
Manusia ... siapapun dia ..., masih berstatus sendiri maupun sudah berpasangan akan berkembang sesuai dengan latar belakang pendidikan, lingkungan pergaulan, status sosial, pekerjaannya, status ekonomi selain bekal yang diperolehnya dari keluarga asal, berupa pendidikan etika, moral dan juga teladan yang dilihat dan dirasakan dari kedua orangtuanya.
Begitu pula yang terjadi pada pasangan suami istri. Mereka masing-masing berkembang sesuai pergaulan, status sosial, pekerjaannya, status ekonomi dan minatnya. Karenanya tidaklah heran bila pengaruh peer group ke dalam perilaku manusia seringkali menjadi sangat kuat. Kehadiran anak-anak yang diharapkan bisa menjadi pengikat hubungan, namun juga bisa jadi sebab berkurangnya hubungan antar pasangan karena kesibukan dan perhatian untuk mengurus anak menyebabkan salah satu pasangan merasa terabaikan. Pada pasangan yang keduanya bekerja, masalah mungkin akan bertambah rumit. Mulai dari masalah "penjaga dan pengawas" anak, pendidikan dini anak balita dan sebagainya. Betul ada pengasuh anak professional, tetapi perbedaan status sosial antara pengasuh dan orangtua tentu akan berpengaruh terhadap persepsi dan cara pengasuhan anak. Jangan juga dilupakan, anak juga memerlukan sentuhan kasih sayang orangtua. Berapa banyak orangtua bekerja yang dengan kesadaran dan kesabaran penuh masih mau meluangkan waktu "memegang" si anak, setelah lelah bekerja sepanjang hari?
Maka ... jangan heran kalau bertambahnya usia pernikahan tidak menjamin hubungan suami istri menjadi semakin kuat. Alasan, bahwa salah satu pasangan tidak lagi menjaga komitmen pernikahan seringkali dijadikan masalah dalam pertengkaran. Kita seringkali lupa bahwa perubahan usia, status sosial/ekonomi dan pergaulan menyebabkan cara pandang kita akan mengalami pergeseran. Komitmen awal pernikahan yang dilakukan beberapa tahun lalu, mungkin perlu disesuaikan secara periodik mengikuti pertambahan usia, status sosial/ekonomi dan banyak aspek lainnya. Ibaratnya .... kalau saat ini sudah era komunikasi via internet ... akankah kita masih harus berkeras berkomunikasi dengan menggunaka telegram jaman tahun 60an ....
Jadi .... rasanya tidak perlu heran, kalau setelah belasan tahun atau bahkan telah melewati masa pernikahan perak alias 25 tahun berlayar bersama, hubungan suami istri menjadi hambar dan banyak diwarnai pertengkaran tak berkesudahan .... Menganggap pasangan tidak lagi memegang komitmen atau janji-janji yang mungkin dianggap sudah ketinggalan jaman oleh pasangannya.

Apapun juga yang kita lihat atau dengar tentang perjalanan pernikahan orang, jangan menghakiminya karena setiap manusia akan memilih apa yang dianggapnya terbaik baginya dan mereka tentu sadar akan konsekuensi dari pilihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar