Selasa, 03 April 2018

SISI LAIN DARI PERJALANAN HAJI DAN UMROH

Hampir setiap kaum muslimin selalu mengidamkan untuk melakukan perjalanan ibadah haji atau umroh. Karenanya sangat tidak mengejutkan bila minat melakukan ibadah haji dan umroh, sangat tinggi. Apalagi karena saat ini, masa penantian untuk mendapatkan “kursi” melakukan ibadah haji baik dengan ONH reguler maupun ONH Plus, sangat panjang. Konon kabarnya, di beberapa daerah yang peminatnya banyak, bila mendaftar tahun 2018 ini, paling cepat baru akan mendapatkan jatah terbang pada tahun 2030. Pengecualiannya adalah bila kita termasuk manusia lanjut usia alias manula yang berumur di atas 60 tahun, penantiannya bisa diperpendek. Seberapa lama? Wallahu’alam. Masih sebatas kabarnya.

Itu sebab, perjalanan umroh yang masuk kategori Sunnah menjadi “seolah wajib”, mengalahkan ibadah haji yang sesungguhnya wajib bagi yang mampu. Mampu biaya, fisik dan pengetahuan tata cara ibadah, walau kemampuan yang terakhir ini bisa diperoleh melalui kelompok bimbingan ibadah haji alias KBIH yang mengorganisir keberangkatan haji ONH reguler atau travel biro yang mengurusi keberangkatan haji swasta alias ONH plus. Plus fasilitasnya, minimal jumlah hari nya namun plus–plus biayanya. Minimal 2x dari ONH reguler. Bahkan ada yang biayanya hingga 5 atau 8x ONH reguler. Biarlah …. Mereka mendaftar sesuai dengan kemampuan finansialnya yang mau tak mau, secara tak langsung, menunjukkan status sosialnya di masyarakat.

Apa yang membedakan perjalanan haji pada tahun 1994, serta perjalanan umroh yang dilakukan pada akhir tahun 1995, tahun 2002, 2008, 2010 dan 2018 yang baru lalu?

Ibadah haji tahun 1994, dengan ONH regular seharga sekitar 8 jutaan, bisa dilaksanakan tanpa daftar tunggu. Bayar di bank penerima ONH, daftar, lalu tinggal tunggu kabar, masuk keloter alias kelompok terbang mana.  Begitu mudahnya sehingga kita bisa memilih KBIH alias kelompok bimbingan ibadah haji manapun yang kita inginkan. Dengan sedikit biaya tambahan, KBIH ini akan mengurus segala sesuatu agar anggotanya bisa berangkat bersama serta mengatur apakan akan berangkat pada kloter awal, yang berarti memiliki waktu yang panjang untuk adaptasi dengan suasana dan cuaca tanah Arab yang ganas, lalu pulang beberapa hari saja setelah ibadah haji selesai. Atau memilih kloter di tengah namun menuju Madinah terlebih dahulu sehingga memiliki waktu untuk penyesuaian disbanding yang langsung terbang ke Makkah, yang berarti langsung berjibaku dengan kepadatan kota Makkah di tengah kelelahan perjalanan dari tanah air ke Jeddah, tetapi harus langsung melakukan umroh untuk, beberapa hari kemudian berwukuf di padang Arafah. Bagaimana kondisi perjalanan haji saat ini terutama untuk ONH reguler? Entahlah … Berharap jauh lebih baik.

Perjalanan umroh pertama pada akhir tahun 1995, dilakukan dengan “gaya eksekutif muda”. Tahu maksudnya? Mencari fasilitas wah, hotel bintang 5, tak peduli harga mahal, walau ternyata kegiatan banyak dilakukan di dalam masjid. Namun pada tahun 1995, biro perjalanan umroh memang masih terbatas, termasuk juga tentunya, peminatnya. Mungkin itu sebabnya, maka fasilitas yang ditawarkannya memang serba wah, apalagi dilengkapi dengan perjalanan terusan ke Jerusalem. Kalau tidak salah dengan biaya USD 2.850 yang saat ini setara dengan hampir 40 juta rupiah untuk 2orang/kamar. Jadi kalau dibandingkan dengan biaya umroh sekarang yang konon hanya 15 juta sd 18 juta untuk 4 orang sekamar, untuk ongkos umroh dengan sebutan promo, sepertinya ada penurunan biaya. Tapi memang, harga sebesar 15 juta hingga 18 juta sangat minim untuk memberikan pelayanan yang baik …. Biaya Umroh dengan fasilitas 5* untuk 2 orang/kamar tetap saja di atas 30 juta. Namun apapun juga, kalau dihitung dalam mata uang USD, biaya umroh kali ini lebih murah dibandingkan dengan tahun 1990an. Mungkin karena biro perjalanan umroh sudah terlalu banyak, jadi walau peminatnya banyak tetap saja ada persaingan tidak sehat untuk meraih sebanyak mungkin jamaah melalui berbagai program. Ada program back packer, program promo dan seterusnya.

