Rabu, 11 Juni 2014

KILAS BALIK PEMERINTAHAN di INDONESIA

Tulisan ini bukan tulisan yang amat sangat serius kok ... Ini adalah tulisan singkat berdasarkan ingatan saja, tanpa referensi tulisan/dokumen apapun juga. Jadi ...... kalau berminat membacanya, simak saja dengan baik. Kalau ada yang terasa kurang akurat atau ada data lainnya dan mau ditambahi atau dikurangi, silakan beri masukan bagian mana yang harus diperbaiki pada kolom komentar.
***
Soekarno

Menjelang pemilihan presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan datang, mari kita lakukan flashback pemerintahan Indonesia yang pada bulan Agustus tahun ini sudah berusia 69 tahun. Tanpa maksud menggurui, karena saya bukan guru, hehe .... diharapkan kita bisa mengambil yang baik dari setiap periode untuk diterapkan dengan harapan semoga bisa diteruskan dalam pemerintahan yang akan datang seraya "membuang jauh-jauh apa-apa yang menyengsarakan rakyat serta perilaku buruk kita.

Nah, kita mulai ya .....

1945 - 1966 Masa pemerintahan Soekarno - Orde Lama
Diawali dengan masa konsolidasi dalam negeri serta diplomasi luar negeri untuk memperoleh dukungan atas kemerdekaan Indonesia di dunia internasional. Pada awal tahun kemerdekaan, pemerintahan Indonesia masih disibukkan dengan mempertahankan kemerdekaan dari upaya-upaya penjajahan oleh Belanda dan sekutunya sehingga kehidupan dalam negeri agak terabaikan. 

Bagaimana mungkin bisa memperhatikan kehidupan masyarakat, wong beberapa kali pemerintahan harus mengungsi dan kocar-kacir karena serbuan penjajah. Itu sebabnya, di dalam negeri terjadi banyak pemberontakan daerah/golongan (PRRI/Permesta - Kahar Muzakir - DI/TII dll), perubahan sistem pemerintahan (NKRI - RIS alias Republik Indonesia Serikat) yang disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian tokoh masyarakat akan pemerintahan Indonesia. Soekarno bertahan cukup lama walau didera berbagai pemberontakan bahkan juga percobaan pembunuhan. Sistem pemerintahan berakhir dengan demokrasi terpimpin yang menyatukan kaum nasionalis-agama-komunis. Sistem kabinetpun berganti-ganti. Dari kabinet presidensial - zaken cabinet tentu berdampak pada pergantian Perdana Menteri. Intinya mungkin mencoba mencari sistem pemerintahan yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia yang majemuk. 

Hal menonjol dari masa pemerintahan Soekarno adalah "keberaniannya" melawan dominasi negara maju dan kecenderungannya pada agitasi. Kita tentu masih ingat denga slogan seperti " Amerika, kita setrika, Inggris kita linggis dan ganyang Malaysia antek nekolim" dan lain-lain. Kepiawaiannya dalam diplomasi internasional membuatnya memiliki "kedudukan setara" dengan presiden legendaris dari beberapa negara terkenal seperi JF Kennedy (USA) - Joseph Bronz Tito - Nikita Kruschev (Soviet) - Fidel Castro (Kuba) - Gamal Abdul Naser (Mesir) - Jawaharlal Nehru (India) dan lainnya.

Soeharto
Ambisi Soekarno untuk menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang disegani di"dunia" ditandai dengan keberhasilannya menyelenggarakan KAA - Konferensi Asia Afrika 1955 sebagai cikal bakal gerakan negara non block sesuai dengan keinginannya untuk membentuk poros baru yang dinamakannya sebagai the New Emerging Force.

Pada masa akhir pemerintahan Soekarno, orientasi politik Indonesia walau secara formal adalah NON BLOCK, namun pada prakteknya cenderung ke arah kiri (Soviet dan China) yang sudah pasti tidak disukai Amerika Serikat. Akibat ambisi politik luar negerinya yang luar biasa maka kondisi pemerintahan di dalam negeri menjadi terabaikan. Inflasi tak terkendali. Gabungan dari dua kondisi inilah yang membuka celah perlemahan kekuatan Soekarno di dalam negeri.

