Sabtu, 01 Juni 2013

GOSONG JILID KEDUA

Sejak sekitar satu bulan yang lalu, assisten dan penguasa dapur rumahku, sudah wanti-wanti minta ijin libur week end. Kakak kandungnya yang tinggal di wilayah Karawang mau mantu. Jadi sebagai salah seorang kerabat dekatnya yang dianggap paling "mampu", sang penguasa dapur ini diminta untuk hadir. Maunya sih dijadikan juru masak juga, karena dia memang piawai dalam hal masak memasak terutama masakan lokal.

Untuk ukuran "kampung", dia juga dianggap piawai mengolah masakan "berkelas" seperti spagety, macaroni schotel, kentang panggang siram keju dan sejenisnya yang jadi favorit anak2, yang menurut ceritanya, sering dipraktekkannya saat libur lebaran selama 2 minggu di kampungnya di Cimahi/Cihampelas sana, walau untuk jenis masakan ini, "taste"nya belum cocok dengan "taste" kami. Hal ini pula yang membuat sang kakak sedikit cemas, lantaran dia tidak bisa membantu masak-memasak sajian pesta pernikahan itu. Anaknya yang duduk di kelas 2 SMK Grafika harus menempuh EHB hari Senin 3 Juni 2013 ini, sementara pesta berlangsung hari Minggu malam. Nah ..., siang tadi setelah anaknya kembali dari sekolah dan makan siang, mereka berangkat ke Karawang.


sayur kering kerontang
Malam ini, saya dan anak gadis yang menghabiskan waktu week end nya di rumah, di temani oleh tukang kebun, menjadi penunggu rumah. Bapak ....., ada acara keluarga besarnya. Kumpul-kumpul, merayakan ulang tahun beberapa anggota keluarga, yaitu adik-adik dan keponakan-keponakannya di rumah peninggalan ibu mereka. Karena si bapak tidak ada di rumah, maka menu dan acara makan malam jadi agak "suka-suka". Tidak wajib duduk manis di meja makan, walau segelas perasan jeruk Pontianak setara dengan 3 - 4 buah, menjadi minuman wajib pembuka makan malam. Mumpung lagi musim ... Kalau nggak diperas, mana mungkin menyantap 4 buah jeruk sekaligus. 1 buahpun kadang tak habis dimakan.

Di kulkas, ada lontong yang tadi pagi saya beli di pasar. Masih ada sayur waluh berkuah santan encer berwarna merah cabe. Masih ada ayam masak lada hitam. Jadi ... cukup untuk makan malamku dan kang kebon yang asli Cihideung - Bogor. Si anak, biar nanti dipesankan lasagna dan steak with pasta. Delivery order dari Izzi Pizza yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah

Karena masakan bersantan itu disiapkan sebelum sang penguasa dapur, pergi ke Karawang, maka "si dia", wajib dihangatkan dulu supaya tidak basi, berikut sisa sup makaroni anakku. Cukup untuk makanan pembuka malam ini. Maka ...... kunyalakan kompor .... Yang ini, lancar jaya, nggak masalah. Walau bagaimana, turun ke dapur dan masak-memasak sederhana masih bisa dan biasa saya lakukan. Setelah ke dua panci tersebut bertenger di atas stove, kutinggal sebentar ke dalam .... Dalam pikiranku, 5 - 10 menit waktu yang dibutuhkan untuk menghangatkan ke dua jenis makanan itu, bisa kumanfaatkan untuk membereskan meja makan atau apalah. Daripada benging di depan panci. Toh sudah tidak ada suatu apapun yang dilakukan, kecuali menunggu makanan tersebut panas dan mendidih.

Begitulah .... tiba di meja makan, masih ada 3 buah risoles yang saya beli tadi siang di IF alias l'Institute Francaise di jl. Wijaya itu dan lupis ketan yang dirapikan lagi. Koran dan majalah yang berserakan .... tanpa sadar, wilayah jelajah melebar ke kamar ... ambil gadget, MacBook Pro dan lain-lain. Asyik meneruskan browsing rumah yang semalam kulakukan .... Apalagi teringat ada kiriman beberapa email dari rekanku di Surabaya mengenai prospek proyek yang tadi pagi dalam perjalanan ke IF, sempat diberikan komentar, walau filenya sendiri belum dilihat.

Asyik browsing hingga datang waktu shalat maghrib dan kemudian  kesibukan beralih untuk menelpon Izzi Pizza untuk meminta delivery order, pesanan si gadis .... yang tidak mendapat respons. Mungkin petugasnya super sibuk baik layanan on site, take away atau delivery order seperti biasanya malam Minggu, dimana sebagian penduduk Jakarta menghabiskan waktu di luar rumah atau menyantap makanan yang sedikit berbeda dari keseharian.

Karena hingga 15 menit usaha menelpon gatot alias gagal total, maka saya melangkahkan kaki ke belakang, mancari kang kebon, memintanya pergi membeli pizza.

Dia sedang asyik menggosok-gosok panci dan dari dalamnya dia menunjukkan gumpalan-gumpalan makaroni. Keduanya sudah sama-sama menghitam dan legam garing ..... Dapur juga sudah bau gosong ...... Halaaaaaah ....... Sudah nggak bisa kasih komentar apa-apa lagi. Malu sama kang kebon ...., sekaligus ingin ketawa, menertawai kebodohan dan keuzuran.

Ini adalah kali ke dua .... kebodohan yang berulang ....
Konon ada peribahasa bahwa keledai (yang bodohpun) tidak akan pernah terperosok ke dalam lubang yang sama. Jadi .... kalau saya melakukan kebodohan yang sama, apapun alasannya, maka saya ternyata lebih bodoh dari keledai ya .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...