Suatu pagi, sambil setir mobil, seperti biasa aku suka sok sibuk telpon sana sini. Memang membahayakan, tapi di tengah kemacetan, seringkali masalah kantor berkelebat di kepala. Daripada ada yang terlupa, lebih baik langsung dikerjakan, walaupun hanya melalui telpon. Nah begitulah situasinya, hari itu.
"Hei ... dimana kamu? aku mau minta tolong nih"
"Mbak... nanti siang deh, aku lagi di luar kantor!"
"Hah... ? Masih pagi begini udah keluar kantor?.
Hari masih pagi, sekitar jam 07.30. Mestinya dia masih dalam perjalanan. Tapi suasana yang tertangkap dalam telpon tidak menunjukkan dia masih dalam perjalanan.
"Nggak mbak. Aku ada di kindergarten. Nganter anak boss masuk sekolah. Kan hari pertama", begitu sahutnya, sambil menyebutkan sebuah nama kindergarten terkenal di bilangan Jakarta Selatan.
"Lho... kan belum tahun ajaran baru... Emang berapa tahun umurnya? Anak yang paling kecil itu kan?"
"Di sini kan sistem nya per semester, Jadi bisa masuk dong. Umur anaknya sudah lebih dari satu tahun kok".
***
Umur berapa sebaiknya anak mulai sekolah, hal ini masih banyak diperdebatkan. Ada yang mengatakan, seorang anak perlu bersosialisasi sedini mungkin, mendapat "pendidikan" seawal mungkin dan lain-lain. Di lain pihak ada yang mengatakan bermain adalah "pendidikan" bagi anak-anak di usia balita. Bagaimana cara mendidiknya atau bagaimana cara bermainnya agar sarana tersebut sekaligus merupakan ajang pendidikan bagi anak, masing-masing pihak punya argumentasinya sendiri.
Dalam suatu wawancara di sebuah radio swasta Jakarta, pada suatu hari, saya mendengarkan seorang ibu, kebetulan seorang artis terkenal dengan bangganya menceritakan bahwa anaknya, lebih tepat bayi, yang baru berusia enam bulan "sudah bersekolah". Memang hanya 1 - 2 jam saja dan tidak dilakukan setiap hari. Tetapi si anak memang "dilepas" dari lingkungan "rumah"nya ke dalam lingkungan sosial yang lebih luas bernama sekolah bayi itu tadi.
Entah bagaimana suasananya, saya tidak pernah melihatnya. Tapi saya tidak bisa membayangkan seorang bayi berumur enam bulan harus terlepas dari kenyaman dekapan si ibu untuk dibiarkan "terjun" ke lingkungan sosial yang lebih luas "sendirian"
Bagaimana dampak psikologis anak/bayi yang "dilepas" terlalu dini seperti ini. Adakah yang bisa menjawabnya?
"Hei ... dimana kamu? aku mau minta tolong nih"
"Mbak... nanti siang deh, aku lagi di luar kantor!"
"Hah... ? Masih pagi begini udah keluar kantor?.
Hari masih pagi, sekitar jam 07.30. Mestinya dia masih dalam perjalanan. Tapi suasana yang tertangkap dalam telpon tidak menunjukkan dia masih dalam perjalanan.
"Nggak mbak. Aku ada di kindergarten. Nganter anak boss masuk sekolah. Kan hari pertama", begitu sahutnya, sambil menyebutkan sebuah nama kindergarten terkenal di bilangan Jakarta Selatan.
"Lho... kan belum tahun ajaran baru... Emang berapa tahun umurnya? Anak yang paling kecil itu kan?"
"Di sini kan sistem nya per semester, Jadi bisa masuk dong. Umur anaknya sudah lebih dari satu tahun kok".
***
Umur berapa sebaiknya anak mulai sekolah, hal ini masih banyak diperdebatkan. Ada yang mengatakan, seorang anak perlu bersosialisasi sedini mungkin, mendapat "pendidikan" seawal mungkin dan lain-lain. Di lain pihak ada yang mengatakan bermain adalah "pendidikan" bagi anak-anak di usia balita. Bagaimana cara mendidiknya atau bagaimana cara bermainnya agar sarana tersebut sekaligus merupakan ajang pendidikan bagi anak, masing-masing pihak punya argumentasinya sendiri.
