Senin, 26 Desember 2005

Alangkah indahnya bila ....

Kemarin, umat kristen merayakan hari Natal ... hari yang dipercaya sebagai hari lahirnya Yesus Kristus, sang Juru Selamat. Walaupun berdasarkan sejarah yang dapat dipercaya, 25 Desember, semula adalah perayaan pemujaan Matahari (Sun) oleh kaum Paganisme di bumi Romawi dan baru ditetapkan oleh Kaisar Romawi (Cosntantin) pada abad ke 4 (kalau tidak salah) sebagai hari kelahiran Yesus Kritus sekaligus mentahbiskannya sebagai Tuhan (anak Tuhan) yang diutus ke muka bumi sebagai Juru Selamat.

Beberapa milis yang berlatar belakang Islam, ramai mendiskusikan tentang perlu tidaknya (haram-halal) seorang muslim mengucapkan Selamat Natal kepada rekan dan kenalannya yang beragama Kristen. Kenapa hal ini selalu berulang-ulang mucul ke permukaan.

Terlepas dari berbagai asal-usul pembenaran dari argumentasi "haram atau halal" nya mengucapkan selamat natal tersebut, menurut saya, ada satu esensi yang harus kita pegang ... Bukankah Islam adalah agama yang membawa Rahmat bagi Alam Semesta? Kalau memang begitu, tentunya Allah Maha Mengetahui bahwa isi dunia ini terdiri dari berbagai jenis manusia (baik dan jahat) dari berbagai agama (Islam, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha dll) serta berbagai kontradiksi lainnya. Dalam konteks ini, maka seharusnya Islam juga harus memberikan Rahmat bagi mereka semua, lepas dari segala perbedaan tersebut. Minimal ... kita, kaum muslimin memberikan rasa damai, kasih sayang kita kepada mereka yang tidak seiman, agar mere semua merasakan rahmat Allah SWT, melalui perilaku umuat Islam yang santun, penuh kasih dan menebarkan kedamaian di alam semesta ini. Bukankah itu juga merupakan bagian dari Ibadah kita?

Jadi ... jangan memperdebatkan lagi perbedaan-perbedaan ritual keagamaan. Biarkan semua orang bebas dan tenteram melaksanakan keyakinannya. Allah SWT Maha Mengetahui akan apa-apa yang sudah ditetapkanNya di muka bumi ini. Tugas kita yang beragama Islam, adalah menebarkan "Rahmat" Allah melalui perilaku santun, welas asih dan lainnya, agar seisi dunia benar merasakan dan mengakui bahwa "Islam adalah Rahmatan lil Alami", bukan Islam yang ekstremis yang melahirkan para terorist sebagaimana yang digembar-gemborkan orang. Wallahu' Alam.

2 komentar:

  1. assalamu'alaikum mba Lina,
    Iya aku setuju banget...kita sbg ummat islam hendaklah menjadi "corong" bahwa dien kita adalah dien yg rahmatan fil 'alamiin, salah satunya dgn da'wah bil hal (da'wah dgn perbuatan). Welas asih, peka terhadap kebutuhan sesama, berempati dsb...insya Allah membuat siapapun nyaman bersahabat dgn kita. Semoga ya, mba. Wassalamu'alaikum wr wb

    BalasHapus
  2. Wa alaikum salam warahmatullah wabarakatuh...

    Ya nih ... maunya begitu. Apalagi buat muslim yang tinggal di lingkungan minoritas (terutama di luar negeri) pasti terasa betul betapa image Islam itu begitu buruknya. Ini mesti dibenahi, supaya non muslim bisa merasakan "Indah dan Nyamannya" hidup berdampingan dengan muslimin/muslimat. Insya Allah dengan begitu mereka tergerak untuk mengetahui Islam secara mendalam, karena sudah merasakan indahnya bersentuhan dengan Islam. Jangan seperti sekarang ini, Islam terasa begitu menakutkan (teror, penindasan kepada perempuan dll) ... Masya Allah ... padahal, ajaran kita kan nggak seperti itu... Wallahu Alam.
    wassalam

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...