Minggu, 13 Juli 2008

Gosip dibalik permintaan keringanan biaya masuk UI; Korban poligami

Apa hubungan antara poligami dan masuk UI?
Ternyata ada...  dan memang sangat mungkin. Lalu kalau poligami dihubungkan dengan permohonan keringanan biaya masuk UI? SO pastilah..... Semua orang juga tahu, hubungannya akan terang benderang. Nah, kasus ni mungkin bisa jadi peringatan bagi para pelaku poligami.

Awal bulan Juli 2008, adalah bulan sibuk orangtua dan mahasiswa yang ikut jadi panitia seleksi permohonan  keringanan uang masuk/kuliah di UI. Entah apa nama programnya. Tapi begitulah, yang menseleksi siapa-siapa yang patut mendapat keringanan. Supaya mereka tahu, bahwa tidak mudah memberi keringanan secara tepat sasaran dan berkeadilan. Harus ada mekanisme yang betul, karena bukan tidak mungkin di antara pemohon, terselip satu dua orang yang sebetulnya mampu, tapi coba-coba. Mumpung ada kesempatan. Kan orang Indonesia terkenal sangat pandai memanfaatkan kesempatan.

Konon, mahasiswa di salah satu fakultas di UI, kebingungan untuk memutuskan apakah calon mahasiswa baru itu pantas mendapat keringanan atau tidak. Masalah yang dihadapinya memang agak lucu banget. Ceritanya begini;

Calon mahasiswa meminta keringanan pembayaran. Sayang, saya nggak nanya detail, keringanan macam apa yang dimintanya. Ini soal biasa. Keterangan gaji si bapak, ternyata mencantumkan nilai 13 juta sebagai monthly take home pay. Si mahasiswa penyeleksi mulai bingung. Soalnya, gak nyambung banget. Mestinya orang yang gajinya 13 juta per bulan, nggak pantas diberi keringanan.

Bayangkan saja, UMR di DKI Jakarta, kalau nggak salah hanya sebesar 950 ribu. Gaji PNS nya professor di UI, nggak sampe 5 juta. Rata-rata gaji manajer di perusahaan besar di Jakarta, antara 10 - 20 juta, walau ada yang di atas itu, biasanya di Oil Co, tapi banyak juga yang bergaji di bawah 10 juta. Nah menilik range gaji seperti itu, mestinya bapak si calon mahasiswa ini termasuk berpangkat manajer ke atas di Jakarta dan kalau berdasarkan salary survey, dia termasuk golongan menengah atas. Dia pasti mampu hidup berkecukupan di Jakarta dan bahkan masih bisa menabung setiap bulan untuk biaya pendidikan anak-anaknya, bila berhemat. Jadi nggak pantas memperoleh keringanan.

Yang jadi masalah; si bapak berkilah bahwa dia tidak mampu membayar uang masuk dan kuliah anaknya di UI, karena dia harus membiayai 2 rumah tangga. Aku yang lagi telmi (maklum hari minggu ...) bertanya... "Memang mereka menanggung biaya orangtua/mertuanya ya?" Ini kan hal biasa di Indonesia, anak yang sudah menikah seringkali diminta ikut membiayai kebutuhan rumahtangga orangtua. Tapi, jawabannya ternyata bukan seperti yang kubayangkan.

Bapak si calon mahasiswa itu ternyata memiliki dua istri Dua keluarga yang harus dibiayai dengan entah berapa orang anak dari ke dua istrinya itu.. Jadi, mungkin dia berhitung bahwa gajinya bisa dihitung hanya 6,5juta karena dibagi untuk masing-masing keluarganya. Jumlah yang memang hanya pas-pasan untuk hidup secara layak di Jakarta.  

Oalah... pak ,,,,, pak .....!!! Ini salah satu konsekuensi poligami. Jadi kalo enaknya berpoligami dinikmati sendiri, mbok ya kalo sudah susah ya telan sendiri. Jangan nyabot hak calon mahasiswa yang betul-betul nggak mampu!

YA... tapi, namanya juga usaha,.... Begitu mungkin yang ada di kepala si bapak 

5 komentar:

  1. 6,5 juta satu keluarga cukup lah. asal prihatin pasti bisa bayar kuliah. macem2 aja itu bapak.

    BalasHapus
  2. Namanya usaha.....
    Dia mungkin lupa, masih banyak rakyat yang penghasilannya jauh di bawah dia, dan anak2nya juga butuh biaya sekolah.

    BalasHapus
  3. hi..hi...mau enaknya aja si bapak...ada2x aja....

    BalasHapus
  4. Memang.... malu-maluin aja...

    BalasHapus
  5. laen x aku poligami bagi2 Mme Lina enaknya deh :P (syg aku cw & tentu gak bisa berpoligami)
    wakakakak..

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...