Dalam suatu wawancara di sebuah radio swasta Jakarta, pada suatu hari, saya mendengarkan seorang ibu, kebetulan seorang artis terkenal dengan bangganya menceritakan bahwa anaknya, lebih tepat bayi, yang baru berusia enam bulan "sudah bersekolah". Memang hanya 1 - 2 jam saja dan tidak dilakukan setiap hari. Tetapi si anak memang "dilepas" dari lingkungan "rumah"nya ke dalam lingkungan sosial yang lebih luas bernama sekolah bayi itu tadi.
Entah bagaimana suasananya, saya tidak pernah melihatnya. Tapi saya tidak bisa membayangkan seorang bayi berumur enam bulan harus terlepas dari kenyaman dekapan si ibu untuk dibiarkan "terjun" ke lingkungan sosial yang lebih luas "sendirian"
Bagaimana dampak psikologis anak/bayi yang "dilepas" terlalu dini seperti ini. Adakah yang bisa menjawabnya?
yang dimaksud sekolah bayi tuh mungkin lebih ke tempat permainan kali ya mba... cuma mainnya bareng teman2 yang sama..dan dibimbing guru yang sama. jadilah diberi nama 'sekolah'....
BalasHapusdi jepang juga ada kok sekolah bayi, tapi yang nemeninnya ibunya, he he sebenarnya sih kumpul-kumpul para ibu aja tapi ada yang mandu gitu.....................
BalasHapusMungkin saja memang begitu. Cuma dalam satu buku perkembangan anak, saya pernah baca bahwa bayi umur 6 bulan itu baru mulai "kenal" dengan orangtuanya dan memorinya mulai menangkap mana "orang dekat" mana orang asing. Nah kalo pada saat yang sama dia "masuk" dalam lingkup sosial yang lebih luas, bagaimana memorinya bisa menangkap "orang dekat" dan "orang asing" itu ya?
BalasHapusSaya lebih sepakat alasan yang terakhir... Ini "kegenitan" ibu2 untuk cari alasan keluar rumah, kali ya...? Jadi kelihatan lebih elegant, gitu loh!
BalasHapusada penelitian yang bilang bahwa anak di bawah satu tahun yang dititipkan di tempat penitipan, akan mengembangkan rasa tidak percaya (yang berkembang hingga ia dewasa) pada lingkungannya. ada di buku Bu Ratna Megawangi. Jadi bawaannya curiga terus sama orang lain. begitu..
BalasHapussaya percaya ini, karena anak sekecil itu masih perlu perlindungan tapi dia dilepas begitu saja. bukan tidak mungkin "kretakutan"nya terekam di alam bawah sadarnya
BalasHapusini anaknya siapa? umurnya -/+ seumur fyndra ya?
BalasHapussebenarnya perlu di definisikan dulu arti sekolah. karena tk atau dibawahnya kategorinya sich bukan sekolah. tk kan singkatan dari taman kanak-kanak. dunia bermain bagi anak-anak. dunia tempat mereka bebas berkreasi tanpa harus terpaku pada aturan. seringkali play group yang jelas-jelas kelompk bermain pun di jadiin sekolah yang ada aturan. sementara anak-anak itu bukan tumbuh tanpa aturan, tapi mereka butuh ruang untuk berkreasi. namun sering kali yang terjadi, orang tua yang memaksakan anaknya untuk hebat dan akhirnya tidak lebih jadi m*n**t sirkus, untuk dipamerin kepada ortu yang lain. anaknya umur segini udah bisa ini itu, umur segini udah bisa lari, umur segini udah bisa jalan...
BalasHapusNah, inilah yang jadi masalah.... Jarang ada orang tua yang sadar bahwa "nature" nya anak2 itu bermain yang bebas sehingga mereka menjadi kreatif dan innovatif, bukan bermain yang "diarahkan" yang menjadikan anak2 menjadi "robot" yang penurut
BalasHapussedikit lebih muda dari Fyndra
BalasHapus