Mengunjungi suatu negara sebaiknya kita juga mempersiapkan diri sebaik dan sebanyak mungkin dengan pengetahuan tentang negeri yang akan dikunjungi.
Iran pada masa kekuasaan Shah Muhammad Reza Pahlevi yang didampingi oleh Ratu Farah Diba dikenal dengan kehidupan yang sangat gemerlap yang juga tercermin dalam citra negaranya. Kegemerlapan tersebut langsung "hilang" menyusul kepergian Shah dan keluarganya, pada tanggal 16 Januari 1979, mengungsi untuk menyelamatkan diri dari revolusi. Dialah raja terakhir di Persia yang sekaligus menandai akhir riwayat monarki di tanah Persia.
Iran menjadi Republik Islam dan sejak itu pula kehidupan di Iran menjadi "sangat misterius", minimal bagi saya, walaupun pada bulan Mei 2006, presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengunjungi Indonesia dan disambut masyarakat dengan gegap gempita dan bahkan sempat berkunjung ke universitas dimana suami saya bekerja.
Berita yang kita dengar tentang Iran biasanya hanya diperoleh melalui media Barat, jadi unsur cover both side nya tidak mungkin terpenuhi.
Berdasarkan informasi yang bisa diperoleh dan juga informasi yang diperoleh dari Tahereh Shirdel sang travel consultant, mata uang asing yang bisa dibawa masuk ke Iran untuk ditukar di Money Changer adalah USD dan Euro dan untuk transaksi selama di Iran dianjurkan untuk menggunakan travel card (semacam e-money ?!) yang digunakan untuk menarik yang di pos dan atm.
Pernah suatu kali kami membeli suatu barang dan penjual menulis dalam kalkulator "2400"
TELEViSI DAN MEDIA SOSIAL
Selama tinggal 10 hari berkeliling Iran dan masuk dari satu hotel ke hotel lainnya, saya tidak dapat mengakses televisi "barat" semua siaran lokal. Kalaupun ada siaran luar yang bisa diterima, hanya dari wilayah Asia antara lain India, Korea, Jepang dan itupun sudah di dubbing dengan Bahasa Farsi.
Akan halnya media sosial, dari 2 media sosial yang biasa saya gunakan, Instagram dan Facebook, hanya instagram yang bisa diakses. Facebook harus diakses melalui VPN. Link berita dari media asing tidak bisa diakses sama sekali. Entah karena embargo yang dilakukan oleh media asing atau malah pemerintah Iran memang mรฉnรปtup diri dan melarang penduduknya mengakses media luar.
itu sebabnya, berita pengeboman yang mengakibatkan tewasnya Jendral Qasem Suleimani, saya terima dari anak saya yang memberikan screenshoot berita setelah link-link yang dia kirim tidak dapat dibuka.
Iran pada masa kekuasaan Shah Muhammad Reza Pahlevi yang didampingi oleh Ratu Farah Diba dikenal dengan kehidupan yang sangat gemerlap yang juga tercermin dalam citra negaranya. Kegemerlapan tersebut langsung "hilang" menyusul kepergian Shah dan keluarganya, pada tanggal 16 Januari 1979, mengungsi untuk menyelamatkan diri dari revolusi. Dialah raja terakhir di Persia yang sekaligus menandai akhir riwayat monarki di tanah Persia.
keluarga kerajaan Iran - Shah Reza Pahlevi dan Ratu Farah Diba |
Iran menjadi Republik Islam dan sejak itu pula kehidupan di Iran menjadi "sangat misterius", minimal bagi saya, walaupun pada bulan Mei 2006, presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mengunjungi Indonesia dan disambut masyarakat dengan gegap gempita dan bahkan sempat berkunjung ke universitas dimana suami saya bekerja.
Berita yang kita dengar tentang Iran biasanya hanya diperoleh melalui media Barat, jadi unsur cover both side nya tidak mungkin terpenuhi.
Ok ..... apa yang perlu diketahui sebelum mengunjungi Iran? Minimal dari kacamata saya๐๐๐, ada beberapa hal, yaitu :
- Mata uang yang bisa dibawa ke Iran untuk ditukar dengan mata uang lokal dan berapa kurs terhadap mata uang tersebut.
- Komunikasi dan media komunikasi
- Makanan apa yang bisa dimakan.
- Transports antar kota dan di dalam kota.
- Cara berpakaian, terutama bagi wanita.
- Apa yang menarik untuk dikunjungi dan diketahui di Iran.
- Harga Tiket masuk tempat wisata; Istana, masjid, taman, museum, tempat ziarah dan lainnya.
