Jumat, 04 Desember 2009

Ada apa dengan Indonesia?

Ada apa dengan Indonesia? Mungkin itu pertanyaan yang belakangan ini muncul di kepala masyarakat Indonesia terutama mereka yang hidup di perkotaan dan memiliki akses pada informasi ekonomi dan politik. Nyaris separuh tahun sudah kita disuguhi berita-berita di media massa baik cetak maupun elektronik dengan gonjang-ganjing di ranah hukum dan peradilan. Awalnya ada peradilan kasus pembunuhan Nazarudin Zulkarnain, salah satu direktur di grup Rajawali yang menyeret dan konon didalangi oleh Antasari Azhar (AA - sekarang mantan), sang ketua KPK.

Kasus ini konon ditengarai karena cinta segitiga antara AA–korban dan istri ketiganya. Namun lain lagi rumor yang berkembang di masyarakat setelah berjalannya pemeriksaan terhadap saksi–saksi dan pelaku langsung pembunuhan berdarah tersebut. Konon katanya, kasus ini penuh dengan rekayasa dengan maksud menggembosi KPK. Alasan penggembosan KPK memang cukup valid.

Kiprah KPK dalam membongkar berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh para eksekutif pemerintahan, anggota DPR/DPRD dan bahkan terakhir menyentuh juga lembaga judicatif dengan terbongkarnya kongkalikong antara jaksa Urip Tri Gunawan dengan Ayin, membuat GERAH banyak pihak yang merasa terancam "keselamatan" pundi-pundi emasnya. Apalagi kalau beberapa kasus yang sedang diselidiki KPK banyak menyangkut petinggi Negara. Ini ibarat anak macan ingin memangsa induknya. KEBLINGER …., katanya. Dari kasus cinta segitiga yang hanya melibatkan AA sang ketua, jeratan pada aktifis KPK kemudian melebar kepada anggota lainnya yang tersisa.

Entah apa pula alasan dihembuskan dan diedarkannya sehingga dari 4 anggota KPK, justru Bibit Sama Riyanto–BSR dan Chandra M Hamzah–CMH menjadi korban selanjutnya untuk di”bungkam” kiprahnya.Adalah "testimoni" AA yang menyatakan bahwa dua koleganya di KPK yaitu BSR dan CMH menerima suap dari Anggodo Widjojo menjadi entry untuk menyeret mereka menjadi tersangka dan dijebloskan ke dalam penjara. Polisi rupanya sedang sangat proaktif dan kelebihan energy. Bagi saya, testimoni dari AA begitu absurd, kecuali kalau antara ke 3 orang tersebut memang terlibat perseteruan internal atau AA merasa dijebloskan oleh kedua rekannya tersebut. Tapi kasus AA sama sekali tidak ada hubungan dengan KPK. Dakwaan yang dituduhkan kepada AA, adalah murni kasus perseteruan pribadi karena "perselingkuhan dan pelecehan" AA kepada istri ketiga almarhum korban.

Mungkin Allah SWT memang memiliki rencana tersendiri. Yang Maha Kuasa sudah terlalu “gerah” melihat betapa masyarakat Indonesia telah "dibohongi" oleh para pemegang amanah pemerintahan. Kongkalikong antara trias politica (executive–judicative dan legislative) melalui para makelar kasus apakah itu para pengacara atau benar-benar para makelar dengan para konglomerat atau siapapun yang berkantong tebal dan siap sedia menggelontorkan dana demi sebuah nama bersih dan tidak tercemar.Mereka adalah para tertuduh kasus (umumnya) korupsi dan mark-up biaya proyek baik yang berasal dari kalangan pemerintahan dan legislatif atau para konglomerat pengemplang duit negara. Dan.... para tertuduh itu, suka atau tidak suka, diperas atau ikhlas menyediakan dana agar kasus yang menimpanya bisa dipeti-eskan atau kalaupun tetap disidangkan, maka hukuman yang ditimpakan hanyalah proforma saja.

Keberadaan KPK dengan perangkat pengadilan TIPIKOR, memang memangkas kewenangan kejaksaan dan pengadilan. Lebih jauh lagi, ini adalah (sebetulnya) bentuk ketidakpercayaan pemerintah kepada lembaga tersebut. Hanya..... mungkin, lama-lama, aparat pemerintah juga merasa "NGERI" dengan kiprah KPK yang mulai tanpa pandang bulu melibas semua kasus korupsi. Keberanian KPK melibas besan presiden, walaupun di ranah publik presiden menampakkan wajah ikhlas, namun saya yakin dalam kehidupan pribadi, hal ini menimbulkan "sedikit" gejolak yang harus diredam demi sebuah pencitraan. Bukankah beliau dikenal sebagai presiden yang sangat menjaga pencitraan diri dan gemar tebar pesona? Jadi, setelah menyadari "bahaya"nya kuatnya dukungan masyarakat atas keberadaan KPK, maka niat "setengah-setengah" pemberantasan korupsi ini harus ditata kembali sesuai dengan koridor "politik pencitraan" saja. Tidak boleh terlalu serius.... Cukup asal rakyat senang bahwa ada pemberantasan korupsi "dipermukaan. Ini memang cuma dugaan iseng seorang ibu rumah tangga.

Allah SWT bisa jadi sudah terlalu muak dengan kelakuan para pemimpin dan elit negara ini. Maka melalui testimoni AA yang kemudian menggiring BSR dan CMH sebagai tersangka kasus pemerasan kepada tersangka Anggoro Widjojo dan uji materi atas pemberhentian mereka sebagai Wakil Ketua KPK yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi menjadi ENTRY POINT akan terkuak dan terbukanya apa yang sejak lama ditengarai oleh seluruh masyarakat Indonesia bahwa HUKUM di INDONESIA BISA DIATUR melalui para MAKELAR KASUS dengan MENYEDIAKAN DANA sesuai dengan SKENARIO yang DIINGINKAN oleh sang TERDAKWA.

Melalui bukti yang diajukan oleh pihak BSR+CMH, rekaman pembicaraan dan transaksi keuangan begitu gamblang terdengar antara makelar kasus dan aparat penegak hukum. Tidak tanggung-tanggung.... makelar kasus ini masuk ke jantung institusi penyidik (POLISI) dan KEJAKSAAN. Bukan tidak mungkin, saat pengadilan kasus digelar, makelar kasus akan masuk pula ke dalam institusi KEHAKIMAN.

Para makelar kasus memang nekat! Bayangkan saja, dengan sangat berani, mereka membawa-bawa nama presiden. Tidak tanggung-tanggung, memang....!!!Setelah silang sengketa bagaikan benang kusut dan lingkaran setan yang mbulet nggak keruan dan pembentukan TPF yang lebih dikenal sebagai Tim 8 karena beranggotakan 8 orang, oleh presiden. Hasilnya .....? TETAP TIDAK JELAS dan TETAP MENCURIGAKAN.

Bayangkan.... saat ada yang menyebarkan berita bahwa presiden telah menikah sebelum pernikahannya yang sekarang dibicarakan orang, beliau MENYEGERAKAN diri melaporkan "sang penyebar fitnah" ke Polda METRO Jaya. Saat kampanya yang lalu, beliau MENYEGERAKAN diri membuat PRESS RELEASE seraya memamerkan foto diri yang "ditengarai" sebagai sasaran tembak kelompok teroris. Entah apa maksudnya.... mungkin mencari simpati seperti pemilu yang dimenanginya pertama kali di tahun 2004. Yaitu bahwa beliau adalah PIHAK yang DIDZALIMI.Tapi anehnya..... saat namanya diCATUT oleh ONG JULIANA sebagai backing dan pemberi restu atas segala transaksi kasus Anggoro Widjojo .... beliau seolah tidak mendengar dan merasa cukup dengan mengatakan berulang-ulang bahwa hal tersebut tidak benar. Padahal .... jelas penyebutan nama presiden oleh ONG JULIANA menyebabkan masyarakat berpikir bahwa presiden ada dibalik dan terkait dengan kasus ANGGORO dan sudah sangat pantas bahwa presiden mengadukan ONG JULIANA sebagai penyebar fitnah. Namun kali ini, presiden kita rupanya sedang berbaik hati.

Hasil Rapat Dengar Pendapat Umum - RDPU antara Komisi III DPR dengan Polri maupun Kejaksaan Agung yang tergelar, bagaikan panggung sandiwara Srimulat, tempat segala macam sumpah dan airmata "sang buaya" diteteskan dan tidak menghasilkan apa-apa. Bukan karena kasus hukum baik kasus AA, BSR-CMH atau bank Century "tidak ada apa-apa", tetapi lebih dikarenakan adanya distorsi antara kemauan publik dan kemauan penguasa negeri, dalam hal ini kemauan para elit politik.

Rakyat melihat bahwa kasus AA, BSR-CMH dan Bank Century hanya merupakan ENTRY POINT untuk membuka dan memberantas habis CARUT - MARUT wajah HUKUM dan PERADILAN di Indonesia. Rekaman pembicaraan antara Anggodo Widjojo -  Ong Juliana - Susno Duaji dll yang diperdengarkan dalam sidang Mahkamah Konstitusi memperkuat dugaan PERMAINAN HUKUM di Indonesia yang sebelumnya telah terbongkar melalui kasus Urip Tri Gunawan dan Ayin.

Rumor MAFIA PERADILAN sesungguhnya bukan hal baru. Ini barang basi yang sudah menjadi rahasia umum karena memang sukar dibuktikan. Bahkan saat rekaman "permainan" para aparat penegak hukum telah terkuak dengan terang benderangpun, mereka masih mengelak dan berusaha untuk melokalisir hal tersebut kepada "materi pokok"nya, yaitu kasus dugaan pemerasan/suap yang melibatkan BSR dan CMH. Tentu saja, karenanya sang makelar kasus akan tetap tidak tersentuh.

Yang lebih menyedihkan, saya tidak lagi melihat rekan-rekan yang konon katanya BERSIH dan PEDULI berdiri dengan tegak menunjukkan kePEDULIannya untuk memBERSIHkan negara ini dari perilaku korup para elit negara ini.

Jadi.... ada apa dengan Indonesia saat ini?


6 komentar:

  1. ah baca koran cape.. nonton sinetron ini juga cape.. eh mbak juga ikut ngebahasnya.. indonesia semoga baik2 saja..

    BalasHapus
  2. Saya amati sejak awal kasus AA sangat ganjil. Rani tdklah cukup pantas untk diperebutkan sampai membunuh NZ. Yg sy pikir ini mmg konspirasi para koruptor.
    Hal yg lucu lg saat ini org yg dituduh 'maling kecil' dihukum layaknya maling besar. Bukankah bisa bermusyawarah untk berdamai?

    BalasHapus
  3. Kmdn si 2g (baca: duadji) yg dgn konyol nya menemui anggoro di sing krn anggoro tdk mau ditangkap dan ditahan. Hahh??! Semua org jg tau hanya org yg salah sj yg merasa ketakutan. Semua org nampaknya sudah g***! Berbondong2 berbohong demi institusi yg di dlmnya mmg tdk bersih. Jd tdk tau siapa yg bs dipercaya. Bahkan presidenpun tidak!

    BalasHapus
  4. Hehehe... kenapa memangnya? nggak dilarang kan?

    BalasHapus
  5. mereka pura-pura nggak tahu atau nggak mau tahu bahwa masyarakat sudah sebel sama praktek mafia hukum/peradilan yang sangat tidak adil buat rakyat kecil

    BalasHapus
  6. At least thanks to media yg sdh memberitakan. Gmn kl media jg milik mereka?? Mereka bs jadi penguasa absolut.

    BalasHapus

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...