1966 - 1998 Masa Pemerintahan Soeharto - Orde Baru
Diawali dengan "pembersihan" para loyalis Soekarno selama era tahun 1966-1967, masa awal pemerintahan Soeharto ditandai dengan masuk dan maraknya "bantuan" dalam bentuk bimas alias bimbingan massa dan investasi asing untuk menggarap hampir seluruh sektor sumber daya alam, dari mulai pertanian, pertambangan, kehutanan, kelautan, perminyakan dan lain-lain. Hampir tidak ada yang tertinggal.

Roda ekonomi bergerak sangat pesat, kehidupan politik masyarakat tanpa disadari masuk pada tahap represif yang dimulai dengan pengawasan ketat pada bekas tahanan politik dan keluarga/lingkungannya. Perlahan-lahan pengawasan yang kemudian berubah menjadi pengetatan dan penyeragaman kehidupan politik semakin menguat. Puluhan partai politik di "merger" menjadi 2 saja, yaitu partai beraliran Islam menjadi PPP, non Islam dan nasional menjadi PDI dan satu lagi adalah golongan pekerja alias PNS-BUMN dilarang berafiliasi pada partai alias "wajib" menjadi anggota golongan karya alias Golkar. Pada masa itu, hari pencoblosan tidak dijadikan hari libur sehingga pemilihan dilakukan di kantor. Dengan demikan, akan terlihat siapa yang membelot.

Apakah seluruh masa pemerintahan Soeharto, buruk? Tentu saja tidak ....
Yang paling penting adalah .... RENCANA KERJA pemerintah, terinci dan terprogram dengan baik melalui GBHN alias garis besar haluan negara yang kemudian diterjemahkan melalui REPELITA alias Rencana Pembangunan Lima Tahun yang "harus" dijalankan oleh presiden selama masa pemerintahannya.

Apa saja peninggalan Soeharto yang dijuluki Bapak Pembangunan Indonesia yang tentunya tidak dapat ditutup-tutupi, terutama pada awal tahun-tahun pemerintahannya. Pertama tentu saja adalah keberhasilannya menarik investor dan bantuan. Bahasa halusnya adalah pinjaman lunak dari donor yang berasal dari luar negeri untuk membiayai pembangunan dalam negeri. Orientasi pembangunannya jelas dan terstruktur melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun. Karenanya target dan sasaran pembangunannya jelas terukur
BJ Habibie

Sebagai presiden, Soeharto juga sangat pandai memilih menteri sebagai pembantu yang  "wajib" melaksanakan keinginannya sekaligus membuat mereka sangat loyal. Perhatiannya kepada rakyat kecil jelas terasa melaui berbagai program bimbingan/penyuluhan, pendirian KUD - Koperasi Unit Desa, pembangunan sarana pendidikan/sosial/kesehatan melalui bantuan presiden (banpres) dan instruksi presiden (inpres) ... Hasilnya yang fenomenal adalah Indonesia berhasil berswasembada beras pada tahun 1981 (kalau nggak salah) dan mendapat pernghargaan dari FAO. Kalau kemudian terjadi penyelewengan di segala sektor pembangunan, tentu bukan karena program kerja yang buruk, tetapi memang aparatnya yang buruk dan pengawasan yang (disengaja) lemah.

Apa yang khas dari pemerintahan Soeharto?
Di balik segala keberhasilan, terutama pada masa 10 tahun pemerintahannya, menurut saya ... mulai timbul "kemunafikan". Tidak sinkron antara ucapan dan tindakan. Korupsi sudah terjadi masif di kalangan eksekutif. Ini bisa ditandai dengan mulai dibentuknya KPK yang dipimpin oleh Jaksa Agung Ali Said (ada yang bisa koreksi, benarkah Jaksa Agung Ali Said adalah ketua KPK pertama?).

Kalau kita sempat membaca buku Confession of an Economic Hit Man karya John Perkins, secara tersamar bisa ditarik kesimpulan bahwa KKN adalah bagian dari strategi NSA - National Security Agency untuk menguasai pemerintahan suatu negara melalui tawaran kerjasama/pinjaman lunak yang dilengkapi dengan perangkat lainnya.

Setelah pembersihan para pendukung Soekarno/orde lama selesai, pemerintahan Soeharto mulai terasa represif terhadap umat Islam, terlihat dari "pemberangusan" kelompok Islam yang diberi label radikal. Alerginya terhadap Islam mungkin baru berakhir dengan Deklarasi pembentukan ICMI di universitas Brawijaya - Malang. Itulah momentum kebangkitan kehidupan keberagamaan terutama Islam.

