mati secara perlahan-lahan .... tetapi juga beratnya pendampingan oleh keluarga dan hampir bisa dipastikan biaya yang menguras seluruh persediaan keuangan rumah tangga.
Mengapa ini terjadi ....
Entahlah ...
Konon kabarnya karena kita tidak lagi hidup dalam arti menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik, termasuk juga asupan makanan kita sudah tidak alamiah. Terlalu banyak campur tangan bahan kimiawi sintetis di dalamnya. Belum lagi kalau penggunaanbahan kimiawi itu dilakukan secara serampangan. Bukan hanya makanan instant - cepat saji buatan pabrik yang mengandung bahan kimiawi apakah berbentuk bahan pengawet, penguat rasa atau pewarna, tetapi ternyata... bahkan gula, beras, garampun tidak lepas dari "campur tangan" bahan kimia dalam pengolahannya, Minimal berupa "pemutih".
Suka lalapan atau buah2an segar .... ? Ternyata, masih belum aman juga. "Raw food" inipun tak lepas dari jerat kimiawi berupa pupuk, pestisida selama masa tumbuh kembangnya dan saat pasca panen untuk mempertahankan kesegarannya. Belum lagi kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan warna atau rasa yang prima dan yang paling canggih adalah mutasi genetik untuk mendapatkan bibit buah dan sayur yang bagus dalam bentuk, ketahanan terhadap hama, warna, dimensi dan lainnya. Itulah yang dikenal sebagai bibit transgenik yang banyak diproduksi oleh Monsanto dari USA. Apa dampaknya terhadap sel tubuh manusia ...? Entahlah .....
Bagaimana dengan konsumsi Susu untuk meningkatkan kesehatan manusia.....?
Belakangan ini, banyak pro dan kontra berkenaan dengan konsumsi susu untuk kesehatan manusia. Lagi-lagi jeratan kepentingan ekonomi lebih berperan dan menguasai mind set orang2 modern abad ke 21 ini. Mungkin sama dengan hilangnya peredaran minyak goreng dari kelapa "asli" yang berasal dan dibuat dari kopra yang sekarang ini diganti dengan minyak olahan dari kelapa sawit.
Sejujurnya saya tidak tahu apa dampak konsumsi minyak sawit terhadap kesehatan, namun perkebunan sawit yang banyak dilaksanakan di Indonesia sudah "merusak alam". Minimal, sudah diketahui bahwa areal sawit yang monokultur tersebut sudah merusak kesetimbangan alam... Merusak ekologi. hilangnya banyak spesies flora dan fauna Indonesia dan pasti ada banyak lagi dampak ikutannya. Konon pula pohon kelapa sawit sangat rakus air dan unsur hara. Tapi ...., biarlah mereka para ahlinya, mengulas dan mungkin menyadari betapa kita ... manusialah yang merusak alam dan mempercepat kiamat dunia.
Saya tidak tahu bagaimana menghadapi kondisi bila suatu kali ada anggota keluarga into kami menderita kanker, walau konon kabarnya kanker bisa disembuhkan 100%. Pasti tidak akan mudah dijalani oleh mereka yang mengalaminya. Tetapi ada satu hal yang selalu saya pegang dalam menangani penyakit yang bercokol di dalam tubuh ... yaitu jangan mengingkari kehendak alam.
Mengapa ...?
Untuk kanker yang berbentuk tumor, saya selalu ingat pohon-pohon di halaman rumah yang kala dahannya dipangkas... maka beberapa minggu kemudian akan bermunculan tunas baru yang jumlahnya jauh lebih banyak dari batang yang dipangkas. Demikianlah saya menyikapi tindakan operasi pengangkatan sel tumor ganas yang ada di dalam tubuh. Dari akar tumor yang ada di dalam tubuh, akan tumbuh puluhan, ribuan atau entah jutaan "cabang/tunas" tumor baru... Belum lagi membayangkan jutaan sel kanker berloncatan masuk ke dalam sel darah, saat operasi dilakukan, karena saluran darah itu terbuka saat dioperasi dan itulah jalan penyebaran sel kanker ke seluruh jaringan tubuh.
Kemoterapi ...? Ya .... itulah tindakan lanjutan dari operasi pengangkatan tumor yang biasa dilaksanakan usai operasi. Namun beratnya prosedur dan pengobatan melalui kemoterapi yang akan mematikan seluruh sel-sel tubuh, bukan saja sel tumor tetapi juga sel sehat tentu tidak mudah dilaksanakan dan dijalani. It just like fatalistic battle. Mengerikan ....
Seorang kenalan pernah memberitahu saya tentang kemoterapi untuk penanganan tumor ganas, yang menurut saya lebih masuk akal dengan dampak yang sangat minim. Menyuntikkan obat-obatan kimiawi tersebut langsung pada inti sel kanker tanpa melakukan operasi apapun juga. Akibat pada penderita akan sangat minimal. Tumor ganas, kabarnya akan menciut dan tetap tinggal di dalam selongsongnya. Pasien cukup diminta datang setiap 6 bulan, untuk memastikan apakah sel kanker itu masih tetap "kisut" atau hidup lagi. Tentu ada persyaratan lainnya .... penderita harus menjalankan hidup sehat....
Konon..., salah satu kiatnya adalah, buat agar kondisi tubuh dalam status alkaline - basa ...., karena kondisi acid - asam membuat tubuh manusia sangat rentan dihajar beragam penyakit.
https://www.youtube.com/watch?v=69P-Cqy7OSk
Kemarin sore .... saat tiba di kantor sepulang dari perjalanan dinas ke Purwakarta, saya mendapat berita dari rekan yang masih berada di kantor bahwa salah satu direktur kantor kami terpaksa meninggalkan kantor lebih cepat, usai menerima telpon dari suaminya. Sang suami memintanya mendampingi di rumah sakit karena si suami disarankan masuk Intensive Care Unit alias ICU usai menjalankan sesi pertama dari serangkaian sesi kemoterapi. Kalau tidak salah ada 7 sesi. 1 tahun yang lalu dia didiagnosis menderita kanker limfoma. Padahal ... saat itu dia masuk rumah sakit hanya untuk operasi kecil prostat. Memang, kalau dipikir-pikir... agak aneh juga, mengapa pelaksana operasi prostat itu adalah seorang ahli bedah kanker (oncologist?).
Ini adalah seri kemoterapi ke 2 yang dijalaninya, karena usai lately pet scan yang dijalaninya sekitar 2 minggu yang lalu, didapati ada noktah mencurigakan di limfa dan pinggang kiri-kanannya. Dan ..... serial kemo ke 1 dari 7 sesi yang harus dijalaninya ini, dan kalau nggak salah nama obatnya R-ICE ini sangat berat dampaknya, dibandingkan dengan serial kemo yang pernah dilaksanakan hampir 1 tahun yang lalu
Jadi .... usai menjalankan 1 sesi pertama kemoterapi R-ICE, kondisinya secara drastis, memburuk .... konon trombositnya hanya ada 0,.... (baca nol koma ...). Entahlah ... saya nggak ngerti apa artinya dan ya sudahlah ... begitu kenyataan yang sudah terjadi .... Operasi sudah dilaksanakan dan kemudian dilanjutkan dengan serangkaian kemoterapi, pet-scan dan serangkaian observasi lainnya sesuai dengan prosedur standar perawatan kanker. Di Indonesia dan di berbagai sudut lainnya di dunia ini.
Beberapa hari sebelumnya, saat ingin menghubungi salah satu direksi anak perusahaan, sang sekretaris memberitahu bahwa rekan kami yang sudah berbulan-bulan dirawat di RS Dharmais akhirnya kembali ke rumah. Semoga dia memang betul-betul sembuh 100%, bersih dari sel-sel kanker. Bukan karena sel kankernya belum bisa terdeteksi oleh alat-alat canggih supermodern itu.
***
Sudah beberapa dekade ini, kanker memang betul-betul menjadi momok bagi kesehatan umat manusia. Bukan saja momok bagi penderitanya ... yang merasa seperti divonis mati secara perlahan-lahan .... tetapi juga beratnya pendampingan oleh keluarga dan hampir bisa dipastikan biaya yang menguras seluruh persediaan keuangan rumah tangga.
Mengapa ini terjadi ....
Entahlah ...
Konon kabarnya karena kita tidak lagi hidup dalam arti menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik, termasuk juga asupan makanan kita sudah tidak alamiah. Terlalu banyak campur tangan bahan kimiawi sintetis di dalamnya. Belum lagi kalau penggunaanbahan kimiawi itu dilakukan secara serampangan. Bukan hanya makanan instant - cepat saji buatan pabrik yang mengandung bahan kimiawi apakah berbentuk bahan pengawet, penguat rasa atau pewarna, tetapi ternyata... bahkan gula, beras, garampun tidak lepas dari "campur tangan" bahan kimia dalam pengolahannya, Minimal berupa "pemutih".
