Selasa, 11 September 2012

Cara Baru PENIPUAN

Siang tadi, sekitar jam 11an, telponku bergetar. Ada sms dari nomor +628991341846, masuk .... Isinya begini...:

TANPA MENGURANGI RASA HORMAT, SAYA IBU EVA SUDAH MELIHAT RUMAH DAN MERASA COCOK. UNTUK NEGO MOHON HUBUNGI SUAMI SAYA NO. 085210892865, PAK DRS ARSLAN. TKS

Itu kira-kira nih... karena smsnya sudah dihapus. Tapi memang ditulis dengan huruf besar semua. Kurang sopan ...!

Ini jelas upaya penipuan. Mengapa ....? Sangat jelas orang tersebut tidak pernah melihat rumahku. Sama mustahilnya dia bisa tahu nomor telponku. Andaikan dia tahu nomor telponku, karena memang aku pernah mengiklankan rumah tinggalku, tetap saja mudah ditebak bahwa ini upaya penipuan.

Bagaimana mungkin dia melihat rumahku.... lha alamat rumah yang mau dijual saja tidak dicantumkan. Jadi dia harus menelponku dulu untuk mengetahui rumah dimaksud. Sudah begitu ... kok gampang saja .... ? Beli rumah kan nggak seperti beli kacang goreng.... Lihat, lalu tanpa banyak tanya, langsung nego harga... 

Ada banyak masalah yang biasanya dipertanyakan oleh pembeli serius sebelum mencapai kata sepakat. Sebut saja salah satunya.... bahwa sebelum bernegosiasi harga, calon pembeli biasanya berkunjung berulang kali ke rumah yang diincarnya. Dia juga akan membawa "seisi rumah"nya agar seluruh stake holder memberikan kata sepakat atas rencana membeli rumah yang diidamkan tersebut ..... 

Halah, mau nipu tapi kurang canggih ....

Tapi .... mengingat pada bulan Ramadhan yang baru lalu, rumahku tiba-tiba diserbu 4 orang, di antaranya ada 1 orang perempuan makelar tradisional, maka aku menduga-duga, siapa tahu salah satu makelar tersebut berhasil mendapatkan pembeli, walau saat itu kukatakan bahwa rumah yang kutempati tidak akan dijual dalam waktu dekat.

Atas nama rasa penasaran, kubalas sms tersebut :
.... Maaf, saya tidak mengerti maksud anda! Rumah apa dan dimana? Dengan siapa anda kontak untuk melihat rumah saya? ....

Sms ku itu rupanya langsung terjun ke laut ... Tidak berjawab hingga sore hari. Jadi memang jelas ini adalah usaha penipuan.

Rasa iseng, ingin mengetahui usaha penipuan ini, sore hari dalam perjalanan pulang ke rumah, dengan menggunakan telpon genggam yang lain, kucoba menghubungi nomor telpon pengirim sms. Tidak berjawab, kecuali jawaban dari provider telpon, yang menyatakan bahwa telpon dimaksud tidak dapat dihubungi atau tidak dalam jangkauan.

Masih dengan telpon genggam yang sama, kuhubungi nomor telpon "sang suami". Setelah beberapa kali dering telpon, maka diangkat jugalah telponku :

"Maaf..., saya bicara dengan siapa...?", tanyaku
"Saya, drs Arslan..., maaf dengan siapa saya bicara?". Begitu jawabnya. 
Hm .... rupanya betul, nama sebagaimana yang dicantumkan dalam sms yang aku terima siang tadi. Kusebut nama kecilku dengan memplesetkan huruf pertama.
"Maaf pak... saya melihat ada missed call di handphone saya .... ada masalah apa ya?", pancingku. Padahal sungguh mati, nggak ada missed call ke telpon genggamku. Kalaupun ada, maka seharusnya bukanlah ke nomor telpon yang kugunakan saat itu.
"Oh ... iya, soal rumah bu...!", sambarnya segera.
Hm .... ketahuan bohongnya .....

"Rumah .....? Maaf ... rumah yang mana dan dimana, pak...?"
"Hm .... anu, rumah ibu itu...!"
"Iya ... tapi yang mana dan dimana....?"
Klik ..... hubungan telpon terputus ....
Pasti si bapak mulai merasa bahwa upaya penipuannya ketahuan...

Penasaran, kutelpon kembali orang itu ....
"Maaf pak terputus...! Jadi apa maksud bapak...?"
"Anu bu... rumah ibu itu...!"
"Rumah .... ? Rumah apa dan dimana...?
"ya itu .... rumahnya...!"
"iya pak .... tapi rumah apa dan dimana lokasinya...?"
"Anu bu ... saya  .... (nggak jelas dia ngomong apa ...), anu... developernya....!"
"Maksudnya ...?"
"Begini bu ..., nanti saya telpon ibu lagi ya..", mungkin si bapak bingung mau ngomong apa atau bisa jadi takut ketahuan bohongnya.

Telpon langsung dimatikan .... dan tentu, tidak pernah ada telpon atau sms masuk lagi ke telpon genggamku dari nomor yang sama.

Tiba di rumah, sambil lalu kuceritakan sms dan telpon tadi ke asisten rumahku. Di luar dugaanku, neng asisten malah bilang begini...:
"Waduh bu .... sms begituan sih sering banget masuk ke hp saya ....! Malah ada yang bilang gini ... maaf bu, rumahnya jangan dilepas sama yang lain ya... Ibu hubungi suami saya buat nego ya! ini nomornya ....!
Kaget juga aku dengar cerita sang asisten.
"Bayangin aja bu ... boro2 rumah ..... duit aja nggak punya....Itu mah jelas mau nipu ....!!!"

Hahaha ......... lucu memang gaya orang mau nipu. Tapi, sekaligus prihatin juga dengan berbagai cara penipuan yang akhir-akhir ini merebak melalui sms. Ini dampak teknologi yang dijalankan oleh dan untuk tujuan negatif.

Sedih ..., karena negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam ... yang syiar agamanya begitu "hebat" dan dipujikan banyak negara tetangga... tetapi moralitas sebagian masyarakatnya mengalami degradasi.

Tapi ... memang Indonesia penuh dengan ironi. Bayangkan saja ... jilbab yang sejatinya digunakan oleh perempuan yang dengan penuh ketakwaan , ingin menjalankan kewajiban agamanya, malah dijadikan seolah-olah menjadi "pakaian wajib" bagi perempuan beragama Islam kala harus berhubungan dengan aparat hukum.

Lihat saja... Cut Tari dan Luna Maya saat berkunjung ke Polda dalam kasus Ariel - Peter Pan. Atau Malinda Dee, yang menggasak dana nasabah Citibank, Nunun Nurbaeti dan banyak lagi ... Padahal siapapun tahu bahwa mereka semuanya bukanlah orang-orang yang menggunakan jilbab sebagai pakaian keseharian ...

Dan yang paling menyedihkan lagi ... perempuan-perempuan berjilbabpun tidak pula menjaga perilakunya ... Beberapa pelaku korupsi yang tertangkap adalah mereka yang berjilbab dalam keseharian.

Jadi .... kalau mereka yang "taat" pada ajaran agama saja tidak "amanah" ..., mungkin mwnjadi wajar juga kalau segala bentuk dan cara untuk mencari uang/nafkah dilakukan, termasuk tipu menipu melalui sms.

Negara ini memang sedang mengalami degradasi etika dan moral...






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...