Hari ke 4 : Paris – Brussels – Amsterdam, bisa jadi merupakan hari yang layak dicatat dalam kehidupan para peserta tour. Seperti kata Wawan sang tour leader, hari ini peserta akan makan pagi di Paris–Perancis, makan siang di Brussel–Belgia, ibukota Union Europeenne (Uni Eropa) dan makan malam di Amsterdam–Belanda. Bukan main….!
Perjalanan pagi dengan menggunakan bus wisata Trafalgar menuju Brussel melalui autoroute dengan kecepatan maksimum 100km/jam. Peserta yang masih kelelahan dengan semangat tinggi menyimak panduan Wawan sang TR yang memang sangat berpengalaman dan menguasai betul obyek wisata yang akan dikunjungi. Tujuan pertama di Brussel adalah Atomium, sebuah ikatan kimiawi yang terbuat dari stainless steel, lalu makan siang di sebuah restoran (lagi-lagi) Chinese/thai resto untuk kemudian dilanjutkan melihat Grand Palais yang merupakan komplek istana dan melihat patung maneken piss yang terkenal dan menjadi ikon Brussel.
Usai berbelanja souvenir dan mencicipi Belgian wafel dan coklat yang terkenal enaknya, perjalanan dilanjutkan menuju ibukota negara kincir angin, Amsterdam untuk makan malam di Resto Desa dimana peserta memuaskan rasa kangennya dengan menyantap ludas gado2, sayur asam, semur daging dan lainnya. Masakan Indonesia a la dapur Belanda. Lumayan buat menepis rindu pada masakan tanah air. Setelah kenyang, kami diajak ke hotel Holiday inn di Schipol. Kami mendapat kamar executive suite yang sangat nyaman.Hari ke 5, tanggal 1 Juli dimulai dengan sarapan pagi a la Holiday inn yang OK banget.
Acara di Negara kincir angin dimulai dengan mengunjungi desa nelayan Volendam dengan sebelumnya mengunjungi kincir air tertua di Belanda, pabrik pembuatan keju dan klompen Belanda, dan akhirnya Volendam. Seperti biasa berfoto merupakan kegiatan wajib untuk menunjukkan bahwa kita sudah mengunjungi Negara itu lho…. Hihihi … walau cuma kulitnya doang, tapi lumayan buat berbangga hati… Jadi, kincir angin kuno ramai dijadikan objek foto. Di Volendam, peserta membuat foto dengan pakaian asli nelayan Belanda, seperti yang banyak dilakukan oleh wisatawan dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Sambil menunggu teman lainnya berfoto, kami berjalan-jalan menyusuri pantai Volendam dan menemukan patung-patung unik nelayan Belanda, menikmati fast food di tepi pantai.
Usai kunjungan ke Volendam, kami diajak ke Pabrik Pengasahan Berlian Costner yang berada di Amsterdam. Usai penjelasan mengenai mutu berlian, beberapa peserta yang tertarik dan atau memang telah merencanakannya, segera memilih butir berlian yang diminatinya. Harganya….., hm…. Tentu hanya orang yang “mampu” yang bisa membelinya.
Acara kemudian dilanjutkan Canal Cruise, mengelilingi kota dengan perahu menyusuri kanal-kanal kota yang merupakan satu keunikan dari Amsterdam dan ditutup dengan makan malam dan tentunya kembali ke hotel dengan perasaan puas tapi lelah.
Kamis 2 Juli 2009, hari ke 6, setelah sarapan pagi dan memasukkan koper ke bagasi bus, kami segera berangka menuju Frankfurt, via Koln. Ayo…. Ada yang inget nggak, apa keistimewaan Koln? Teman saya Aswil, melalui FB mengingatkan saya bahwa Koln adalah kotanya Etienne Aigner … merek produk berkelas yang terkenal itu lho. Tapi, bukan itu yang saya maksud ….. Koln alias Cologne di benak saya identik dengan 4711.
Ayo…. Kode apa ini? Ini adalah satu-satunya jenis minyak wangi kuno yang saya kenal sejak jaman nenek saya masih hidup. Etiketnya ternyata masih sama seperti jaman dulu, disebut Eau de Cologne (baca o de kolonye – air dari Koln) dengan merek 4711.Pendeknya, kami tiba di Koln alias Cologne tepat saat makan siang di pusat kota, tidak jauh dari Cathedral Cologne yang sangat indah. Kebakaran yang terjadi pada cathedral tidak mampu menghapuskan keindahannya.
