Pembicaraannya sebetulnya
biasa-biasa saja .... Pembicaraan informal, saat survey lokasi tanah yang akan
diambil alih dan dikembangkan menjadi suatu area pemukiman baru. Nun.... jauh
di timur ibukota Jakarta.
Pemukiman atau lebih sempit lagi
perumahan memang merupakan masalah pelik di Indonesia. Daya beli masyarakat
yang semakin menurun, ketiadaan sumber pendanaan jangka panjang bai bagi
pengembang maupun pembeli, membuat target pemenuhan kebutuhan rumah di
Indonesia tidak pernah tuntas.
Bila pada dekade tahun 1980an,
masyarakat masih dapat "mencicipi" rumah murah dengan type bangunan
yang sangat memadai sesuai dengan standard kelayakan hunian serta berdiri di
atas areal tanah yang relatif luas. Bukan itu saja... peminat rumahpun masih
pula mendapat kredit pemilikan rumah melalui bank tabungan negara dengan jangka
panjang dan bunga sangat murah, Hanya 6% pertahun (add on). Pilihanpun banyak
.... akan lebih murah lagi bila mau bersabar menunggu dan antri saat Perum
Perumnas menjajakan dagangannya
Saat ini ...... cerita manis itu
tinggal cerita kenangan saja. Rumah layak dan nyaman semisal type 70m2 bangunan
dengan tanah seluas 250m2 hanya
tinggal angan-angan. Standar kelayakan bangunanpun menurun. Sekedar berteduh
saja. Bila awalnya disebut Rumah Sederhana, untuk membedakannya dengan rumah
kelas real estate, maka kemudian berumah menjadi Rumah Sangat Sederhana yang
kemudian diperhalus menjadi Rumah Sederhana Sehat. Mungkin sudah tidak tega
lagi mencari sebutan yang enak di telinga serta tidak merendahkan pembelinya,
untuk rumah dengan standar kenyamanan dan kelayakan yang semakin rendah.
oupsss........ kok malah
ngelantur bahas masalah perumahan ya?
Ayo.... balik ke topik awal...
Jadi, ... saat itu, kami sedang
melakukan survey lokasi untuk pengembangan perumahan lanjutan setelah lokasi
awal hanya tinggal tidak lebih dari 5 unit saja dan sebagian karyawannya juga
sudah "dirumahkan" sementara.
Lokasi sudah ditemukan, sudah
disepakati harga dan malah sudah diselesaikan pembayarannya kepada masyarakat.
Tinggal lagi penyelesaian masalah klasik yaitu pembayaran kepada RCTI alias
Rombongan Calo Tanah Indonesia ... ini istilah yang diperkenalkan salah satu
rekan dari Malang yang menjabat sebagai direksi perusahaan tersebut. Yang
lainnya adalah biaya "hengki-pengki” pejabat pembuat akta tanah....
Gila juga tuh .... sudah dapat
fee resmi ... eh... masih rakus juga minta tambahan bagian dengan berbagai
macam dalih. Muak banget lihat wajah mereka, yang tanpa merasa malu atau
bersalah, sudah menyusahkan dan merepotkan orang lain. Menurutku ... hal itu
sudah menyalahgunakan wewenang dan tugasnya .... Tapi, ya sudahlah.... ! Biar
aja nggak berkah kalau hidup dan makan dari harta dan kekayaan yang diperoleh
dengan mempersulit orang lain.
***
Pembukaan proyek baru setelah proyek
lama ditutup tentu ada prosesnya. Proses tutup proyek dengan segala perhitungan
laba/rugi. Setelah itu, galibnya proyek... kalau untuk tentu ada pembagian
bonus keuntungan dan tutup proyek. Nah bagian ini menjadi bagian yang
ditunggu-tunggu awak proyek.
Setelah perhitungan untung rugi,
penyisihan untuk pengembangan proyek baru dan pembagian bonus/deviden, kemudian
dilanjutkan pembukaan "buku baru" proyek. Dengan kelak, jelas
terlihat berapa biaya investasi dan keuntungannya.
Selama proyek berlangsung, setiap
tahun biasanya pada bulan April atau Mei, akan diadakan RUPS dimana pengurus
perusahaan dimana proyek bernaung melaporkan kondisi proyek kepada pemegang
saham. Ini juga merupakan saat yang ditunggu, terutama untuk proyek yang sudah
membukukan keuntungan karena usai RUPS, biasanya secara terbatas para pemegang
saham akan menetapkan pembagian bonus keuntungan bagi staff dan karyawan
proyek. Begitulah kebiasaan prosedur proyek yang ada di lingkungan perusahaan
tempatku bekerja. Minimal…. Begtulah yang selalu terjadi dengan proyek yang
berada di wilayah Jabodetabek.
Memang …, terasa agak luar biasa
dan baru belakangan aku sadar bahwa setelah terjadi “huru-hara” beberapa tahun
yang lalu dan mengakibatkan perubahan manajemen besar-besaran di proyek wilayah
timur itu, rutinitas Raker dan RUPS tidak pernah lagi dilaksanakan. Aku, karena
memang tidak masuk dalam jajaran manajemen proyek (manapun … hehehe …. Enak
jadi pengamat dan komentator aja!), jadi tidak terlalu memperhatikan kondisi
itu walau tetap mengikuti perkembangannya. Kalau tidak ada raker dan RUPS, maka
berarti neraca perusahaan dan laba/rugi tidak atau belum disahkan. Kalau nggak
ada perhitungan laba/rugi, akibatnya …. Sudah pasti bisa ditebak…. Tidak ada
bonus proyek… its so simple …. Jadi yang ada di proyek, tentunya sadar dan
harus sadar konsekuensinya.
Nah berkenaan dengan menyusun
“buku baru” itulah perlu ditentukan besar modal dan pinjaman internal.
Membicarakan proyek baru, maka mau tidak mau, proyek lama yang sudah habis,
harus ditutup dulu. Kalau proyek sudah ditutup, sebetulnya…. Ada keuntungan
buat pengelolanya, yaitu …… ada perhitungan laba/rugi yang berkelanjutan dengan
“turunnya” bonus. Selama proyek nggak ditutup, maka semuanya tidak akan pernah
diperhitungkan…
Sayangnya, rekan2 di timur, entah
karena pencatatan keuangannya yang belum selesai …., atau karena ewuh–pakewuh
untuk “menuntut” hak bonus
keuntungan, padahal sekaligus juga menjalankan kewajiban melaporkan hasil kerja
kepada pemegang saham, jadi tidak pernah melakukan Raker/RUPS. Ternyata …,
laporan keuangan selama 3 tahun belakangan termasuk laporan tutup proyek, sudah
sejak jauh–jauh hari selesai. Rasa ewuh pakewuh mendahului “ dawuh orang pusat”
untuk menyelenggarakan RUPS lah yang menyebabkan Neraca dan Laba/Rugi tidak
pernah disahkan.
Ketika ada kesempatan bertemu
dengan pemegang saham, sempat terlontar rencana RUPS tutup proyek dan pelaporan
pekerjaan pembangunan annex hotel untuk sekaligus buka proyek baru. Berbarengna
dengan hal tersebut ada pula pekerjaan penting lainnya yang tidak bisa
ditinggalkan sehingga semua orang terkonsentrasi pada hal ini. Mempertimbangkan
kondisi tersebut, maka RUPS diancang–ancang akan diselenggarakan pada awal
Oktober 2012 yang akan datang.
Pada suatu pagi di hari Jum’at …
big boss masuk ruangan, sambil lalu tanya ini itu, Kusampaikan juga berbagai
kondisi lapangan termasuk rencana RUPS pada awal Oktober tersebut.
Agak siang, terjadi kehebohan
karena rekanku yang mejabat sebagai direksi perusahaan sibuk mengatur jadwal
rapat koordinasi seluruh proyek di timur dengan “hanya” memanggil internal
auditor ke Jakarta, yang sebetulnya sedang sangat sibuk. Dan ….. rapat dengan
pemilik perusahaan itu hanya menyisakan waktu 2 hari saja untuk mempersiapkan
segalanya. Hal itu pasti mengacaukan segala penyelesaian pekerjaan yang disusun
rekanku itu … dan aku merasa sangat bersalah pada temanku karena, pemilik
perusahaan jelas menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil setelah berbicara
denganku …. Padahal, yang kujelaskan adalah rencana untuk menyelenggarakan RUPS
pada awal Oktober 2012 serta materinya.
Begitulah…. singkat cerita selama
2 hari, 10 hari menjelang hari Raya Idul Fitri rapat maraton diselingi dengan
buka puasa bersama yang terpaksa diadakan untuk mengakomodasikan peserta rapat
yang beragama Islam. Walaupun lelah …., aku yakin rekan yang dating dari timur
tentu gembira bahwa, laporan keuangan termasuk Neraca dan Laba/Rugi dari
beberapa proyek bisa diterima pemilik perusahaan termasuk “laporan tutup
proyek”. Pemilik perusahaan juga menyetujui pembagian keuntungan dan ini
berarti ada bonus yang dapat dicairkan.
Hari berlalu tanpa terasa ….
Shaum Ramadhan yang kali ini dilalui dalam terik matahari dan cuaca kemarau
memang sangat menguras tenaga …. Hingga di pagi hari saat libur lebaran sudah
dimulai …. Aku menerima pesan di blackberry dari suatu kota di timur pulau
Jawa, yang memberitahukan bahwa temanku baru saja usai menjadi sinterklas yang
membagikan bonus ….., disertai ucapan terima kasih atas bantuanku….
Bantuan …? Ah terlalu berlebihan
kalau disebutkan bahwa semuanya terjadi atas bantuanku. Semua terjadi karena
adanya campur tangan Allah ……
Bayangkan … sudah sejak beberapa
bulan yang lalu kusampaikan adanya “kebutuhan” untuk tutup proyek dan hal itu
belum mendapat tanggapan yang memadai karena adanya perbedaan persepsi. Sampai
pada pertengahan bulan Ramadhan itupun, yang kusampaikan hanyalah rencana untuk
mengadakan RUPS pengesahan tutup proyek pada awal Oktober 2012.
Maka hanya atas kuasa Allah SWT
lah yang membalikkan hati nurani pemilik perusahaan sehingga rapat tersebut dapat
digelar secara kilat dengan hasil yang sangat menyenangkan.
Begitu indahnya Ramadhan …………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar