Sabtu, 26 April 2008

Untuk Mama Ira Maya Sopha

Idola Cilik Tak Sesuai Umur

Di surat pembaca harian Kompas 26 April 08, saya mbaca surat dari seorang ibu yang merasa cemas saat menonton program acara ‘Idola Cilik’ di RCTI salah satu stasiun TV swasta terbesar di tanah air kita. Acara ini adalah ‘copy-paste’ dari acara Indonesian Idol yang saat ini juga sedang berlangsung dan tentunya seperti tahun2 yang silam, menjadi salah satu acara dengan rating yang tinggi.

Insting komersial para pebisnis memang tajam dan juga data menunjukkan bahwa dunia anak adalah dunia yang sangat menggiurkan untuk menjadi lahan bisnis. Karena segala sesuatunya akan dikalikan dua, misalnya beli karcis nonton bioskop anak2 tak mungkin anak sendiri beli, pasti minimal… sekali lagi minimal harus disertai ibunya, kali tiga kalau disertai bapaknya. Jadi tak usah dibayangkan, semua data jumlah orang akan dikalikan sekian, jadi sudah pasti gemuklah.

Jadi acara copy-paste tadi pastilah akan menempati rating yang tinggi, dan memang demikianlah keadaannya, setiap hari minggu kita akan lihat acara itu sepanjang lebih dari 4 jam, berikut dengan seluruh tayangan iklan, akan mendatangkan fulus yang berlimpah.

Tak usah lagi dijelaskan tentang acara Idola Cilik seperti apa, ajang ini ecek2nya mencari talenta muda sejak dini. Calon2 penyanyi berbakat dari kalangan anak2. Namun apa yang dicemaskan oleh ibu penulis surat pembaca Kompas tadi amatlah beralasan. Yaitu lagu2 yang dibawakan sepanjang acara dari anak untuk anak itu tidak sesuai sama sekali dengan umur mereka yang masih dibawah 12 tahunan. Hampir semua peserta membawakan lagu untuk orang dewasa, tentu saja tentang pacar2an, tentang percintaan, tentang kesedihan karena ditinggal kekasih. Semua yang cengeng2 dari pemuda-pemudi Indonesia tumpleg disitu. Bahkan dibawakan dengan penuh perasaan yang melebihi ekspresi orang dewasa biasa. Mungkin perlu saya himbau khusus untuk Mama Ira Maya Sofa, kalau peduli terhadap dunia anak2 kita, tolong pikirkan masalah ini dan usulkan pada penyelenggara untuk sedikit merubah format lagu dengan penetapan beberapa lagu wajib anak2. Dan beberapa lagu pilihan bebas terbatas (diantara 10 lagu yg telah dipilih terlebih dahulu oleh panitia) dengan tema netral seperti apa yg diusulkan ibu di surat pembaca itu. Misalnya tentang semangat membangun, menjaga kelestarian lingkungan, giat belajar, menjaga kesehatan. Untuk mereka yang peduli terhadap anak2, para pencipta lagu tolong dibuat lagu sebanyak mungkin untuk anak2.

Saya kira Diknas juga perlu turun tangan untk mensponsori dengan biaya APBN agar memberi insentif untuk pencipta lagu anak2. Kalau perlu dikompetisikan juga seperti layaknya dulu ada LCLR (Lomba Cipta Lagu Remaja) berarti nanti haruslah jadi LCLA (Lomba Cipta Lagu Anak2) pesertanya tentu orang dewasa semua. So please Mama Ira, Om Dave, Om Duta, Kak Winda, pikirkan deh format yang lebih mendidik. Ini demi kepentingan anak kita juga.

Kalau boleh saya teruskan juga sedikit. Penampilannya juga, jangan dibikin seperti orang dewasa. Dan tentu anak2 itu akan kehilangan jati dirinya sejak dini. Karena memang umurnya belum sampai. Gak perlu belajar psikologi perkembanganlah untuk tahu soal ini. Seorang ibu itu adalah psikolog terbaik untuk anaknya. Saya melihat anak kecil didandanin sexy jadi risih, kemudian maaf ya utk ortunya, anda2 itu sebenarnya gak pede tuh dengan membiarkan putri kecil anda berdandan sexy. Tanpa begitu2an putri kecil kita itu sudah cantik dengan wajah dan gaya yang natural. Jadi jangan bikin berlebihan, tampilkanlah kepribadian yang sebenarnya, agar mereka kelak menjadi diri mereka sendiri bukan copy-paste dari orang lain.

Jumat, 25 April 2008

UAN pembawa petaka.