Usai makan siang, perjalanan segera dilanjutkan menuju Frankfurt dimana sebagian perjalanan dilakukan dengan cruise di sungai Rhine melalui yang terkenal dengan legenda gadis bernama Lorerey. Tiba di Frankfurt seperti biasa, kami makan malam dulu sebelum masuk Sheraton hotel di Euffenbach, kota satelitnya Frankfurt
Jum’at 3 Juli 2009, hanya satu malam kami menikmati kenyamanan Sheraton Hotel di Frankfurt, tenaga yang sudah mulai mengendur karena kelelahan dalam perjalanan bus, harus membereskan koper dan menaikkannya kembali ke dalam bus. Aldo sang Italiano yang tinggi besar sigap memasukkan koper yang sudah mulai hamil ke dalam perut bus.
Hari ke 7 ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Swiss yang indah, yaitu menuju Engelberg yang terletak di kaki gunung Titlis. Kami beruntung memiliki oom Wawan, begitu dia selalu dipanggil oleh Darrel alias Syiang-syiang sebagai tour leader yang selalu siap sedia mendongengi peserta tour tentang objek wisata yang akan dikunjungi maupun pengalaman-pengalaman pribadinya selama menjadi tour leader di Anta. Aldo pun tak kalah hebatnya. Sang supir selalu siap membantu dan tahu “medan” perjalanan sehingga kami tidak pernah tersasar selama dalam perjalanan.
Ketentuan pengemudi bus pariwisata yang mengharuskan supir melakukan istirahat setiap 2 jam tentu menguntungkan peserta terutama perempuan sehingga penghentian ini selalu dinamakan “TOILET STOP”, karena memang toilet itulah yang pertama kali diserbu peserta, sebelum kemudian membeli minuman dan cemilan untuk bekal selama perjalanan.
Atas kebaikan dan kerjasama yang baik antara pak Wawan dengan Aldo, maka perjalanan ke Engelberg dilakukan dengan terlebih dulu mampir ke Rhine’s Fall yang konon katanya air terjun terbesar di Eropa, sebelum akhirnya kami makan siang di Black Forest. Black forest yang satu ini bukan kue tart yang kita kenal, tapi adalah kawasan wisata alam/hutan tempat kue tersebut berasal, tetapi kawasan hutan cemara yang sangat rapat sehingga konon matahari tidak mampu menembus hutan cemara sehingga lahan hutan menjadi gelap dan dari sinilah timbul sebutan Black Forest.
Di sini kami berhenti di pabrik pembuatan jam kukuk asli, usaha turun temurun milik keluarga bernama DRUBA, melihat dari dekat pembuatannya dan…. Kalau berniat, membelinya tentu saja. Harganya…. Tentu relative. Tapi melihat proses dan keindahannya, rasanya harga dan kualitasnya sangat sepadan. Kami juga mencicipi makan siang ala Druba …. dan black forest tart yang aslinya ternyata tidak seheboh tart sejenis yang biasa kita makan di Indonesia.
Seperti biasanya di kawasan wisata, selalu ada took souvenir khas daerah tersebut. Kalau di Paris, kita akan membeli miniature menara Eiffel, di Belanda membeli klompen, maka di kawasan wisata Black Forest yang terletak di tepi danau Titisee, selain jam kukuk… maka saya menemukan souvenir khas….. yaitu boneka nenek sihir….!!! Dan tidak lupa, untuk pertama kalinya saya punya kesempatan membeli …. Black Cherry…. Yang memang sudah diniatkan sejak awal perjalanan.Perjalanan masuk dan keluar Swiss adalah satu-satunya perjalanan di Schengen country yang harus melalui immigration check point.
Swiss adalah Negara terindah di dunia. Sungguh, ini bukan omong kosong… bersih teratur dan indah. Entah bagaimana cara mengaturnya, namun sepanjang perjalanan, walaupun secara umum pemandangan alam yang sersaji begitu indah, namun di Swiss lah pemandangan alam di kiri dan kanan autoroute tersaji begitu indahnya sehingga tanpa sadar, jepretan demi jepretan kamera terdengar di dalam bus sehingga tanpa terasa kami tiba di desa Engelberg yang terletak kaki gunung Titlis.
Jangan bandingkan desa wisata di Swiss dengan desa wisata manapun di Indonesia. Tanpa mengurangi kecintaan pada tanah air, maka kita harus mengakui bahwa Swiss memang Negara yang sangat indah.Bus wisata kali ini tidak bisa berhenti di depan hotel. Kami harus membawa koper melalui terowongan untuk kemudian naik lift ke lobby hotel, karena Terrace hotel tempat kami menginap terletak di lereng bukit. Ini adalah hotel kuno dengan lantai kayu namun tetap bersih dan nyaman.
Dari jendela dan balkon hotel langsung tersaji pemandangan yang luar biasa indah. Salju abadi maupun keindahan alamnya yang luar biasa. Sehingga 1 malam di Terrace Hotel pasti tidak akan cukup untuk menikmati. Tempat ini sebetulnya lebih cocok buat para honeymooners.Hari ke 8, tanggal 4 Juli 2009 usai makan pagi kami diajak naik ke puncak gunung Titlis (3.020 m dpl) dengan menggunakan kereta gantung sengan 2 kali stop over dimana kereta gantung terakhir dapat berputar 360derajat.Mt. Titlis adalah salah satu puncak pegunungan Alpen dengan ketinggian 3,020 di atas permukaan laut dan terkenal dengan salju abadi serta pemandangannya yang sangat indah.
Perjalanan ke puncak juga sangat menarik tatkala kita disajikan suara genta berirama sangat indah yang terikat di leher sapi yang sedang makan. Makan siang hari itu tersaji di restoran di puncak gunung Titlis. Disini, peserta tour juga dapat membuat foto kenangan dengan menggunakan pakaian asli penduduk desa yang sangat indah.Sore hari, kami diajak berorientasi di kota Lucerne atau Luzern dengan mengunjungi Lion Monument dan Chapel Bridge yang terletak di tengah danau yang sangat jernih sehingga dasar danau tersebut dapat terlihat dengan jelas. Luzern alias Lucerne merupakan water front city yang sangat indah.
Perjalanan pagi dengan menggunakan bus wisata Trafalgar menuju Brussel melalui autoroute dengan kecepatan maksimum 100km/jam. Peserta yang masih kelelahan dengan semangat tinggi menyimak panduan Wawan sang TR yang memang sangat berpengalaman dan menguasai betul obyek wisata yang akan dikunjungi. Tujuan pertama di Brussel adalah Atomium, sebuah ikatan kimiawi yang terbuat dari stainless steel, lalu makan siang di sebuah restoran (lagi-lagi) Chinese/thai resto untuk kemudian dilanjutkan melihat Grand Palais yang merupakan komplek istana dan melihat patung maneken piss yang terkenal dan menjadi ikon Brussel.
Usai berbelanja souvenir dan mencicipi Belgian wafel dan coklat yang terkenal enaknya, perjalanan dilanjutkan menuju ibukota negara kincir angin, Amsterdam untuk makan malam di Resto Desa dimana peserta memuaskan rasa kangennya dengan menyantap ludas gado2, sayur asam, semur daging dan lainnya. Masakan Indonesia a la dapur Belanda. Lumayan buat menepis rindu pada masakan tanah air. Setelah kenyang, kami diajak ke hotel Holiday inn di Schipol. Kami mendapat kamar executive suite yang sangat nyaman.Hari ke 5, tanggal 1 Juli dimulai dengan sarapan pagi a la Holiday inn yang OK banget.
Acara di Negara kincir angin dimulai dengan mengunjungi desa nelayan Volendam dengan sebelumnya mengunjungi kincir air tertua di Belanda, pabrik pembuatan keju dan klompen Belanda, dan akhirnya Volendam. Seperti biasa berfoto merupakan kegiatan wajib untuk menunjukkan bahwa kita sudah mengunjungi Negara itu lho…. Hihihi … walau cuma kulitnya doang, tapi lumayan buat berbangga hati… Jadi, kincir angin kuno ramai dijadikan objek foto. Di Volendam, peserta membuat foto dengan pakaian asli nelayan Belanda, seperti yang banyak dilakukan oleh wisatawan dari berbagai Negara termasuk Indonesia. Sambil menunggu teman lainnya berfoto, kami berjalan-jalan menyusuri pantai Volendam dan menemukan patung-patung unik nelayan Belanda, menikmati fast food di tepi pantai.
Usai kunjungan ke Volendam, kami diajak ke Pabrik Pengasahan Berlian Costner yang berada di Amsterdam. Usai penjelasan mengenai mutu berlian, beberapa peserta yang tertarik dan atau memang telah merencanakannya, segera memilih butir berlian yang diminatinya. Harganya….., hm…. Tentu hanya orang yang “mampu” yang bisa membelinya.
Acara kemudian dilanjutkan Canal Cruise, mengelilingi kota dengan perahu menyusuri kanal-kanal kota yang merupakan satu keunikan dari Amsterdam dan ditutup dengan makan malam dan tentunya kembali ke hotel dengan perasaan puas tapi lelah.
Kamis 2 Juli 2009, hari ke 6, setelah sarapan pagi dan memasukkan koper ke bagasi bus, kami segera berangka menuju Frankfurt, via Koln. Ayo…. Ada yang inget nggak, apa keistimewaan Koln? Teman saya Aswil, melalui FB mengingatkan saya bahwa Koln adalah kotanya Etienne Aigner … merek produk berkelas yang terkenal itu lho. Tapi, bukan itu yang saya maksud ….. Koln alias Cologne di benak saya identik dengan 4711.
Ayo…. Kode apa ini? Ini adalah satu-satunya jenis minyak wangi kuno yang saya kenal sejak jaman nenek saya masih hidup. Etiketnya ternyata masih sama seperti jaman dulu, disebut Eau de Cologne (baca o de kolonye – air dari Koln) dengan merek 4711.Pendeknya, kami tiba di Koln alias Cologne tepat saat makan siang di pusat kota, tidak jauh dari Cathedral Cologne yang sangat indah. Kebakaran yang terjadi pada cathedral tidak mampu menghapuskan keindahannya.
Usai makan siang, perjalanan segera dilanjutkan menuju Frankfurt dimana sebagian perjalanan dilakukan dengan cruise di sungai Rhine melalui yang terkenal dengan legenda gadis bernama Lorerey. Tiba di Frankfurt seperti biasa, kami makan malam dulu sebelum masuk Sheraton hotel di Euffenbach, kota satelitnya Frankfurt
Jum’at 3 Juli 2009, hanya satu malam kami menikmati kenyamanan Sheraton Hotel di Frankfurt, tenaga yang sudah mulai mengendur karena kelelahan dalam perjalanan bus, harus membereskan koper dan menaikkannya kembali ke dalam bus. Aldo sang Italiano yang tinggi besar sigap memasukkan koper yang sudah mulai hamil ke dalam perut bus.
Hari ke 7 ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Swiss yang indah, yaitu menuju Engelberg yang terletak di kaki gunung Titlis. Kami beruntung memiliki oom Wawan, begitu dia selalu dipanggil oleh Darrel alias Syiang-syiang sebagai tour leader yang selalu siap sedia mendongengi peserta tour tentang objek wisata yang akan dikunjungi maupun pengalaman-pengalaman pribadinya selama menjadi tour leader di Anta. Aldo pun tak kalah hebatnya. Sang supir selalu siap membantu dan tahu “medan” perjalanan sehingga kami tidak pernah tersasar selama dalam perjalanan.
Ketentuan pengemudi bus pariwisata yang mengharuskan supir melakukan istirahat setiap 2 jam tentu menguntungkan peserta terutama perempuan sehingga penghentian ini selalu dinamakan “TOILET STOP”, karena memang toilet itulah yang pertama kali diserbu peserta, sebelum kemudian membeli minuman dan cemilan untuk bekal selama perjalanan.
Atas kebaikan dan kerjasama yang baik antara pak Wawan dengan Aldo, maka perjalanan ke Engelberg dilakukan dengan terlebih dulu mampir ke Rhine’s Fall yang konon katanya air terjun terbesar di Eropa, sebelum akhirnya kami makan siang di Black Forest. Black forest yang satu ini bukan kue tart yang kita kenal, tapi adalah kawasan wisata alam/hutan tempat kue tersebut berasal, tetapi kawasan hutan cemara yang sangat rapat sehingga konon matahari tidak mampu menembus hutan cemara sehingga lahan hutan menjadi gelap dan dari sinilah timbul sebutan Black Forest.