Mungkin betul pepatah yang mengatakan bahwa jabatan itu melenakan. Kalau sudah diduduki, membuat orang lupa berdiri untuk meninggalkannya. Itulah yang terjadi pada presiden Indonesia yang kedua. Belajar dari Soekarno yang melegalkan "secara paksa" penunjukannya sebagai presiden seumur hidup melalui Tap MPR, maka Soeharto melakukan dan melaksanakan ambisinya dengan cara yang sangat halus, yaitu menggiring DPR/MPR yang dikuasai oleh Golkar untuk selalu dan selalu menetapkannya sebagai presiden. Tentu ... siapa yang berani menolak "arahan" dari ketua Dewan Pembinanya? Jabatan apapun di Indonesia tidak akan pernah terjadi tanpa restu presiden.

Ada banyak hal yang menyebabkan masyarakat mulai "bosan" dengan gaya kepemimpinan Soeharto yang kurang padu antara kata dan perbuatan terutama mulai akhir tahun 1980an. Masa ketika putra-putrinya beranjak dewasa, menikah dan tentunya mulai terjun ke dunia bisnis. Pergantian generasi sudah terjadi. Generasi muda tentu ingin perubahan ....

1998 - sekarang
Dimulai dengan devaluasi luar biasa nilai tukar rupiah - Rp.  ke dolar Amerika - USD. Bayangkan saja, nilai tukar USD ke Rp. yang semula berada pada kisaran Rp.2500,- an melonjak tidak terkendali hingga mencapai angka di atas Rp.15.000,- Berarti lebih dari 6 kali. Konon .... ada sosok bernama George Soros yang tiba-tiba muncul dan dituding sebagai pihak yang "bermain" dibalik krisis keuangan yang melanda hampir seluruh negara Asia Tenggara.

Atas perkenan Allah SWT, akhirnya mahasiswa berhasil menggulingkan presiden RI Soeharto yang sangat powerfull. Pasti ada "tangan" Yang Maha Kuasa bermain untuk melunakkan hati seorang Soeharto, hingga beliau tidak melanjutkan kekerasan yang sudah menimbulkan korban gugur beberapa mahasiswa, dan berkenan mengundurkan diri secara sukarela. Menyerahkan kekuasaannya kepada wakil presidennya BJ Habibie.

Apa yang kita peroleh dengan adanya reformasi 1998?
Megawati
Kini kita bangga disebut sebagai salah satu negara demokratis yang besar. Betul.... kalau ditinjau dari sudut pandang bahwa kini rakyat Indonesia bisa memilih langsung presiden, gubernur, bupati, walikota yang wakil rakyatnya. Langsung merujuk pada nama.

Daerah kini memperoleh otonomi yang pada prakteknya menjadi "kerajaan-kerajaan" kecil yang tidak lagi patuh pada peraturan "pusat". Bagaimana mungkin mereka mau mematuhi aturan pusat, manakala pimpinan daerah menduduki posisinya berkat mandat langsung dari rakyat, melalui pemilihan langsung. Apapun cara mendapatkan suara pemilih tersebut.

Undang-undang Dasar 1945 tidak lagi sakral karena sudah diobok-obok melalui amandemennya. DPR tidak lagi tidur tetapi menjadi galak dan merasa sangat berwenang untuk ikut "cawe-cawe" dalam segala segi pemerintahan. Pemerintah tidak "dibiarkan" secara leluasa melaksanakan tugasnya tanpa direcoki.

Pemekaran daerah terjadi terus menerus. Mungkin untuk melupakan lepasnya propinsi Timor Timur.

Tapi .... dibalik segala kebanggaan sebagai negara demokrasi yang besar, sesungguhnya ada banyak "tanda-tanda kehancuran" etika, moral, kejujuran, integritas dan ..... 
Sungguh .....
Saya tidak mampu lagi menuliskannya ....  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKAN KARANGAN BUNGA🌺🌺

 Dapat kiriman tulisan yang bagus, untuk refleksi diri DICARI Teman yg bisa  Mensholatkan kita...   Ketika KITA WAFAT... BUKAN KARANGAN BUNG...