Ujian Nasional masih berlangsung sejak hari Senin 21 April 2008. Beberapa kenalan mengirim sms, mohon doa untuk anak mereka yang sedang menjalani UAN. Kemarin sore, saya menelpon salah satu keluarga yang anaknya sedang menjalani UAN, menanyakan rencana perjalanan menghadiri pernikahan salah satu keponakan di Surabaya. Harus dipersiapkan jauh hari karena pernikahan itu dilangsungkan bertepatan dengan liburan panjang pada pertengahan bulan Mei 08. Kalau tidak, kita harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar tiket pesawat. Itupun kalau masih kebagian.

Rupanya, saya kurang bisa membaca situasi. Alih-alih mendapat sambutan untuk mengatur jadwal, malah terdengar jawaban yang kurang bersahabat. Semua karena anak-anaknya (kembar) sedang menjalani UAN. UAN sudah melibatkan emosi semua orang. Murid dan orang tua mereka.

Siang tadi, saat tiba di kantor, di ruang makan 2 orang rekan kerjaku sedang sibuk berbagi pengalaman dan saling menasehati. Anak mereka juga sedang menjalani UAN. Satu UAN tingkat SMA dan satu lagi UAN tingkat SMP.

Temanku yang anaknya sedang menjalani UAN tingkat SMA bercerita. Hari pertama, UAN mata pelajaran Matematika sudah diawalai dengan kejadian yang kurang menyenangkan. Usai UAN, si anak menelpon ibunya di kantor, sambil menangis karena tidak bisa mengerjakan UAN. Padahal prestasi anak itu, tidaklah jelek. Selalu masuk 10 besar sejak kelas 1. Dia menyesalkan bahwa saat ditawari seseorang “kunci jawaban UAN”, dia sudah menolak. Sedangkan sebagian besar teman-teman sekelas menerima jawaban kunci tersebut.

Hari kedua UAN, si ibu ditelpon oleh teman-teman anaknya. Si anak muntah dan demam. Stress berat menghadapi UAN. Hari ke 3 UAN dia sakit kepala dan mual. Ditawari paramex, tidak bisa karena dia sama sekali tidak mau makan. Mual dan karenanya kehilangan nafsu makan.

Dia, anak pertama dari 2 bersaudara. Bapaknya sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu.Konon menurut ibunya, semalam si ibu mengajak bicara si anak. Menghibur agar tidak “mendewakan” kelulusan. Kalau tidak lulus UAN, masih bisa mengulang lagi atau menempuh ujian paket C. Alih-alih terhibur si anak malah marah besar. Merasa terhina kalau hanya mendapat predikat kelulusan Paket C.

“Tidak….. aku nggak mau paket C. Aku nyesel mi, kenapa aku nggak terima kunci jawaban itu…?”
“Keputusanmu nggak salah kok. Untuk apa lulus kalau didapat dari jalan yang nggak bener?”, hibur si ibu.
“Tapi …., bayangin mi, kalau anak-anak yang prestasinya di bawah aku, lulus semua sementara aku nggak lulus?”
“Ya sudah…. Hidup dan keberhasilan kita tidak ditentukan oleh sebuah UAN. Masih ada cara lain.”
“Nggak mi,… aku malu kalo nggak lulus… aku mending mati aja kalo nggak lulus. Mau ditaruh dimana mukaku, mi….?”

Si ibu bingung menhadapi anaknya, sementara aku hanya mampu tercenung mendengar cerita temanku. UN belakangan ini menjadi momok yang menakutkan bagi semua. Murid, guru dan orangtua. Sekolah bukan lagi menjadi tempat yang menyenangkan untuk menimba ilmu, tetapi berubah menjadi tempat pembantaian.

Roh pendidikan sudah bergeser. Pendidikan adalah mengajarkan/mendidik anak bukan hanya materi akademis tetapi juga sebuah proses. Proses yang berlangsung terus menerus untuk membawa seorang anak dari tidak tahu menjadi tahu dan mengerti. Untuk menanamkan integritas kejujuran. Dan ini pasti tidak bisa diperoleh seketika.

Entah dimana salahnya …., saat komunikasi semakin terbuka lebar. Saat ilmu dapat diperoleh dari berbagai sumber secara luas, anak-anak kita malah terjerembab. Stress dan ketakutan menghadapi UN
Oh UAN ….

Kamis, 24 April 2008

Pendidikan Salah Kaprah

Minggu lalu, pembantu rumahku, heboh banget. Mundar mandir kesana kemari sambil menyampirkan kain kotak2 berwarna biru, di bahunya. Kain itu adalah tugas sekolah anaknya yang duduk di kelas 6 di salah satu SD negeri di Jakarta Selatan. Membuat taplak meja untuk digunakan di meja guru sekolah  dan tugas itu harus selesai dan dikumpulkan menjelang ujian nasional.