Di sini kami berhenti di pabrik pembuatan jam kukuk asli, usaha turun temurun milik keluarga bernama DRUBA, melihat dari dekat pembuatannya dan…. Kalau berniat, membelinya tentu saja. Harganya…. Tentu relative. Tapi melihat proses dan keindahannya, rasanya harga dan kualitasnya sangat sepadan. Kami juga mencicipi makan siang ala Druba …. dan black forest tart yang aslinya ternyata tidak seheboh tart sejenis yang biasa kita makan di Indonesia.
Seperti biasanya di kawasan wisata, selalu ada took souvenir khas daerah tersebut. Kalau di Paris, kita akan membeli miniature menara Eiffel, di Belanda membeli klompen, maka di kawasan wisata Black Forest yang terletak di tepi danau Titisee, selain jam kukuk… maka saya menemukan souvenir khas….. yaitu boneka nenek sihir….!!! Dan tidak lupa, untuk pertama kalinya saya punya kesempatan membeli …. Black Cherry…. Yang memang sudah diniatkan sejak awal perjalanan.Perjalanan masuk dan keluar Swiss adalah satu-satunya perjalanan di Schengen country yang harus melalui immigration check point.
Swiss adalah Negara terindah di dunia. Sungguh, ini bukan omong kosong… bersih teratur dan indah. Entah bagaimana cara mengaturnya, namun sepanjang perjalanan, walaupun secara umum pemandangan alam yang sersaji begitu indah, namun di Swiss lah pemandangan alam di kiri dan kanan autoroute tersaji begitu indahnya sehingga tanpa sadar, jepretan demi jepretan kamera terdengar di dalam bus sehingga tanpa terasa kami tiba di desa Engelberg yang terletak kaki gunung Titlis.
Jangan bandingkan desa wisata di Swiss dengan desa wisata manapun di Indonesia. Tanpa mengurangi kecintaan pada tanah air, maka kita harus mengakui bahwa Swiss memang Negara yang sangat indah.Bus wisata kali ini tidak bisa berhenti di depan hotel. Kami harus membawa koper melalui terowongan untuk kemudian naik lift ke lobby hotel, karena Terrace hotel tempat kami menginap terletak di lereng bukit. Ini adalah hotel kuno dengan lantai kayu namun tetap bersih dan nyaman.
Dari jendela dan balkon hotel langsung tersaji pemandangan yang luar biasa indah. Salju abadi maupun keindahan alamnya yang luar biasa. Sehingga 1 malam di Terrace Hotel pasti tidak akan cukup untuk menikmati. Tempat ini sebetulnya lebih cocok buat para honeymooners.Hari ke 8, tanggal 4 Juli 2009 usai makan pagi kami diajak naik ke puncak gunung Titlis (3.020 m dpl) dengan menggunakan kereta gantung sengan 2 kali stop over dimana kereta gantung terakhir dapat berputar 360derajat.Mt. Titlis adalah salah satu puncak pegunungan Alpen dengan ketinggian 3,020 di atas permukaan laut dan terkenal dengan salju abadi serta pemandangannya yang sangat indah.
Perjalanan ke puncak juga sangat menarik tatkala kita disajikan suara genta berirama sangat indah yang terikat di leher sapi yang sedang makan. Makan siang hari itu tersaji di restoran di puncak gunung Titlis. Disini, peserta tour juga dapat membuat foto kenangan dengan menggunakan pakaian asli penduduk desa yang sangat indah.Sore hari, kami diajak berorientasi di kota Lucerne atau Luzern dengan mengunjungi Lion Monument dan Chapel Bridge yang terletak di tengah danau yang sangat jernih sehingga dasar danau tersebut dapat terlihat dengan jelas. Luzern alias Lucerne merupakan water front city yang sangat indah.
ndak mampir liat patung freddy mercury ?
BalasHapusnggak masuk daftar acara. tapi liat patung Daud versi Michelangelo juga seru kok.....
BalasHapus