Kamis, 20 November 2008

oleh-oleh dari rapat proyek

Hari selasa, sesudah makan siang, kami biasa kumpul di lantai 10 suatu gedung perkantoran di kawasan Mega Kuningan. Untuk membahas perkembangan pembebasan tanah, serta pernak-pernik masalah lainnya dari suatu proyek di kawasan Jakarta Barat.

Rapat yang dijadwalkan jam 14, seperti biasa molor. Pimpronya tentu nggak berani mulai karena memang banyak masalah yang harus diambil keputusan dan karena statusnya masih calon proyek, maka salah satu dari pemegang saham mayoritaslah yang memimpin rapat, seperti biasa. Nah… hari itu dia tidak berada di kantornya di lantai 9, tapi berada di luar.

Saya sudah kenal, tepatnya tahu pak HS ini sejak lama. Saat boss melengserkan jabatannya sebagai ketua umum salah satu organisasi profesi. Orangnya terlihat sangat serius dan tegas. Beberapa kali kami ketemu untuk bermitra dalam mengembangkan proyek tetapi selalu tertunda.Rapat hari selasa siang itu akhirnya baru dimulai pada jam 3.

Seperti biasa pak HS memimpin rapat dengan tegas dan jelas. Terlihat sekali bahwa dia sangat menguasai lapangan, hingga hal yang sangat detail. Bahkan komposisi bahan untuk pembuatan 1m3 turap batu kalipun masih diingatnya dengan baik sehingga membuat Dian, sang quantity surveyor tersipu-sipu, karena dia sendiri tidak hafal di luar kepala.

Entah sedang mimpi apa, dia yang selalu sibuk, hari itu terlihat relax dan kemudian terlibat obrolan ringan bernuansa nostalgia. Mengenang hari – hari pertama bekerja di suatu perusahaan milik mantan menteri di era Suharto.
“Saya ingat sekali, saat itu LGY yang menjabat sebagai manager Teknik bilang gini …. Saya ngak butuh insinyur. Saya cuma butuh lulusan STM”

Saya yang juga pernah bekerja di perusahaan tersebut tidak heran dengan jawaban ketus LGY. Memang begitulah LGY.

Pak HS lalu melanjutkan ceritanya ….“Kemudian, saya bertekad bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama saya akan duduk di kursi LGY.”Impiannya tercapai. Dua tahun kemudian HS menempati posisi sebagai manager Teknik sementara LGY dipindahkan ke Lit-bang yang sering diplesetkan menjadi sulit berkembang. Pada tahun ke 4 pak HS memutuskan berhenti dari perusahaan tersebut.Pemilik perusahaan yang sudah mengenal kualitas kerjanya, berusaha menahan agar dia tidak keluar.

“Saya akan jadi pecundang kalau saya menarik kembali resign letter tersebut. Jadi… apapun yang terjadi, saya harus keluar dan menjadi pengusaha seperti cita-cita semula”, begitu katanya.

Waktu terus berlalu … HS menjadi pengusaha yang cukup dikenal dan disegani di bidang property. Dia sekarang memiliki tidak kurang dari 30 proyek yang terdiri dari perumahan sederhana hingga perumahan mewah serta beberapa gedung perkantoran di lokasi yang sangat prestigious. Sementara LGY menjabat direktur di salah satu anak perusahaan kelompok tersebut selain sebagai pemegang saham. LGY memang merupakan salah satu pendiri perusahaan tersebut.

Sebagai orang yang memulai karier dari bawah, HS memang sanat menguasai pekerjaannya secara sangat detail. Rapat dengannya selalu memberikan pengetahuan tambahan. Bukan hanya sekedar memerintah, tetapi juga memberikan masukan atau jalan keluar dari masalah yang dihadapi staffnya. Yang terpenting, keberanian mengambil keputusan dan keteguhannya dalam mengembangkan usaha membuatnya menjadi pengusaha yang berhasil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...