MATA UANG ASING YANG BISA DIBAWA KE IRAN dan MATA UANG LOKAL.
lembar 100rb Rials |
Sayang, saya tidak sempat membeli travel card karena bermasalah dengan migrasi yang saya lakukan di indosat menjelang berangkat sehingga tidak bisa melakukan transaksi keuangan melalui internet banking. Dengan demikian, saya tidak bisa mengetahui bagaimana menggunakan dan kegunaan travel card tersebut. Namun demikian terasa sekali bahwa penduduk Iran itu betul-betul cashless. Segala macam dibayar dengan kartu, termasuk berbelanja di warung-warung/toko kecil di Bazaar. Begitu juga untuk masuk ke tempat-tempat wisata. Mungkin hanya kami berdua saja yang selalu menggunakan uang tunai yang kadang menjadi hambatan karena penjaga loket ticket wisata tidak siap untuk melayani pembayaran tunai.
Karena saya hanya membawa yang tunai dalam mata uang Euro, maka hanya dapat menceritakan nilai tukar Euro ke Iranian Rials. Tapi sebelumnya perlu diceritakan bahwa di Iran, dalam kehidupan sehari-hari nilai uang terdiri dari 2, yaitu Toman (bahasa lisan) ... dan Rials sebagai mata uang resmi yang tercetak dalam uang kertas. Nilainya pun berbeda. 1 Toman = 10 Rials; sebagai orang asing, kalau berbelanja dan mendapat jawab tentang harga barang yang kita inginkan, biasakan bertanya ... in Toman or Rials? Namun demikian, ... masih sering terjadi kesalahpahaman .... Sepertinya, orang Iran memiliki "kesulitan" dalam berhitung.
Pernah suatu kali kami membeli suatu barang dan penjual menulis dalam kalkulator "2400"
"Toman...", katanya
OK lah .... jadi, kami keluarkan ung sebesar 30.000 Rials dengan pikiran akan mendapat kembali sebanyak 6.000 Rials.
"No ....." sahutnya lagi ....
Wah .... salah deh ...... akhirnya dikeluarkanlah 3 lembar uang 100.000 Rials alias 300.000 Rials dan dengan wajah gembira, diambilnya uang tersebut lalu dikembalikannya 60.000 rials.
Oalah ....... Jadi bukan berarti rumusan 1 Toman = 10 Rials itu salah ... cuma, sepertinya ada hambatan berhitung, rupanya.
Nah .... berapa nilai tukar Euro ke Rials?
Jangan kaget ya ...... 1 Euro = 140.000 rials di Tehran
Di Yazd ... kami mendapatkan nulai tukar 1 Euro = 142.100 Rials. Dengan demikian ... seumur hidup dan selama berkelana ke beberapa negara, baru kali ini merasa betapa mata uang Rupiah, ada harganya. Rp.1,- = + 9 Iranian Rials.
Ada cerita sedikit lucu, miris dan agak "menyebalkan" sekitar urusan tukar menukar Euro di Tehran. Pada hari pertama itu, kami diajak Supir untuk mengunjungi Golestan Palace. Saat itu kami berpikir bisa membayar dengan Euro. Ternyata Penjual ticket menolak dan menyuruh kami ke Grand Bazaar yang kebetulan terletak tidak jauh dari Golestan Palace untuk menukar uang. Dengan langkah tertatih karena pergelangan kaki yang terkilir masih terasa sakit, mengantuk karena relatif tidak tidur setelah menempuh perjalanan Jakarta - Muscat - Tehran dan dengan sedikit kedinginan di tengah temperatur sekitar 4C, kami pergi juga ke tempat yang ditunjuk.
"500 Euro please", setelah melihat rate yang terpampang.
Sang petugas memeriksa ketersediaan uang
"No .... only 400 Euro"
Hitung punga hitung ... OK lah .... 400 Euro cukup untuk makan, bayar etiket masuk wisata dan sedikit souvenir. Kami menunggu cukup lama, dan ...... Masya Allah ..... Di hadapan kami teronggok 5 bundel pecahan uang 100.000 rials dan beberapa lembar pecahan 500.000 rials yang merupakan pecahan terbesar dalam mata yang Iran. Terbayang, kan .... bagaimana "mengamankan" 5 gepok uang yang harus ditenteng sepanjang hari sambil mengunjungi tempat wisata? Antara ingin tertawa ... dan sebal karena bahu harus menyandang tas penuh uang....
NO CREDIT CARD
Walau penduduk Iran umumnya sudah cashless minded, namun credit card apapun jenisnya sama sekali tidak berlaku. Mungkin karena credit card diterbitkan oleh provider dari Amerika. Kemandirian yang dipaksa oleh keadaan untuk mempertahankan martabat bangsa yang tidak mau tunduk terhadap dominasi Amerika Serikat. Angkat topi untuk hal ini...
APAKAH BISA BERBELANJA DAN MEMBAYARNYA DENGAN MATA UANG ASING?
Bisa saja ..... di beberapa Souvenir Shop yang berada di tempat wisata, atau toko-toko di bazaar yang ditujukan untuk orang assig bisa dilakukan asal dari awal kita nyatakan bahwa sisa pengembaliannya dibayarkan dalam mata uang lokal untuk menjaga penolakan, karena tidak mungkin bila mereka harus mengembalikan dalam mata yang yang sama.
Namun demikian, kita harus "agak teliti" dan melakukan cross check perhitungannya. Bukan disebabkan oleh kecurangan penjual, namun hal ini lebih sering karena pedagang kurang memahami perhitunganl konversi mata uang, yang bisa jadi disebabkan akibat "kelemahan" cara berhitung. Apapun juga .... kejujuran masyarakat Iran sangat tinggi. Beberapa kali saya salah hitung dan membayar lebih tinggi dan mereka dengan senang hati memberikan selisihnya.
Namun demikian, kita harus "agak teliti" dan melakukan cross check perhitungannya. Bukan disebabkan oleh kecurangan penjual, namun hal ini lebih sering karena pedagang kurang memahami perhitunganl konversi mata uang, yang bisa jadi disebabkan akibat "kelemahan" cara berhitung. Apapun juga .... kejujuran masyarakat Iran sangat tinggi. Beberapa kali saya salah hitung dan membayar lebih tinggi dan mereka dengan senang hati memberikan selisihnya.
KOMUNIKASI DAN MEDIA KOMUNIKASI
Pada tanggal 23 Desember saya pergi ke provider di Indonesia untuk menanyakan apakah ada paket telpon/internet untuk digunakan untuk berkomunikasi baik melalui telpon/whatapps ataupun sosial media selama melakukan perjalanan di Iran.
"Tidak ada bu ... paket layanan internet/telpon hanya ada untuk negara-negara yang banyak dikunjungi orang Indonesia, seperti Jepang, Korea, negara-negara Asia/Asean, Eropa, Amerika dan tentu saja Arab Saudi untuk melaksanakan Umroh dan Haji."
"Jadi ..., kalau saya mau pergi ke Iran, Bagaimana?"
"Akan dikenakan tarif roaming biasa dan tentu akan sangat mahal. Sepengetahuan saya, provider Indonesia tidak ada yang bekerja sama dengan telkomnya Iran"
"Ada solusi lain...?"
"Ibu bisa beli local sim card"
Saya mecnceritakan hal ini kepada Tahereh dan dia dengan seria merta menyatakan:
"We will provide you by local SIM card as gift from Hellopersia"
Wow ......
Benar saja, begitu tiba di Imam Khomeini International Airport, sebelum kami menuju mobil, Mohammad, supir yang ditugaskan untuk menemani kami selama di Tehran, mengajak untuk membeli local sim card di kios yang tersedia di airport. Namun baru keesokan hari, SIM card bisa digunakan dengan bantuan sang supir karena tentu saja petunjuk untuk mengaktifkan SIM card tersebut dilakukan dalam bahasa Farsi. Mobile phone suami sudah terisi SIM card dan tent bisa digunakan, Sementara mobile phone saya tidak bisa diganti SIM card nya karena saya lupa membawa alat untuk mengeluarkan SIM card Indonesia. Resiko perjalanan yang terburu-buru...๐๐๐
TELEViSI DAN MEDIA SOSIAL
Selama tinggal 10 hari berkeliling Iran dan masuk dari satu hotel ke hotel lainnya, saya tidak dapat mengakses televisi "barat" semua siaran lokal. Kalaupun ada siaran luar yang bisa diterima, hanya dari wilayah Asia antara lain India, Korea, Jepang dan itupun sudah di dubbing dengan Bahasa Farsi.
Akan halnya media sosial, dari 2 media sosial yang biasa saya gunakan, Instagram dan Facebook, hanya instagram yang bisa diakses. Facebook harus diakses melalui VPN. Link berita dari media asing tidak bisa diakses sama sekali. Entah karena embargo yang dilakukan oleh media asing atau malah pemerintah Iran memang mรฉnรปtup diri dan melarang penduduknya mengakses media luar.
itu sebabnya, berita pengeboman yang mengakibatkan tewasnya Jendral Qasem Suleimani, saya terima dari anak saya yang memberikan screenshoot berita setelah link-link yang dia kirim tidak dapat dibuka.
Bersambung lagi ya .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar