Rabu, 04 Januari 2012

Di hadapan Hajar Aswad


Hajar Aswad (الأسودلحجرا al-Hajar-ul-Aswad dalam bahasa Arab) adalah sebongkah batu hitam yang terletak di sudut tenggara Kabah, kiblat kaum muslimin ketika melaksanakan shalat. Kabah sendiri terletak Makkah, di tengah masjid yang sangat luas yang dikenal dengan nama Masjidil Haram.

Ukuran Hajar Aswad relatif kecil. Saat Nabi Ibrahim meletakkannya di sudut tenggara Kabah, Hajar Aswad berdiameter sekitar 50 cm. Hajar Aswad yang kita lihat sekarang tidaklah sebesar semula karena telah terpecah dalam beberapa bongkah, rusak ketika dicuri oleh Ismaili (Qarmation) dalam penyerangannya ke Makkah pada tahun 930 dan baru dikembalikan 20 tahun kemudian. Pada saat pengembalian inilah, Hajar Aswad pecah dan kemudian disatukan dalam bingkai perak tersebut.

Kini, Hajar Aswad sangat mudah dikenali karena bingkai perak di sekelilingnya. Ketika para jamaah melakukan thawaf yang merupakan bagian dari ritual ibadah Umroh atau Haji, kebanyakan dari mereka selalu mencoba untuk mencium Hajar Aswad.

Arti Hajar Aswad bagi umat Islam

Ada berbagai pendapat atas status dan arti Hajar Aswad bagi umat Islam. Sebagian menganggap bahwa Hajar Aswad tidak berbeda dengan batu biasa. Ketika sayyidina Umar Ibn Khattab mencium Hajar Aswad, beliau berkata di hadapan para mukminin : "Engkau hanyalah sebongkah batu. Andaikan tak kulihat Rasulullah SAW menciummu, maka akupun tak akan pernah menciummu".

Banyak kaum muslimin yang sependapat dengan Umar Ibn Khattab. Mereka menghormati Hajar Aswad dalam makna mengimami Rasulullah SAW. Bukan karena tuah yang dipancarkan oleh Hajar Aswad itu sendiri. Beberapa lainnya menganggap bahwa Hajar Aswad hanyalah sebagai penanda hitungan saat melakukan Thawaf.

Beberapa kelompok muslimin, melangkah lebih jauh lagi dengan mempercayai bahwa Hajar Aswad memiliki kekuatan Supranatural. Mereka percaya bahwa Hajar Aswad diturunkan ke bumi bersamaan dengan turunnya Adam dan Hawa dan memiliki kekuatan magis untuk membersihkan dosa-dosa Adam dan Hawa serta menyerapnya. Itu sebabnya Hajar Aswad yang semula berwarna putih susu berubah warna menjadi hitam karena sepanjang waktu ini, seluruh dosa-dosa manusia yang menciumnya terserap ke dalamnya.

Ada sebagian kecil yang mempercayai bahwa Hajar Aswad hanya bisa menghapus dosa kecil dan pada Yaumil akhir, Hajar Aswad akan bersaksi di hadapan Allah SWT siapa saja yang telah menciumnya. Mungkin ini hanya kepercayaan rakyat setempat saja. Bukan sesuatu yang dipercaya oleh seluruh umat Islam.

Asal Muasal Hajar Aswad.

Ada beberapa pendapat mengenai sejarah dan asal muasal keberadaan Hajar Aswad. Umat Islam mengatakan bahwa Hajar Aswad diketemukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail saat mereka sedang mengumpulkan bebatuan untuk membangun Kabah. Mereka menganggapnya sangat cocok untuk diletakkan di salah satu sudut Kabah.

