Jumat, 04 Mei 2018

MERASA DIKHIANATI

Hari ini, usai menyiapkan sarapan pagi, sebuah panggilan telpon masuk. Agak terkejut karena dia yang menelpon sepagi itu, bukanlah orang yang biasa berhubungan dengan saya baik secara pribadi maupun secara professional. Obrolan panjang berlangsung hingga hampir 45 menit. Mungkin ini sambungan telpon terlama yang pernah saya lakukan, karena pada dasarnya, saya bukan tergolong jenis manusia yang talkative alias “banyak omong”.

Dalam perjalanan ke kantor …. Di salah satu mata acara pagi sebuah pemancar radio, menceritakan curahan hati seseorang yang merasa “ditusuk dari belakang” oleh rekan bisnisnya dan tanggapan dari pendengar lainnya yang menyatakan bahwa “ditusuk dari belakang” atau dikhianati oleh teman dekat, rekan bisnis bahkan oleh anggota keluarga sekalipun, kalau sudah berkaitan dengan uang, adalah suatu hal yang biasa. Persis seperti yang pernah saya alami bertahun–tahun yang lalu dan sampai sekarang “menguap” begitu saja tanpa kejelasan. Dilupakan ….. ? tergantung kepentingannya. Yang dirugikan, tentu tidak akan pernah bisa melupakan baik kerugian maupun rasa sakit hatinya dikhianati. Sementara pihak yang “merugikan”, biasanya dengan terlihat sangat enteng melupakannya. Entah apakah masih ada “secuil” rasa berdosanya telah mengkhianati atau … semoga dia tidak seburuk itu untuk benar–benar merasa tidak bersalah sama sekali.

Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah pembicaraan melalui whatsapp, juga terungkap perasaan seorang istri yang merasa terkhianati oleh suami yang digambarkannya sangat gemar “tebar pesona” dimana saja dan kapan saja. Walau sudah menjadi rahasia umum di kalangan keluarga, tentu tetap ada yang membela mati–matian kelakuan sang suami dengan menimpakan segala “kesalahan” suami sebagai akibat dari kekurangan perhatian dan ketidak harmonisan komunikasi maupun visi dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.

Memang …. sangat tidak mudah untuk melupakan hal–hal yang menyakitkan hati. Beribu nasihat dibaca dan didengar bahwa rasa sakit itu bisa membuat ketidakseimbangan hormonal. Merusak kesehatan jiwa dan jasmani namun ternyata, kenyataannya, tetap saja bahwa melupakan memang tidak semudah memaafkan.

Hehe … jadi apa hubungan dan benang merah dari kedua peristiwa tersebut? Perasaan ditelikung, ditusuk dari belakang, dikhianati dan sebagainya sebagai buah dari keengganan untuk saling terbuka saat mendapatkan masalah dan mengupayakan mencari jalan keluar yang baik dan adil dari masalah tersebut bagi semua pihak yang terlibat.

Mudah ditulis …. Mudah diucapkan …. Namun belum tentu mudah pula dilaksanakan … Komunikasi yang baik dan transparan, tanpa ada maksud dan tujuan yang tersembunyi, ternyata sangat tidak mudah dilaksanakan. Kenapa ….. setiap orang punya gengsi dan alasan masing–masing.

Jadi …. Bagaimana solusinya …?

Yuk dipikirkan masing–masing, bagaimana cara menyelesaikan masalah melalui komunikasi yang baik, adil dan transparan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...