Bicara mengenai kondisi di Makkah dan Madinah, ada banyak perbaikan menyolok terutama di sekitar masjid utama yaitu Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Berbagai fasilitas ditambahkan seperti hotel dan toilet umum, walau untuk itu kemudian menghilangkan sebagian situs bersejarah. Sebut saja sumur zamzam yang pada tahun 1990 bisa dimasuki dari pelataran tawaf, sekarang sudah tidak terlihat lagi dan nyaris terlupakan dimana lokasi tepat dari sumur zamzam tersebut.

Begitu juga dengan toilet yang sekarang sudah diperbanyak, terutama di luar al Haram. Ada pertanyaan menggelitik ….., mengapa dari puluhan bilik toilet umum, hanya ada sekitar 10% sampai 15% saja yang berbentuk kloset duduk, sementara sebagian besar berbentuk kloset jongkok. Memang …. Ditinjau dari sudut pandang kesehatan, konon penggunaan kloset jongkok, jauh lebih menyehatkan dibanding dengan penggunaan kloset duduk.

Dilihat dari sudut pandang kebersihan, dengan menggunakan kloset jongkok, tidak ada bagian tubuh kita (kecuali kaki) yang bersentuhan dengan kloset, sehingga kuman tidak akan masuk dan bersentuhan dengan organ intim, terutama organ intim perempuan. Lalu, posisi jongkok menyebabkan tekanan pada perut, sehingga saat BAB, seluruh kotoran dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan tuntas. Namun …. bagi orang dengan postur tubuh besar apalagi sudah berumur, kloset jongkok menyulitkan untuk berdiri, termasuk walaupun sudah dilengkapi dengan pegangan untuk membantu kita berdiri.

Perbaikan fasilitas yang hampir menyeluruh ini dilaksanakan di area masjidil Haram termasuk perluasan area shalat yang konon diharapkan selesai pada tahun 2020 untuk menampung 10 juta jamaah saat shalat fardhu. Mungkin nantinya akan membingungkan kalau berbicara soal fadillah atau pahala shalat 100.000 kali di area perluasan Masjidil Haram yang jelas-jelas lokasinya jauh dari Kabah. Lha wong …. Bukit Safa dan Marwa yang lokasinya sangat dekat dari Kabah saja sudah terhitung berada di luar area al Haram. 

Ah biarlah ….. Allah semata jualah yang akan menilai sah atau tidaknya ibadah manusia. Ikhlaskah kita dalam menjalankan ibadah tersebut atau semata-mata hanya menjadi pemburu pahala? Ini mungkin yang perlu ditanamkan pada para jamaah. Beribadah itu, apalagi di al Haram, hendaknya dilaksanakan karena keikhlasan menjalankan perintahNya … bukan berdasarkan transaksi dagang …. yaitu beribadah karena mengharapkan imbalan pahala. Wallahu’alam.

Dari semua perubahan-perubahan tersebut, ada satu hal yang tidak terlihat banyak perubahan, yaitu soal kebersihan toilet dengan konsekuensi, tentunya bebauan yang mengudara di seantero area toilet. Mengapa terjadi begitu …..?

Kalau boleh jujur …. harus diakui dengan rendah hati bahwa sebagian besar jamaah Haji maupun Umroh adalah mereka yang berasal dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Mereka yang memupuk mimpi ingin berkunjung ke Baitullah dengan menabung sedikit demi sedikit penghasilannya, bahkan menabung hampir sepanjang hidupnya. Mengiringi kondisi itu, tentu tata cara hidupnya berbeda dengan mereka yang berasal dari strata sosial di atasnya. Begitu juga dengan standar kebersihan yang dianutnya.  Jangankan penggunaan kloset duduk, penggunaan kloset jongkok yang memiliki tangki bilaspun menjadi suatu hal yang aneh bagi mereka. 

Mereka tidak mengerti bagaimana membersihkan kotorannya. Apalagi kalau menggunakan kloset duduk lengkap dengan kertas toilet. Walhasil …… kerap kali kotoran manusia masih berada dalam kloset ditinggalkan begitu saja. Sama sekali tidak higienis dan pasti menguarkan bebauan tak enak. Kasihan sesungguhnya kepada petugas kebersihan. Tapi apa mau dikata? Lack of communication ….. petugas kebersihan yang berasal dari negara–negara miskin seperti Pakistan dan Bangladesh (untung belum menemukan orang Indonesia) tidak mampu berbahasa Inggris kecuali mungkin bahasa Arab sekedarnya. Sama juga dengan jamaah dari golongan bawah yang tidak mampu berbahasa asing kecuali Bahasa daerah atau Bahasa nasionalnya.

kompartemen toilet di pesawat
Sampai saat ini, saya mengalami trauma berat akan kebersihan toilet di Wilayah Timur Tengah ini. Rasa waswas manakala harus menggunakan toilet selalu mengiringi dan sialnya hal yang selalu dihindari justru dijumpai … Ya .. itu tadi … kloset penuh kotoran atau kalaupun tidak ada kotoran, tetapi bebauan yang aneh bin ajaib membuat perut mual. Ini masalah yang sangat umum dalam perjalanan di area Timur Tengah. Walau Saudi Arabia adalah Negara kaya dan tentunya mampu memberikan pelayanan kebersihan dan peralatannya yang prima, namun karena mayoritas pengguna fasilitas umum tersebut berasal dari golongan bawah maka upaya tersebut menjadi terlihat sia–sia.

Sebetulnya, masalah penggunaan toilet sudah dimulai sejak jamaah naik pesawat. Seperti sudah dikatakan, sebagian besar jamaah haji dan umroh adalah mereka dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang rendah pula pengetahuan umum, kemampuan berkomunikasi/bahasa dan standar kebersihannya. Bukan tidak mungkin, sebagian dari mereka adalah orang–orang yang baru pertama kali naik pesawat, jarak jauh pula. Rasanya selain manasik tentang ritual ibadah, untuk menyempurakannya, selain tata cara tayammum, calon jamaah haji dan umroh perlu juga dibekali dengan pengetahuan; mengapa untuk salat, kita harus melakukan tayammum selama perjalanan di atas pesawat, bukan menggunakan air untuk berwudhu di toilet pesawat. Dalam pengertian mereka selama ini, “haram bertayammunm” bila masih bisa dijumpai air, walau sedikit air di toilet pesawat. Ini menyebabkan toilet di pesawat seringkali basah dan tentu saja memancing “kegeraman” awak pesawat.

Peralatan yang ada di dalam toilet pesawatpun kerap kali menjadi masalah. Dari hal sederhana, bagaimana mengunci pintu toilet, menggunakan flush/pembilas kotoran, anjuran membersihkan wastafel setelah menggunakannya, tempat pembuangan kertas yang telah digunakan, sering tijdvak dimengerti. Akhirnya kertas seringkali dibuang begitu saja di lantai toilet pesawat.

Kamar mandi hotel Bintang 4
Bayangkan saja … manakala, kita duduk dekat toilet, lalu ada seorang lelaki tua, tanpa mengunci pintu lalu mengangkat tinggi-tinggi gamisnya untuk kemudian menurunkan celana panjangnya lalu melakukan hajatnya tanpa merapatkan pintu  toilet sehingga bagian tubuhnya terlihat dari luar. Terpaksalah meminta bantuan orang lain untuk merapatkan/menutup pintu toilet agar auratnya tidak terlihat dari luar oleh lawan jenis pula.…. 

Astaghfirullah ….. diberitahupun, ternyata dia tidak mengerti dan curant berkenan … Sudah dibantu untuk menutup pintunyapun, dia merasa terganggu, terlihat dari wajahnya yang terlihat marah manakala dia keluar dari restroom.  Mungkin ketakutan tidak bisa keluar dari restroom atau apalah …., Yang pasti… orang yang sama melakukan kesalahan yang sama berulang kali selama perjalanan.

Penggunaan kamar mandi hotelpun seringkali bermasalah. Mereka yang tidak terbiasa menggunakan kloset duduk, bath tube lengkap dengan hand atau head shower, pengatur suhu air dan sebagainya. Kebiasaan mandi dengan air berlimpah dan gayung ditangan, tidak bisa dilupakan. Akibatnya, alih–alih masuk bath tube dan menggunakan hand shower atau fixed shower, sebagian orang justru memfungsikan bath tube sebagai bak mandi, mengisinya lalu mandi di luar bath tube dengan air yang sudah ditampungnya. Jadilah kamar mandi yang seharusnya kering, menjadi basah penuh air.


Kiranya … agar ibadah haji/umroh jamaah lebih sempurna dan mengurangi hal–hal buruk yang terjadi, rasanya dalam manasik/pertemuan yang biasanya dilakukan menjelang keberangkatan, jamaah perlu juga dibekali juga dengan tata cara menggunakan toilet di pesawat lengkap dengan pembekalan atas peralatan yang ada dalam pesawat. Let says pengetahuan tentang “the DO and DON’T” dalam pesawat, lengkap dengan penjelasan “MENGAPA”nya. 

Tata cara ibadah bisa dilaksanakan dengan sangat baik karena ada bimbingan muthowif, namun selama di pesawat, di peturasan alias bilik toilet umum atau dalam penginapan, mereka harus mandiri dan mengetahui tata cara penggunaan peralatan yang ada. Dengan demikian kita bisa berharap bahwa perjalanan dan ibadah yang dilakukan bisa lebih sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...