Pakar sejarah sekuler merujuk kepada penggunaan bebatuan pada ritual keagamaan bangsa Arab pada masa pra Islam dan mengatakan bahwa kemungkinan Hajar Aswad adalah Batu Meteorit. Namun semua pendapat tersebut tidak pernah dapat dibuktikan karena Pemerintah Saudi Arabia tidak akan pernah mengijinkan siapapun untuk mencopot dan meneliti Hajar Aswad
Batu Hitam suci ini diletakkan pada sudut tenggara Kabah pada ketinggian sekitar 1.20m dari lantai. Hajar Aswad bukan dari jenis batuan gelogi manapun juga dan merupakan bagian Kabah asli yang dibangun pada masa Nabi Ibrahim AS. Setelah banjir melanda Kabah, saat rekonstruksi Kabah, Rasulullah SAW sendirilah yang meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempat semula. Nabi juga menciumnya saat beliau melaksanakan Haji Wada’, sehingga menyentuh dan mencium Hajar Aswad (Istilam) saat melaksanakan ibadah Umroh dan ibadah Haji dapat dikategorikan sebagai Sunnah Nabi.

Dalam sebuah kisah disebutkan menjelang selesainya pembangunan Kabah, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kabah. Nabi Ibrahim berkata kepada Nabi Ismail, "Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia."

Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, "Dari mana kamu dapat batu ini?"

Nabi Ismail a.s berkata, "Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril)." Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Kaabah disunnahkan mencium Hajar Aswad. Beratus ribu kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu, yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja.

Hingga saat ini, menyentuh dan mencium Hajar Aswad menjadi obsesi bagi para peziarah Baitullah yang berasal dari pelbagai penjuru dunia, baik jamaah yang melaksanakan umroh ataupun ibadah haji. Obsesi untuk menciumnya mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW beberapa abad yang telah berlalu.

Bagaimana bentuknya?

Hajar Aswad, kini terlihat semakin cekung terkikis oleh ciuman jutaan umat manusia. Namun harum baunya. Entah apakah karena memang batu tersebut berbau harum ataukah karena pemerintah Arab Saudi menebarkan wewangian di sekitar Hajar Aswad agar bau busuk keringat manusia yang menyemut di hadapan Hajar Aswad tidak tercium. Hajar Aswad dijaga oleh tentara/asykar yang bergelayutan pada tali di sudut Kabah sambil memegang tongkat. Fungsi asykar tersebut untuk mengatur agar jamaah tidak melakukan tindakan syirik kala mencium Hajar Aswad dan mengatur giliran agar muslimah mendapat kesempatan.

Bagaimana upaya mencium Hajar Aswad?

Memang sangat tidak mudah untuk menunaikan niat mencium Hajar Aswad. Butuh perjuangan, usaha, niat yang tulus dan pasrah. Selain letaknya di sudut, kita dihadang oleh pusaran thawaf yang tak pernah berhenti, kecuali saat menunaikan shalat wajib. Apalagi jamaah yang berminat mendekati Hajar Aswad begitu banyaknya. Namun demikian, ada jamaah yang dengan mudahnya mencium Hajar Aswad tetapi banyak pula yang tidak berhasil dan malah babak belur terkena pukulan tongkat asykar, terlontar dan terjepit di antara jamaah yang berdesakan dan berebut mendekatinya. Mitos dan cerita ”seram” tentang pengalaman mencium Hajar Aswad makin membuat orang penasaran.

Sungguh ….!! Di hadapan Hajar Aswad, kita melihat gambaran sifat manusia yang paling primitif. Lelaki dan perempuan saling cakar, tarik menarik, desak mendesak, dorong mendorong, sikut menyikut melupakan etika, kesantunan dan martabat sebagai mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, menuju satu titik, yaitu Hajar Aswad. Mau tahu seperti apa gambarannya? Tidak lebih baik dari gambaran segerombolan ikan yang kelaparan saling berebut makanan yang ditebarkan ke dalam kolam. Atau seperti segerombolan serigala liar berebut mangsanya atau segerombolan anjing saling cakar berebut tulang. Manusia terlontar dan terombang-ambing saat mendekati Hajar Aswad. Yang kuat belum tentu berhasil menggapai Hajar Aswad namun yang lemah tidak perlu pesimistis. Namun untuk apa segala upaya tersebut? Konon mencium Hajar Aswad tidak tecantum dalam salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan kala kita melaksanakan ibadah umroh maupun ibadah haji. Wa Allahu Alam.
(sebagian bahan disadur dari wikipedia)

Lebak Bulus, Jum’at 7 Juli 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...