Jumat, 24 Oktober 2008

Saya "jadi korban" Krisis Ekonomi di Amerika Serikat

Hari Kamis minggu yang lalu, di tengah kesibukannya wira–wiri kesana–kemari, big boss sempat manggil saya ke ruang kerjanya;
“Saya perlu makalah tentang krisis keuangan di  Amerika Serikat.”
“Untuk kapan dan apa isinya?”
“Selasa 21 Oktober. Isinya kira–kira tentang awal krisis tersebut. Rasanya waktu itu, setelah perang Irak, The Fed sempat nurunin interest rate. Nanti saya pikirin lagi”
“Ok, nanti saya cari bahannya di internet”.
Kembali ke ruangan, saya mulai cari bacaan tentang krisis keuangan itu. Searching mulai dari Wikipedia online sampai ke koran lokal. Makan waktu cukup panjang sampai akhirnya ketemu segudang bahan dan analisa lengkap dengan terminology ekonomi “yang canggih”. Saya yang bukan berlatar belakang ekonomi, rada bloon buat mencerna seabreg dokumen analisa ekonomi dalam bahasa Inggris. Tapi minimal sudah ada bahan untuk “oleh–oleh bacaan akhir pekan” si boss.
Hari Jum’at, ternyata dia sudah terbang entah kemana, nggak mampir ke kantor seperti biasanya. Kami hanya berkomunikasi melalui sms dan telpon.
“Acaranya diundur jadi hari kamis kok”, begitu katanya.
Ya sudah, jadi masih ada waktu untuk cari bahan lagi. Hari Jum’at itu saya dapat bahan lagi dari http://www.dw-world.de. Seluruh dokumen baik yang dari Wikipedia online dan dw world, di print dan dikirim ke rumahnya supaya ada ide penulisan makalah. Gila aja kalo saya disuruh nulis tanpa tahu apa maunya. Saya bukan ahli ekonomi, politikus apalagi pelaku usaha yang ngerti banget soal ekonomi makro seperti apa yang dilakoni sang big boss.   

Senin 20 Oktober, ternyata lagi-lagi doi sudah terbang entah kemana. Sekretarisnya Cuma bilang gini :
“Bapak pergi, mungkin baru ada lagi di Jakarta hari Rabu.”
“Lha… terus makalah gimana?”
“Tau’ deh… coba sms aja, mbak! Seperti biasa….!”

Aduh… si boss ini… nggak ada kabar berita! Mungkin itu enaknya jadi boss… Tinggal perintah anak buah. Biar si kroco-kroco itu pusing sendiri ngerjain tugas. Kalo nggak bisa atau nggak beres, tinggal marah. Info sampai hari Senin yang saya tahu cuma; dia perlu makalah tentang krisis ekonomi di Amerika Serikat dan makalah itu akan dipresentasikan pada hari Kamis. That’s it!!!

Selasa pagi, jadwalnya saya rapat di proyek. Mestinya, usai shalat dhuhur, saya mesti pergi rapat di proyek satu lagi. Tapi usai shalat, saya dapat kabar bahwa bapak dari salah satu staff keuangan meninggal dunia. Jadi kami semua di bagian keuangan, pergi melayat karena jenasah akan dikebumikan sore/malam hari itu juga di Pandeglang.
Sekretaris boss masih juga mengingatkan;
“Mbak… kata bapak, makalah tetap dibuat ya..”
“Halah… kumaha atuh…? Gimana saya mau nulis, lha si babe nggak ngasi tahu maunya apa?”
“Hihi… mbak, nasib anak buah, lah….!”

Jam 15.30, saya sudah kembali ke kantor. Nggak tenang ninggalin kantor terlalu lama sementara ide penulisan tentang Krisis Ekonomi masih belum nyangkut di kepala. Jadi saya masih tetap harus browsing lagi, cari-cari artikel yang bisa membuka wawasan mengenai masalah ini dari sudut pandang orang awam. Kepada big boss, saya hanya kirim sms bahwa makalah akan saya buat malam ini dan kalau selesai akan di email ke sekretarisnya. Paling lambat sebelum makan siang hari rabu, sudah bisa dikoreksi. Malam itu, seperti biasa suami tidur di rumah ibunya dan saya sudah terlalu lelah untuk mulai menulis. Jadi, langsung tertidur setelah shalat dan mandi.

Rabu pagi, usai shalat subuh, sambil menunggu anak bersiap ke sekolah, saya mulai menulis walaupun diselang–seling dengan urusan mengantar anak ke sekolah. Kepada sekretaris boss, saya bilang akan datang terlambat setelah makalah selesai.
Tiba di kantor saya masih harus mengkoreksi lagi karena sepanjang perjalanan, ternyata masih terpikir ada bagian-bagian yang kurang dan “nggak nyambung” konteks pembicaraannya. Untung, ternyata boss mendadak (again…!!!) ke luar kota baru akan pulang menjelang ashar. Yang terpenting, acaranya juga diundur menjadi hari Jum’at. Maka, siang itu makalah diantar ke tempat dimana dia berada dengan disertai secarik kertas;
“Pak… mohon dibaca. Kalau ada koreksi, kita masih punya waktu di hari Kamis sepanjang hari”

Kamis menjelang makan siang, 10 halaman makalah dikembalikan oleh boss untuk dibenahi. Untunglah arahan yang sangat minim, koreksi dari boss tidak mencapai 5% dan tidak merubah substansi materi. Hanya perubahan atau penambahan istilah–istilah saja. Maklum saja …. para penulis yang artikelnya dijadikan referensi makalah boss memang bukan orang sembarangan.

Nah, karena artikelnya lumayan panjang dan tidak semua orang tertarik pada masalah ekonomi, maka anda yang mau baca lebih jauh tentang Krisis Ekonomi di Amerika Serikat, silakan baca attached file ini.

8 komentar:

  1. belum baca aja sudah mumet mbak :)

    BalasHapus
  2. Udah ngebayangin seperti tahun 1998 ya?
    Tapi insya Allah, kalo orang2 yang punya duit nggak nge "rush" dana di bank seperti 1998, terus seperti iklannya Prabowo Subianto, orang2 kaya di Indonesia mau back to domestic product supaya impor kita berkurang, Indonesia nggak akan separah tahun 1998.

    BalasHapus
  3. asal-usulnya panjang banget... apalagi isinya... :)

    BalasHapus
  4. hehehe... saya kebanyakan omong ya...?
    Artikelnya menarik untuk memahami bahwa ekonomi dunia sebetulnya dikuasai oleh PARA PENJUDI berkedok bursa saham...

    BalasHapus
  5. udah bener sih mbak. saya sendir lagi nulis catatan di blog soal ini. menurut saya sih, ini karena sistem bunga. setiap orang menuntut keuntungan bunga sebesar mungkin. jadi kayak arisan berantai aja. satu saat mencapai titik jenuh.

    BalasHapus
  6. Yang pasti, beginilah akibatnya kalo materi menjadi tujuan hidup

    BalasHapus
  7. wah hrs dibaca nich..mmg diberbagai milis bnyk dibahas tuch..yg jelas dampak juga gak thd kehidupan kluarga nich...maklum disini juga msh kontraktor mb..

    BalasHapus
  8. kalo bacanya memang "mengerikan", banyak doa aja deh. Biar gimana rejeki kan datang dari Allah SWT, Dia juga yang menentukan semuanya

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...