Suka lalapan atau buah2an segar .... ? Ternyata, masih belum aman juga. "Raw food" inipun tak lepas dari jerat kimiawi berupa pupuk, pestisida selama masa tumbuh kembangnya dan saat pasca panen untuk mempertahankan kesegarannya. Belum lagi kecurangan-kecurangan untuk mendapatkan warna atau rasa yang prima dan yang paling canggih adalah mutasi genetik untuk mendapatkan bibit buah dan sayur yang bagus dalam bentuk, ketahanan terhadap hama, warna, dimensi dan lainnya. Itulah yang dikenal sebagai bibit transgenik yang banyak diproduksi oleh Monsanto dari USA. Apa dampaknya terhadap sel tubuh manusia ...? Entahlah .....
Bagaimana dengan konsumsi Susu untuk meningkatkan kesehatan manusia.....?
Belakangan ini, banyak pro dan kontra berkenaan dengan konsumsi susu untuk kesehatan manusia. Lagi-lagi jeratan kepentingan ekonomi lebih berperan dan menguasai mind set orang2 modern abad ke 21 ini. Mungkin sama dengan hilangnya peredaran minyak goreng dari kelapa "asli" yang berasal dan dibuat dari kopra yang sekarang ini diganti dengan minyak olahan dari kelapa sawit.
Sejujurnya saya tidak tahu apa dampak konsumsi minyak sawit terhadap kesehatan, namun perkebunan sawit yang banyak dilaksanakan di Indonesia sudah "merusak alam". Minimal, sudah diketahui bahwa areal sawit yang monokultur tersebut sudah merusak kesetimbangan alam... Merusak ekologi. hilangnya banyak spesies flora dan fauna Indonesia dan pasti ada banyak lagi dampak ikutannya. Konon pula pohon kelapa sawit sangat rakus air dan unsur hara. Tapi ...., biarlah mereka para ahlinya, mengulas dan mungkin menyadari betapa kita ... manusialah yang merusak alam dan mempercepat kiamat dunia.
Saya tidak tahu bagaimana menghadapi kondisi bila suatu kali ada anggota keluarga into kami menderita kanker, walau konon kabarnya kanker bisa disembuhkan 100%. Pasti tidak akan mudah dijalani oleh mereka yang mengalaminya. Tetapi ada satu hal yang selalu saya pegang dalam menangani penyakit yang bercokol di dalam tubuh ... yaitu jangan mengingkari kehendak alam.
Mengapa ...?
Untuk kanker yang berbentuk tumor, saya selalu ingat pohon-pohon di halaman rumah yang kala dahannya dipangkas... maka beberapa minggu kemudian akan bermunculan tunas baru yang jumlahnya jauh lebih banyak dari batang yang dipangkas. Demikianlah saya menyikapi tindakan operasi pengangkatan sel tumor ganas yang ada di dalam tubuh. Dari akar tumor yang ada di dalam tubuh, akan tumbuh puluhan, ribuan atau entah jutaan "cabang/tunas" tumor baru... Belum lagi membayangkan jutaan sel kanker berloncatan masuk ke dalam sel darah, saat operasi dilakukan, karena saluran darah itu terbuka saat dioperasi dan itulah jalan penyebaran sel kanker ke seluruh jaringan tubuh.
Kemoterapi ...? Ya .... itulah tindakan lanjutan dari operasi pengangkatan tumor yang biasa dilaksanakan usai operasi. Namun beratnya prosedur dan pengobatan melalui kemoterapi yang akan mematikan seluruh sel-sel tubuh, bukan saja sel tumor tetapi juga sel sehat tentu tidak mudah dilaksanakan dan dijalani. It just like fatalistic battle. Mengerikan ....
Seorang kenalan pernah memberitahu saya tentang kemoterapi untuk penanganan tumor ganas, yang menurut saya lebih masuk akal dengan dampak yang sangat minim. Menyuntikkan obat-obatan kimiawi tersebut langsung pada inti sel kanker tanpa melakukan operasi apapun juga. Akibat pada penderita akan sangat minimal. Tumor ganas, kabarnya akan menciut dan tetap tinggal di dalam selongsongnya. Pasien cukup diminta datang setiap 6 bulan, untuk memastikan apakah sel kanker itu masih tetap "kisut" atau hidup lagi. Tentu ada persyaratan lainnya .... penderita harus menjalankan hidup sehat....
Konon..., salah satu kiatnya adalah, buat agar kondisi tubuh dalam status alkaline - basa ...., karena kondisi acid - asam membuat tubuh manusia sangat rentan dihajar beragam penyakit.
https://www.youtube.com/watch?v=69P-Cqy7OSk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar