Senin, 18 Februari 2013

Yang muda yang (sedang ingin) bercinta

Yang muda yang bercinta ... kalau nggak salah, itu salah satu judul film tahun 70an karya almarhum Syumanjaya. Tapi aku cuma tahu judulnya. Nggak tahu apa isi filmnya, karena film atau lebih tepatnya nonton film bukan salah satu "passion"ku, kecuali kalau filmnya betul-betul istimewa untuk ditonton. Kalau memang menarik, baru aku tertarik menonton. Karenanya genre film yang kutontonpun bisa sangat beragam, yang penting jangan berbau horor...., karena aku termasuk jenis manusia yang sangat penakut.

Nah, apa kaitan antara judul film dengan catatan kecilku kali ini?
Sama seperti judul filmlah.... ingin cerita gaya salah tingkahnya orang-orang yang lagi jatuh cinta.

Anak gadisku, rasanya lagi jatuh cinta deh .... Setiap minggu, saat kembali dari asrama, ceritanya nggak pernah beranjak jauh. Isinya dari itu ke itu .... Nggak pernah jauh dari kakak kelas yang ditaksirnya, yang juga sama-sama tinggal di asrama. Dia pasti nggak sadar kalau emaknya "ngeri" banget dengar cerita orang yang lagi kasmaran.

Suasana komplek tempatnya bersekolah dan sekaligus merupakan lokasi asramanya memang "sangat mendukung" suasana romantisme. Lahannya luas ..., penuh dengan pepohonan dan ada gubuk tempat istrirahat. Walau lokasi asrama putera dan puteri berjauhan, tapi kalau ada niat untuk berpacaran, remaja-remaja itu pasti panjang akal untuk mengelabui pengawas asrama. Jadi aku cuma bisa berdoa saja ..., sambil tak pernah lupa mengingatkannya untuk menjaga martabat sebagai anak perempuan. Bukan hanya martabat duniawi tetapi yang jauh lebih penting adalah martabat dan pertanggungjawaban perilaku hidupnya di dunia kepada sang Penguasa Alam, kelak pada waktunya.
***

Cerita di kantor, lain lagi .... Sudah seringkali aku nggrendengi penguasa kantor yang mengurusi perekrutan karyawan.
"Mbok ya kalau cari karyawan itu yang enak dipandang. Supaya mata nggak sepet lihatnya. Dan manis dihati, supaya bisa membina kerjasama yang baik", itu selalu pesanku, di samping pesan-pesan standar perekrutan seperti proaktif, kreatif, inisiatif .... dan berbagai ragam tif-tif yang lain... dan .... yang terpenting adalah punya kepercayaan diri yang tinggi, tapi bukan megalomane.

Buatku, nggak perlu pengalaman kerja bertahun-tahun ... Fresh graduate pun nggak masalah karena dengan demikian lebih enak "membentuknya" agar sesuai dengan visi dan misi perusahaan, dibandingkan dengan orang-orang yang "merasa" sudah sangat berpengalaman.

Mungkin karena kerewelanku itu, maka dibandingkan dengan departemen lainnya, aku selalu ketinggalan dalam hal perekrutan. Nggak pernah kebagian orang yang memenuhi "seleraku" dan selalu sulit mencari orang yang memenuhi kriteria yang kuinginkan. Padahal ... aku nggak pernah pake "tools" yang aneh-aneh saat mencari orang. Pada sesi wawancarapun, sang calon cuma diajak ngobrol .... Ditanya ini-itu soal minatnya sambil menilai apakah sang calon memenuhi kriteria yang kutetapkan, terutama adalah kepercayaan diri yang kuat dan mau belajar. Pekerjaanku banyak berhubungan dengan pemilik perusahaan. Jadi kalau nggak punya kepercayaan diri yang tinggi, bisa sangat merepotkan semuanya.

Nah ... singkat kata, beberapa waktu yang lalu, setelah bertahun-tahun mencari-cari, hanya melalui satu sesi wawancara, akhirnya ada satu orang yang relatively memenuhi prasyaratku. Maka ... jadilah si dia bekerja denganku.

Sesuai dengan kerewelanku soal penampilan .... menurutku, yang satu ini relatif "good looking" dan dengan sangat mudah diterima oleh semua orang di kantor. Pembawaannya juga cukup "manis" sehingga mungkin ada beberapa gadis-gadis lajang di lingkungan grup perusahaan tempatku bekerja, yang klepek-kelepek hatinya .... Ada yang salah tingkah berhubungan dengan si "anak baru" ini sehingga alih-alih berteman dan bekerja secara profesional, keduanya malah seringkali "bertengkar" untuk hal-hal kecil yang sangat remeh temeh. Lucu ... dan menggugah serta mengubah suasana kantor, terutama saat makan siang bersama.

Sayang, si dia ini sudah punya pacar dan konon sudah berancang-ancang menikah tahun depan. Biar saja dan kita lihat saja bagaimana jadinya ... Mau nikah tahun depan, bulan depan atau bahkan minggu depan .... selama belum ada janur melengkung dan ijab kabul, maka segalanya bisa berubah drastis kalau Allah menginginkannya.
***

Rasa suka antar manusia berlainan jenis merupakan kejadian alam yang tidak bisa dihindari karena begitulah Allah menciptakan mahluk hidup sebagai bagian dari tujuanNya menciptakan alam semesta ini. Sebagai bagian untuk melanggengkan keberlangsungan kehidupan alam, yaitu beranak pinak dan hal ini berlaku bukan saja untuk manusia, tetapi juga tetumbuhan dan binatang. Kesemuanya diciptakan sebagai pasangan yang berasal dari lain jenis, terutama untuk bereproduksi. Hanya beberapa jenis binatang dan tumbuhan saja yang bersifat hermaphrodite, sehingga  mampu melakukan reproduksi sendiri. Sejauh ini, manusia hanya bisa bereproduksi karena adanya pasangan berlainan jenis.

Berbeda dengan binatang yang bereproduksi dengan cara kawin-mawin secara serampangan. Kawin dengan binatang lain yang berlainan jenis "dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja" maka Allah memberi aturan bagaimana umat manusia bereproduksi, yaitu melalui cara yang sakral. Menikah dan baru kemudian bereproduksi. Tentu ada makna dan maksud tertentu dibalik semua perintahNya itu.

Nah .... jaman sekarang ini, generasi muda yang sedang ingin bercinta, dengan dalih "gaya hidup masa kini" sudah banyak yang mengikuti gaya "dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja". Tentu tidak seekstrim binatang .... Dimana saja bisa diterjemahkan tidak harus di rumah, tapi bisa di luar ruangan, misalnya di mobil, semak-semak dan bahkan di pemakaman. Kapan saja adalah tidak perlu harus melalui proses pernikahan. tapi tergantung perasaan.  Kalau sudah cocok, baru kenalpun bisa dilanjutkan dengan hubungan reproduksi alias hubungan yang lebih "intim". Nahi ... begitulah yang terjadi ....

Dengan fenomena seperti itu, menjadi orangtua abad 21 memang menakutkan..... apalagi kalau ingat betapa orangtua bertanggungjawab anak akhlak anak-anaknya kelak di hadapan Allah. Atas dasar itu, maka orangtua yang tidak kuat mental dan paranoid berlebihan bisa jadi mengambil jalan pintas seperti yang pernah terjadi di Bandung beberapa tahun yang lalu, ketika seorang ibu membunuh anak-anaknya karena "ketakutan" berlebihan atas masa depan anak-anaknya terutama yang berkaitan dengan pertanggungjawabannya kepada sang Pencipta Alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...