Konon tugas itu dibagikan per kelompok yang beranggotakan 1 orang murid perempuan dan 3 orang murid lelaki. Bahan disediakan sekolah sehingga murid-murid tidak terbebani biaya. Sampai disini, pekerjaan/prakarya ini tidak ditemukan kejanggalan. Tetapi, menjadi masalah karena ternyata murid-murid tidak pernah diajarkan menjahit. Jangankan menjahit dengan mesin, jahit tangan saja, mereka tak mampu. Itu sebabnya orangtua murid menjadi sibuk dibuatnya. Ada yang menjahit tangan dan ada pula yang mengambil jalan pintas dengan membawanya ke tukang jahit. Selesai sudah.

Murid membawa tugas yang sudah diselesaikan dengan baik, lalu mendapat nilai. Entah bagaimana cara guru menilai tugas itu. Seorang guru SD pasti tahu bahwa jaman sekarang, jarang sekali orang yang mampu menjahit baik jahitan tangan maupun dengan mesin. Jangankan murid SD, ibu merekapun belum tentu mampu menjahit dengan mesin.
Niat membekali murid dengan ketrampilan, tentu sangat baik. Tapi apakah penerapannya dengan cara seperti ini?  

Selasa, 22 April 2008

Tamu dari Pusat

Lebih dari 15 tahun yang lalu, seorang teman yang bekerja di suatu instansi pemerintahan pusat, bercerita; suatu hari, dia ditugaskan kantornya untuk berkoordinasi dengan instansi daerah yang membawahi bidang yang sama. Teman saya, saat itu, masih bujangan berumur +28 tahun, lulusan dari PTN terkenal dan ganteng. Dia juga baru beberapa bulan masuk ke instansi tersebut, setelah meninggalkan pekerjaan lamanya, di kantorku. Jadi "masih bau kencur" di instansi pemerintahan tersebut.

Maka, berangkatlah dia dengan tim yang ditunjuk kantornya. Tiba di kota yang dituju, seperti biasa, langsung diantar ke hotel untuk chek in, lalu usai makan siang mereka langsung berkoordinasi hingga menjelang maghrib. Acara rapat koordinasi berlangsung beberapa hari. Malam hari, usai istirahat, panitya tuan rumah mengajak tamu-tamu "pusat" makan malam di restaurant bergengsi sambil berekreasi. Disana mereka ditemani oleh beberapa escort.

"Anak bau kencur" ini, mungkin belum sadar akan maksud kehadiran escort. Di kantor kami, dia memang dikenal sebagai "anak gaul". Hampir setiap ada waktu, dia selalu meluangkan waktu untuk pergi ke diskotek atau cafe. Sebagai anak kost, mungkin dia jenuh menghabiskan waktu di kamar kost yang sempit. Dengan gaya hidup seperti itu, tak heran bila setiap akhir bulan dia selalu pusing memikirkan tagihan credit card yang jauh melebihi nilai gajinya.

Menjelang larut malam, rombongan tamu diantar kembali ke hotel. Sebagai basa-basi, tuan rumah didampingi escortnya mengantar hingga di depan pintu kamar. Usai membuka pintu kamar, tuan rumah berbasa-basi :
"Pak .... bila ada kekurangan dan ketidakpuasan, jangan sungkan menyampaikannya pada saya", ujarnya sambil mempersilakan sang escort masuk ke dalam kamar. Konon .... (menurut cerita temanku itu ...) dia betul-betul kaget, dan serta merta tanpa basa-basi, langsung menyuruh escort keluar kamar sambil "mengancam" melaporkan tuan rumah kepada atasannya atas perlakuan yang dianggap merendahkan harga dirinya.

Mendengar cerita temanku itu, kami, semua temannya "ngakak" sambil ngeledek ....Namun demikian, kami semua percaya bahwa temanku itu "masih" bicara jujur. Masih belum terkontaminasi dengan perilaku "orang pusat" saat ke daerah. Entah apakah setelah bekerja di instansi yang sama lebih dari 15 tahun, dia masih senaif itu.
*****

Minggu lalu, aku "terpaksa" berangkat ke Jawa Timur. Tidak bisa tidak karena ini acara rapat kerja dan pra RUPS. Jadi tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Berbarengan denganku, ada 3 orang "pusat" yang berkunjung ke salah satu anak perusahaan berkaitan dengan proses tukar guling. Mereka memang bagian dari tenaga ahli yang bertugas untuk menilai aset. Konon di Indonesia, keahlian yang dimilikinya masih tergolong langka.

Usai meninjau lapangan, tuan rumah menjadwalkan untuk mengadakan pertemuan ramah tamah dengan “pejabat daerah” setempat hingga lurah dan camat. Namun dengan halus, mereka (kalau tidak salah ada 5 orang) menolak ajakan makan malam. Mereka ingin “bernostalgia” menikmati kota yang sejuk itu di malam hari. Konon di antara tamu tersebut ada yang pernah kuliah di kota itu. Demi menghormat tamu, bos , menugaskan seorang rekan untuk menemani. Rekan kami tersebut dikenal sangat “militant” dalam menegakkan  syariat agama. Jangankan untuk berbuat tidak senonoh, menemani tamu masuk tempat karaokepun, ditolaknya dan dia akan meminta rekan lain sebagai pengganti tugasnya.
Karena acara makan malam dibatalkan, maka kami melanjutkan acara makan malam internal sambil ngobrol santai.
Nah, ditengah acara ngobrol itulah rekan kami menelpon, lapor  bahwa dia mendelegasikan tugas kepada seseorang sekaligus “misuh-misuh”. Ternyata, sambil  makan malam yang konon katanya ala kakilima. sang tamu selalu menggiring obrolan tentang wanita-wanita cantik. Karena temanku yang fanatik ini terlihat tidak “menangkap” arah maunya si tamu, maka salah satu counter-part nya memberi kode dan mengambil alih kewajiban “menjamu” tamu dari pusat. Mereka kemudian langsung menuju tempat karaoke yang dikenal dengan lady escort nya yang aduhai dalam pelayanan luar dalam. Tinggallah temanku misuh-misuh  ditinggal tamunya.
Oh lelaki …… Tamu dari pusat …. Ternyata, selang 15 tahun kemudian, perilaku mereka masih belum berubah. Apakah mereka tidak sadar bahwa perilaku mereka itu membuat mereka kehilangan respek dari tuan rumah. Apakah mereka tidak sadar bahwa permintaan itu seperti permintaan untuk melumuri muka mereka dengan najis?

Selasa, 01 April 2008

Jakarta punya Walikota Perempuan yang pertama

Sylviana Murni
Gubernur DKI Jakarta, hari ini Selasa 1 April 2008 akhirnya melantik walikota Jakarta Pusat. Istimewa karena DKI Jakarta, khususnya wilayah Jakarta Pusat untuk pertama kalinya memiliki walikota perempuan dan berasal dari etnis Betawi - asli. Yang penting, ini bukan APRIL MOP
Perempuan kelahiran Jakarta 11 Oktober 1958 ini dilantik pada hari ini Selasa 1 April 2008 di halaman kantor walikota Jakarta Pusat. 

Lepas dari kontroversi yang terjadi di DPRD selama proses penunjukannya sebagai Walikota Jakarta Pusat, paling tidak hal ini menunjukkan bahwa orang Betawi dan perempuan Betawi dianggap memiliki kemampuan yang cukup untuk memimpin wilayah Jakarta yang paling prestigeous.

Satu hal yang penting bagi keluarga besarnya; Sylviana Murni mampu mewujudkan cita-cita bapaknya. Konon si bapak sekitar +/-30 tahun yang lalu pernah berambisi untuk menjadi walikota Jakarta Timur dan karena satu dan lain hal belum pernah tercapai hingga akhir hayatnya.. Sayang ibu dan bapaknya tidak sempat melihat sang anak mewujudkan mimpi mereka berdua.
***** 

"lina alwi" ars0475@yahoo.com wrote:
Selamat, semoga dapat memegang amanah ini dan mampu meneladani Umar Ibn Khattab dalam melaksanakan tugas.

Sylviana <sylviana@cbn.net.id> wrote:

Asw. Dearest Kak Lina dan Keluarga,
Mohon Doa restunya, Insya Allah, atas izin ALLAH SWT saya akan dilantik menjadi Walikota Jakarta Pusat Hari Selasa, 1 April 2008 jam 11.00 wib di halaman kantor Walikota Jakarta Pusat, Jl. Tanah abang I No. 1 Jakarta Pusat, mohon dukungan dan DOA IKHLASnya semoga setiap langkah saya dan keluarga selalu dalam RIDHO ALLAH SWT, sebelumnya terima kasih dukungan dan doanya, bila berkenan bisa hadir, saya dan kel tentu sangat berbahagia, terima kasih sebelumnya.
Wassalam
Best Regards,
SM

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...